Jakarta Gawat Darurat

Jakarta Gawat Darurat

Curah Hujan Tinggi, Katulampa Siaga I BOGOR- Jakarta dalam kondisi gawat. Hujan deras yang mengguyur Bogor dan Puncak selama dua malam terakhir mengakibatkan volume Sungai Ciliwung meningkat tajam. Bendungan Katulampa mencatat, ketinggian air di sungai yang membelah Bogor-Jakarta itu menyentuh angka 210 sentimeter pada pukul 07.30. Dengan ketinggian air tersebut, lampu siaga I di bendungan buatan Belanda itu pun dinyalakan. Petugas Jaga Bendung Katulampa Andi Sudirman mengungkapkan, dengan status siaga I, Jakarta tak bisa menolak banjir kiriman dari Bogor. Meski sempat surut di siang hari, namun derasnya 477 meter kubik air per detik yang melintasi Katulampa, sudah cukup menenggelamkan bangunan di bantaran kali Ciliwung. Khususnya bagian hilir (Jakarta). “Sore nanti (kemarin, red), air kiriman akan sampai ke Jakarta. Ketinggian air ini paling tinggi,” cetus Andi. Derasnya air Ciliwung diperkirakan mencapai Pos Pemantauan Air Panus, Depok 3-4 jam. Sedangkan mencapai Manggarai, Jakarta pada 12-14 jam kemudian. \"Kita mengimbau agar semua warga di bantaran Ciliwung untuk waspada dan mencari lokasi yang lebih aman, karena ketinggian air sungai Ciliwung sudah di atas ambang batas. Apalagi saat ini Puncak masih hujan deras dan diperkirakan hingga besok pagi,\" ujarnya. Untuk diketahui, pada 2010 lalu, ketinggian air di Katulampa pernah menyentuh angka 200 sentimeter. Dan dengan ketinggian tersebut, sejumlah wilayah di Jakarta tenggelam hingga dua meter. Saat itu, menurut Andi masuk siklus lima tahunan. Sementara yang terjadi saat ini yakni siklus dua tahunan. Hingga pukul 21.00, banjir kiriman Bogor telah menggenangi sekitar 4 Rukun Warga di Kelurahan Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan. Ketinggian air di wilayah tersebut mencapai 3 meter dan merendam ratusan rumah sekitar. Sementara itu, ribuan warga Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, kemarin (15/1) akhirnya menyerah. Banjir sudah mencapai ketinggian tiga meter. Warga di daerah langganan banjir ini tidak lagi bertahan di lantai 2. Setidaknya 1.266 warga berbondong-bondong menyerbu lokasi pengungsian. “Muka air semakin meningkat, tadinya cuma 1,5 meter menjadi 3 meter. Jumlah warga yang mengungsi 1.266 jiwa,” ujar Lurah Kampung Melayu, Bambang Pangestu kepada INDOPOS (Radar Cirebon Group) kemarin (15/1). Warga yang mengungsi tersebut adalah warga yang bermukim di enam dari delapan RW yang ada di Kampung Pulo. Mereka mengungsi di sepuluh titik posko pengungsi yang telah disiapkan sebelumnya. Petugas SAR membantu mengevakuasi warga menggunakan perahu karet. Sepuluh posko pengungsian tersebut, lanjut Bambang, berada terpisah, yakni di halaman Kantor Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Kantor-Kantor RW, Masjid At-Tawabin, Rumah Sakit Hermina, GOR Ottista dan lainnya. Pemerintah memberikan bantuan yakni tenaga medis, air bersih, tenda serta nasi bungkus. Adapun, untuk nasi bungkus, akan diberikan teratur, mulai dari makan pagi, siang, dan malam. “Kemungkinan mereka (pengungsi, red) bertahan sampai dua atau tiga hari. Paling cepat dua hari,\" ungkap Bambang. Sedangkan Kasat Lantas Jakarta Timur, AKBP Soepoyo mengatakan, arus lalu lintas di Jalan Jatinegara Barat macet. Hal itu terjadi karena para pengungsi memarkirkan kendaraannya di tepi jalan. Para pengungsi juga berkerumun di tepi jalan tersebut. ”Belum ada penutupan, karena banyak warga yang berada di tepi jalan, jadi tersendat. Kita alihkan saja ke jalur kanan,” lanjutnya. Warga Kampung Pulo, Kampung Melayu, memang sejak siang bersiap-siap mengungsi. Itu tak lain setelah menyimak informasi ketinggian air di Bendungan Katulampah, Bogor mencapai tiga meter. “Air mau datang, ayo siap-siap,” ujar salah seorang pemuda Kampung Pulo sambil mendorong sepeda motornya keluar dari gang. Seperti biasa, aktivitas itu dilakukan warga Kampung Pulo seusai mendapat kabar bahwa air Kali Ciliwung akan meluap. Tampak juga beberapa warga lain turut keluar dari mulut gang. Hampir semua dari mereka membawa barang di tangan, baju yang dimasukkan dalam buntalan kain, ataupun bantal. Salah seorang warga, Rojak (32) mengatakan, permukimannya sebenarnya telah tergenang air luapan Sungai Ciliwung sejak enam hari lalu. Genangan air di tempat itu sudah setinggi lutut orang dewasa. Pada pukul 10.00, ketinggian air di wilayah Kampung Pulo mencapai seleher orang dewasa. “Airnya naik, sebelumnya kan cuma selutut, sekarang sudah seleher. Dikasih tahunya sudah dari jam 08.00 WIB pagi tadi,” ujarnya. Kelurahan Kampung Melayu, banjir kali ini merendam ratusan rumah di 33 RT dari 6 RW di kawasan tersebut. Banjir sebelumnya hanya merendam sekitar 7 RT di 2 RW, wilayah yang bersebelahan dengan aliran sungai. Menurut Rojak, akibat banjir kali ini, beberapa tetangganya di RT 04 RW 03 ikut mengungsi. “Kabarnya kan Katulampah naik lagi soalnya, jadi warga takut. Sekarang saja sudah seleher, kalau ditambah lagi, semana,” ujarnya. Sebelumnya di tempat terpisah, Guru SD 03 Cililitan, Kramat Jati Jakarta Timur tidak mau mengambil risiko murid-muridnya menjadi korban banjir. Mengantisipasi banjir bandang kiriman, kemarin ratusan  murid setempat dipulangkan. Sebab sekolah tersebut hanya terletak sekitar 13 meter dari aliran Kali Ciliwung. Lokasi sekolah tersebut berada di RT 08 RW 16, Kelurahan Cililitan, Kramat Jati. Keputusan tersebut diambil pihak sekolah berdasarkan informasi ketinggian air Bendungan Katulampah, Bogor. “Memang belum banjir, tapi kami antisipasi karena tadi pagi informasinya Bendungan Katulampa sudah mencapai lebih dari 200 sentimeter,” kata Kepala SD 03 Cililitan, Djumiati, kepada wartawan, Selasa (15/1). Menurut Djumiati, karena letaknya yang tidak jauh dari kali, gedung sekolah tersebut memang menjadi langganan banjir. Bahkan saat banjir besar menerjang wilayah DKI Jakarta pada 2007 lalu, ketinggian air mencapai tiga meter. Selain itu, rumah murid-murid sekolah yang sebagian besar berada di sekitar Cililitan juga berpotensi tergenang banjir. “Mereka juga harus dipulangkan karena rumah-rumahnya kebanjiran,” katanya. Dikatakan, terdapat 160 murid yang terdiri dari 80 murid di kelas I, 40 murid kelas II, dan kelas III sebanyak 40 murid yang dipulangkan. Sementara untuk kelas IV hingga kelas VI masih di sekolah karena harus mengikuti pendalaman materi. Para siswa yang dipulangkan diwajibkan masuk hari ini namun dengan  catatan jika tidak terjadi banjir bandang. Jika banjir, maka pihak sekolah terpaksa meliburkan siswanya hingga situasi kembali normal. Hujan deras juga membuat sejumlah wilayah di Jakarta Utara (Jakut), kemarin dikepung banjir. Selain itu, tingginya air pasang laut, membuat banjir tidak mudah surut. Adapun lokasi banjir di antaranya menerjang halaman kantor Kelurahan Kapuk Muara, Penjaringan,  hingga 80 cm. Hal itu membuat warga sekitar menjadi terganggu aktivitasnya. Khususnya saat hendak mendapatkan pelayanan di kelurahan tersebut. Tidak hanya di sana, Stasiun Kereta Api Kampung Bandan Ancol, juga kebanjiran hingga lutut orang dewasa. Di dekat Terminal penumpang Muara Angke, juga tergenang hingga 10 cm. \"Genangan hampir satu meter pagi tadi di halaman Kelurahan Kapuk Muara. Namun saat ini sudah berangsur surut kembali,\" ujar Jenudin, petugas posko banjir Pemkot Jakut kemarin. Di Kecamatan Penjaringan, kata dia, sejumlah ruas jalan mengalami genangan. \"Tercatat ada lima kelurahan yang mengalami genangan. Yakni di Kelurahan Penjaringan, Pejagalan, Kamal Muara, Kapuk Muara dan Pluit,\" terang Jenudin. Di Kelurahan Penjaringan, genangan terjadi hingga 20 cm di Jalan Pluit Dalam. Kemudian di Jalan Pluit Raya RW 07, genangan mencapai 15 cm. \"Kemudian di Jalan Jembatan 3 Sisi Timur dan Barat Kelurahan Pluit, genangan air mencapai 10 sampai dengan 15 cm,\" jelas Jenudin. Kondisi tersebut membuat kemacetan luar biasa. Pasalnya pengendara  terpaksa memperlambat laju kendaraannya. Selain itu, genangan juga terjadi di Kelurahan Pejagalan, yakni di Kampung Gusti, Gang Kantong RW 07, 015 08 dan 017. Di Kelurahan Kamal Muara, genangan terjadi di Jalan Kamal Muara RW 01, RT 03, 05, 10 dan 11. Di kelurahan Kapuk Muara, banjir terjadi di depan kelurahan jalan SMP 122, di RW 01, 04, dan 05. \"Sedangkan di Kelurahan Pluit genangan, terjadi di Terminal Muara Angke,\" jelas Jenudin. Sementara itu, ruas Jalan Gunung Sahari Ancol, arah ke Senen dan Tanjung Priok, juga banjir. Hal itu menyusul meluapnya sungai di pinggir jalan. Kemacetan pun tidak terhindarkan. \"Genangannya tinggi sekali sampai masuk busi motor. Banyak yang mogok,\" keluh Iwan, salah seorang pengendara kemarin. Petugas Sudin PU Tata Air, kemarin tampak bekerja keras memompa dan membersihkan sampah di Pintu Air Ancol. Di Jalan Lodan hingga ke Stasiun Kampung Bandan, banjir bahkan hampir mencapai setengah meter lebih. Akses jalan dari RE Martadinata macet total. Bahkan kemacetan parah terjadi hingga di Jalan Yos Sudarso. \"Banyak pegawai yang memanfaatkan ojek motor untuk pulang. Sebab, kendaraan juga sulit bergerak,\" terang Kasie Humas Pemkot Jakut, Rahmat Mulyadi, kemarin. (dni/dai/sdk/bac)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: