6 Hari tanpa Penerangan, Desa Jabranti Butuh Genset

6 Hari tanpa Penerangan, Desa Jabranti Butuh Genset

KUNINGAN–Sudah hampir sepekan sejak terjadinya musibah longsor di Desa Jabranti Kecamatan Karangkancana, warga mengalami kesulitan terkait penerangan di malam hari karena listrik padam. Padamnya listrik di desa ini karena tiang-tiang PLN banyak yang roboh tertimpa longsoran tanah. Warga pun terpaksa harus menggunakan lilin untuk penerangan di malam hari, kendati di antaranya terdapat juga yang memiliki lampu sementara. Karena dipandang cukup menyulitkan aktivitas di malam hari, warga pun berharap ada perhatian khusus dari pemerintah daerah juga dari elemen lainnya untuk memberikan bantuan genset sebagai alat pembangkit penerangan di malam hari. Kepala Desa Jabranti Kecamatan Karangkancana Taska Dede Suhendar kepada Radar Kuningan mengatakan, kondisi mati listrik yang terjadi di lokasi bencana di desanya itu membuat kasian warga. Ia pun telah berupaya mencari bantuan penerangan berupa genset kepada sejumlah pihak, namun hingga kini belum terrealisasi. Selain genset, ia pun menyebut hingga saat ini di Jabranti masih membutuhkan bantuan berupa sembako dan obat-obatan. “Yang masih dibutuhkan itu sembako dan obat-obatan. Yang paling utama kalau bisa, pemerintah daerah melalui dinas terkait memfasilitasi genset. Sampai saat ini sudah 6 hari tidak ada penerangan sama sekali, juga susah komunikasi tidak ada sinyal. Kami sudah mengontak pihak terkait, cuma memang ini karena tiang-tiang PLN itu pada roboh, tidak ada,” keluh Taska. Lebih lanjut Taska kembali menjelaskan di Desa Jabranti terdapat dua titik yang terdampak bencana, yakni jalan akses bergeser kurang lebih dua meter, dan jembatan Cirombeng yang mengeluarkan lumpuran sampai sekarang sudah melebar 100 dari posisi semula. Kemudian juga jembatan Winduherang terputus, sehingga akses jalan pun putus total karena tertutupi longsoran tanah. “Longsoran sekitar 50 meter dan kedalaman 10 meter untuk Blok Winduherang,” sebutnya. Dijelaskan, terdapat 44 rumah yang rusak parah di Desa Jabranti, ditambah akses jalan satu-satunya sebagai penghubung menuju Dusun Banjaran ambles berkedalaman sekitar 40 meter. Selain itu, jembatan kecil juga ikut ambles dan Sungai Cijurang terkikis ditambah longsor sekitar 50 meter yang menutupi jalan. “Dan yang paling utama itu jembatan Citaal putus total dan sekarang sungai melebar lebih dari 200 meter. Terakhir, jembatan Ciguntur, jembatannya masih ada cuma sungainya yang pindah,” jelasnya. Untuk warga Blok Banjaran sendiri, Taska memastikan warganya itu saat ini dalam kondisi aman, termasuk warganya yang berada di pemukiman Blok Winduherang. Hanya saja untuk warga yang tidak terevakuasi, yakni masyarakat Blok Winduherang dengan jumlah KK 116 dan 320 warga yang sampai sekarang masih tetap bertahan. Sedangkan jumlah keseluruhan di Desa Jabranti, yakni 664 KK dengan jumlah warga 2000, terdiri dari warga Dusun Banjaran, Jabranti, dan Winduherang. “Sampai saat ini pengungsi ada 1.300, yang 700 masih terisolir di sana, Jabranti,” pungkasnya. (muh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: