Tahun Politik, Kredit Tetap Tumbuh

Tahun Politik, Kredit Tetap Tumbuh

TAHUN politik, khususnya Pilkada Serentak, turut berdampak sekaligus menjadi tantangan tersendiri bagi kondisi perekonomian. Khususnya dalam hal mendorong iklim usaha dan investasi. Tidak hanya itu. Tantangan semakin berat dengan adanya Pemilihan Presiden (pilpres) 2019 mendatang. Kepala KPw BI Cirebon, Abdul Majid Ikram menjelaskan, dengan kehadiran Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, ditargetkan akan menambah total pertumbuhan ekonomi di Ciayumajakuning sebesar 4,8 hingga 5,2 persen. Daya dorong utama bandara terbesar kedua di Indonesia tersebut menjadi magnet bagi daerah sekitarnya. \"Terlebih, tahun 2018 rencananya akan melakukan pemberangkatan umrah, lalu haji,\" ujarnya. Sedangkan di sisi kredit, BI juga akan menyoroti sektor kredit dengan pertumbuhan cukup rendah, termasuk sektor perdagangan. Hal tersebut dikarenakan bank lebih berhati-hati. Di sisi lain, masyarakat memilih menyimpan dana. Kondisi tersebut menjadikan Dana Pihak Ketiga (DPK) lebih besar dari penyaluran kredit. ”BI juga akan lebih mendorong Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan aturan minimal 20 persen kepada UMKM dari total kredit yang disalurkan,” ungkapnya. Sementara itu, tahun politik juga diakui menjadi tantangan tersendiri bagi bisnis BPR. Meski demikian, BPR tetap optimistis tahun ini dapat dilalui dengan baik. Dengan catatan, kondisi daerah dan negara di tahun politik aman. Dengan begitu, investor tetap percaya untuk berinvestasi. ”Tahun 2018 ini, yang penting negara aman ketika ada pilkada ataupun pemilu. Ketika tidak aman, maka sistem ekonomi bisa terganggu yang dapat memengaruhi daya beli masyarakat,” ujar Direktur Utama Bank BPR Majalengka Atjeng Hadis Susanto. Hal senada diungkapkan Ketua Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Cirebon, Mukmin. Menurutnya, meski tahun politik menjadi tantangan tersendiri, BPR menargetkan dapat tumbuh secara signifikan dengan kisaran 10-12 persen baik dari segi kredit maupun dana. ”Harapan kami tetap terus eksis. Ada peningkatan di tahun 2018. Proyeksi pertumbuhan kreditnya minimal 10-12 persen,” ujarnya. Sementara itu, Wakil Ketua Bidang Humas Perbarindo, Heru menjelaskan, di BPR, jenis kredit yang umumnya disalurkan ke masyarakat adalah produktif dan konsumtif. Pada kredit konsumtif analisis lebih mudah karena pinjaman diberikan kepada Swasta atau PNS, cukup dilihat dari gaji. Akan tetapi, di kredit produktif, segmen BPR mayoritas di usaha home industry yang kecil, sehingga sangat dipengaruhi kondisi ekonomi. Porsi penyaluran kredit di BPR saat ini masih didominasi pada sektor usaha. ”Kreditnya campur, ada konsumtif dan produktif. Idealnya seimbang antara konsumtif dan produktif. Penyaluran kredit yang paling tinggi masih di sektor usaha,” jelasnya. (tta/swn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: