Petani Pilih Jual Gabah ke Tengkulak, Kenapa?

Petani Pilih Jual Gabah ke Tengkulak, Kenapa?

INDRAMAYU – Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) sepertinya jangan terlalu berharap banyak bisa menyerap secara optimal gabah petani di wilayah Kabupaten Indramayu. Pasalnya, memasuki musim panen rendeng tahun ini petani diperkirakan bakal lebih memilih menjual gabah kepada tengkulak. “Untuk musim panen sekarang ini, kayaknya Bulog tidak akan maksimal menyerap gabah petani kami,” ucap Kuwu Sukamelang, Kecamatan Kroya, Masduki kepada Radar Indramayu. Sejumlah faktor menjadi penyebabnya. Pertama, sebut dia, karena harga yang ditawarkan tengkulak lebih tinggi dibandingkan pihak lain, termasuk Bulog. Saat ini di tingkat petani, harga gabah kering panen (GKP) bervariasi di kisaran Rp 5.000 per kilogram. Sedangkan harga yang ditawarkan Bulog biasanya lebih rendah, karena harus menyesuaikan harga pembelian pemerintah (HPP). Tak hanya harga, para tengkulak juga mau menjemput langsung gabah ke lokasi persawahan maupun rumah penduduk. Dengan demikian, para petani tak perlu mengeluarkan ongkos tambahan untuk mengantar gabah mereka. “Melihat kondisi ini, kadang saya berterima kasih kepada tengkulak yang berani membeli gabah petani dengan harga tinggi. Artinya, istilah tengkulak ini tidak selamanya dicirikan negatif, ada positifnya membantu petani yang tentu menjual kepada pembeli yang bernai menawar lebih mahal,” tutur dia. Kemudian, lanjut Kuwu Masduki, petani di desanya mayoritas adalah penggarap bukan pemilik lahan. Mereka akan segera menjual gabahnya meskipun dalam kondisi masih basah untuk bekal modal menghadapi musim tanam sadon. Di samping untuk memenuhi kebutuhan hidup juga untuk menutupi hutang lantaran pada musim sebelumnya mengalami kegagalan panen akibat serangan hama wereng batang coklat dan klowor. “Ditambah lagi sekarang petani sulit jemur gabah karena musim hujan masih turun,” tandasnya. (kho)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: