Waspada, Teror Cacing Anisakis

Waspada, Teror Cacing Anisakis

Ramainya pemberitaan produk ikan makarel kemasan kaleng yang positif mengandung cacing parasit, dan jenis cacing yang menghuni dalam ikan makarel sarden tersebut adalah jenis cacing nematoda, Anisakis simplex. Dalam rilisnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia ( BPOM RI) menemukan adanya 27 merek produk ikan makarel kemasan kaleng (138 bets) positif mengandung parasit cacing. Fakta tersebut diperoleh setelah BPOM menelusuri 541 sampel ikan dalam kemasan yang terdiri dari 66 merek yang diperjualbelikan di Indonesia. Produk dalam negeri yang positif tersebut diketahui mengambil bahan baku ikan makarel dari luar negeri. “Hasil pengujian menunjukkan 27 merek positif mengandung parasit cacing, terdiri dari 16 merek produk impor dan 11 merek produk dalam negeri,” tulis BPOM dalam rilisnya. Dilansir dari laman resmi Badan POM, diketahui bahwa sumber ikan yang tercemar cacing ini berasal dari China. Ikan Makarel Pasifik atau Chub Makarel (Scomber japonicas) umumnya memang dijumpai di Samudera Pasifik. Di antaranya di perairan negara India, China, Jepang, Korea, dan India. Ikan makarel juga mendiami perairan tropis. Sementara, menurut laman American Society for Microbiology dalam jurnalnya Clinical Microbiology Reviews,  cacing parasit  jenis cacing nematoda, anisakis simplex ini, berkembang menjadi dewasa hanya di dalam tubuh mamalia laut. Pada manusia, biasanya cacing tidak bisa bertahan dan mati dalam beberapa minggu. Namun, waktu hidup yang singkat itu dapat menyebabkan berbagai keluhan. Gejala anisakiasis termasuk sakit perut yang parah, mual, muntah dan demam ringan dan dapat berkembang dalam satu atau dua minggu setelah mengkonsumsi ikan yang terinfeksi. Cacing anisakis adalah cacing parasit yang hidup di perut ikan. Parasit ini biasanya ditemukan pada ikan mentah atau setengah matang. Bentuk cacing anisakis seperti tali parasit dengan panjang hingga 3 cm. Cacing ini sering ditemukan dalam ikan makarel, salmon, saury, dan cumi-cumi. Awalnya, cacing menginfeksi usus induk mereka, lalu ketika si induk mati, cacing ini berpindah ke otot. Anisakis juga dapat menginduksi reaksi alergi dan hipersensitivitas kekebalan. Pada beberapa kasus, infeksi ini diobati dengan pengangkatan larva melalui endoskopi atau pembedahan. (wb)      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: