Anak Buah Kapal Minta Polri Tangkap Bos dan Penadah 1,6 Ton Sabu

Anak Buah Kapal Minta Polri Tangkap Bos dan Penadah 1,6 Ton Sabu

JAKARTA-Pemimpin sindikat penyelundup sabu 1,6 ton terungkap. Pemilik kapal MV Min Lian Yu Yun penyelundup 1,6 ton Tan Mai, 69, meminta bos besarnya yang bernama Lao ditangkap. Lao tinggal di Tiongkok, sekitar perbatasan Myanmar dan Tiongkok. Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Menteri Keuangan Sri Mulyani menggelar konferensi pers terkait perkembangan kasus penyelundupan sabu 1,6 ton. Saat itu, Tito dan Ibu Ani-panggilan akrab Sri Mulyani- menginterogasi keempat tersangka penyelundup, awak kapal Min Lian Yu Yun. Kapolri saat itu bertanya dari mana asalnya dan sumber 1,6 ton sabu. Seorang penerjemah bernama Herlina kemudian mengulangi pertanyaan Kapolri ke keempat awak kapal. Saat itu, Tan Mai langsung berbicara menggunakan bahasa mandarin. Tampak, wajahnya memerah dan suaranya terdengar bergetar. Sesekali terlihat urat nadinya di sekitar wajah. Dengan tangan terborgol dia mencoba untuk bicara sebanyak-banyaknya. Saat itu, Herlina menerjemahkannya bahwa Tan Mai meminta bosnya yang bernama Lao ditangkap. ”Lao ini di Tiongkok,” jelasnya. Menurut Herlina, Tan Mai juga tidak mengetahui barang yang dibawanya merupakan narkotika. Pasalnya, dirinya hanya diminta untuk membawa barang itu ke sejumlah titik di Indonesia. ”Tak tau dia,” terangnya. Sesaat kemudian awak kapal lain bernama Tan Yi berbicara dalam bahasa mandarin. Herlina menyebut Tan Yi ini sudah menyebutkan nama penadah barang ini di Indonesia. ”Tinggal ditangkap saja,” ujar Herlina menerjemahkan pernyataan warga Tiongkok tersebut. Saat itu, Kapolri Jenderal Tito Karnavian langsung menyudahi interogasi tersebut. Tito mengatakan bahwa sindikat ini berada di sebuah daerah perbatasan antara Tiongkok dan Myanmar. Bisa dianggap daerah ini merupakan wilayah tidak bertuan. ”Sindikat ini dari Tiongkok ke Taiwan, menuju Laut China Selatan dan masuk ke Indonesia,” ungkapnya. Sementara Menkeu Sri Mulyani menuturkan, sebenarnya Pemerintah Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) telah memiliki kesepakatan khusus penanganan narkotika. Ada sejumlah bukti dari kerjasama ini, yakni penangkapan yang dilakukan belakangan ini merupakan share informasi dari Tiongkok. ”Sudah ada bantuan dari mereka,” ujarnya. Yang juga penting, sebenarnya perbaikan fasilitas dari Ditjen Bea Cukai dan Polri untuk mengejar kapal dari penyelundup. Berulang kali kapal penyelundup ini masuk ke Indonesia, tapi bisa kabur karena kapalnya cepat masuk zona ekonomi eksklusif (ZEE). ”maka, butuh kapal yang cepat. Teknologinya mumpuni,” paparnya. Tito menambahkan, saat ini Polri juga mengamankan sebuah kapal diduga pengangkut sabu di Pulau Tanjung Balai Karimun. Namun, saat ini masih dalam proses pemeriksaan dan pengecekan. ”Belum diketahui jumlahnya berapa, masih proses,” ungkapnya. Yang juga penting, berdasarkan informasi dari Polri, Kepolisian Australia juga telah mampu menghentikan sebuah kapal pengangkut sabu yang jumlahnya mencapai lebih dari ratusan kilogram. ”Kapal ini sandar di  Chrismast Island, sudah diamankan. Ini bukti Polri berperan dalam pemberantasan narkotika dunia,” jelasnya. (idr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: