Impor untuk Penguatan Pangan, Pemerintah Butuh Stok Beras 1,2 Juta Ton

Impor untuk Penguatan Pangan, Pemerintah Butuh Stok Beras 1,2 Juta Ton

CIREBON-Impor beras dari Thailand dan Vietnam diharapkan dapat menjaga stabilitas pangan dalam negeri. Meski sempat memicu pro kontra, namun langkah ini dinilai tepat karena belakangan ini banyak terjadi bencana. “Kalau seperti terjadi banjir, pemerintah punya stok menyelamatkan masyarakat,” ujar Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti, kepada Radar. Bulog, kata dia, juga diminta menyerap berapapun sesuai inpres dan fleksibilitas yang dilakukan melalui rapat koordinasi terbatas. Ia meminta, kebijakan impor ini tidak dipertentangkan. Apalagi memunculkan persepsi seolah impor mencederai petani. “Impor untuk mengamankan konsumen. Bulog sebagai penyangga,” katanya. Dijelaskan pria kelahiran 1957 ini, stok beras pemerintah fungsinya mengisi antara produksi dan konsumsi. Contoh terbaru ialah bulan lalu saat terjadi kekurangan beras. Bulog mengambil kebijakan untuk melepas stok ke pasaran. Adanya impor bertujuan menjaga stabilitas dan pada akhirnya perlindungan pada masyarakat. Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menilai, stok beras Indonesia dalam kondisi tidak aman. Bila ada yang menyebut stok dalam kondisi surplus, hal itu tidak benar. “Kita butuh ketersediaan beras 1,2 juta ton,” katanya. Ia merekomendasikan pemerintah memperbaiki data. Fakta di lapangan menunjukkan beras dalam kondisi minim dan harga masih tinggi. Yang tidak kalah ironis di wilayah seperti Kabupaten Indramayu yang notabene lumbung beras Jawa Barat, tetapi beras beredar berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Itu mengindikasikan krisis beras di Jabar,” tuturnya. Dari pantauan Radar di sejumlah pasar, kondisi serupa terjadi di Kota Cirebon. Saat ini beras yang beredar berasal dari Jawa Tengah. Pasalnya mayoritas petani di Jateng sudah panen. Untuk harga, per kilogram masih dijual Rp10-13 ribu tergantung jenis. (abd/myg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: