PKL Diminta Bersabar, Selter Jl Cipto Masih Menunggu Perbaikan

PKL Diminta Bersabar, Selter Jl Cipto Masih Menunggu Perbaikan

CIREBON–Pembangunan selter pedagang kaki lima (PKL) terus menuai sorotan. Selain keluhan pedagang atas minimnya promosi, pembangunan sarana relokasi tersebut juga belum dapat dimanfaatkan optimal. Salah satunya di Jl Dr Cipto Mangunkusumo, di mana bangunannya sama sekali belum dapat dimanfaatkan. Kabid UMKM Dinas Perdagangan Koperasi Usaha Kecil Menengah (Disdagkop-UKM) Saefudin Jupri mengungkapkan, dua selter yang tuntas dibangun akhir tahun lalu itu, masih berproses. Oleh sebab itu, dia meminta semua pihak bersabar. Termasuk para pedagang. “Untuk di Jl Cipto kami terus melakukan perbaikan dan penyediaan fasilitas. Waktu ditempati nanti sudah siap, semuanya,” ujar Jupri kepada Radar. Rencananya, selter yang akan menampung sedikitnya 70 pedagang itu, akan diperbaiki dengan corporate social responsibility (CSR). Setelah rampung, baru ditempati oleh PKL yang sudah terdata. Bahkan, sudah  ada perusahaan swasta yang siap menanggung pembiayannya. Meski sudah ditertibkan beberapa waktu lalu, rupanya tidak membuat pedagang di kawasan Stadion Bima jera dan memilih membuka kembali lapak dagangannya. Hal itu sangat disayangkan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). \"Selter kan sudah ada, kalau muncul PKL lain apalagi di luar selter itu jelas melanggar,\" ujar Kepala Bidang Ketentraman Masyarakat dan Ketertiban Umum, Yuki Maulana. Dia menilai, munculnya PKL liar ini membuat Kawasan Bima kembali kumuh dan mengganggu aktivitas masyarakat. Kemudian, menjamurnya PKL liar jelas melanggar peraturan daerah. Sehingga, tanpa harus melalui surat peringatan, Satpol PP dalam waktu dekat akan segera melakukan penertiban. \"Kita akan koordinasi dulu dengan dinas terkait, karena ini harus dikembalikan lagi sesuai fungsinya,\" katanya. Pantauan Radar, kawasan Bima kini kembali dipadati dengan aktivitas PKL. Kebanyakan mereka membawa gerobak dan membuka lapak lesehan. Mau tidak mau PKL yang sudah masuk ke selter juga membuka lapak lesehan. Meski mengetahui cara ini melanggar aturan, namun pedagang tidak punya pilihan lain. Alasannya, omzet turun drastis sampai 50 persennya sejak pindahan. Kondisi serupa juga terlihat di Selter Alun-alun Kejaksan. Beberapa pedagang memilih membawa gerobak untuk berjualan di Jl Siliwangi. Alasannya, akses ke lapak mereka tidak terlalu baik sehingga pembeli juga jarang  yang masuk. Khususnya pedagang dengan lapak di ujung selter. (abd/mik/myg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: