Waduh, Kredit Macet Petani Tebu Capai Miliaran Rupiah

Waduh, Kredit Macet Petani Tebu Capai Miliaran Rupiah

CIREBON-Kredit macet dituding menjadi penyebab lambatnya pengembangan dan pelayanan terhadap para petani tebu yang berada di bawah naungan Koperasi Petani Tebu Rakyat (Kopetra) Sukarosa Srikandi (SS). Hal tersebut terungkap saat rapat anggota tahunan yang dilaksanakan Kopetra SS, Senin (23/4). Ketua Kopetra SS Ali Mazazi mengatakan, jika persoalan kredit macet tersebut sudah berlangsung lama, bahkan sejak dirinya belum menjabat sebagai ketua. “Kredit macet tersebut terjadi karena permasalahan gagal panen, capaian petani dan harga waktu itu tidak sesuai dengan perhitungan. Banyak petani yang gagal bayar,” ujar Ali. Dijelaskan Ali, ada dua bank swasta yang saat itu menjadi kreditur dari para petani, yakni Bank Saudara dan Bank Niaga. Sempat berjalan  beberapa saat, kredit tersebut akhirnya macet hingga sekarang. “Kredit tersebut sekitar 5,5 miliar, dengan bunga dan lain-lain mungkin lebih. Tapi ini tidak terjadi di periode saya, itu musim tanam sekitar 2012. Saya hanya melanjutkan agar organisasi ini tetap ada dan bertahan melayani dan membantu petani tebu,” imbuhnya. Terkait penyelesaian kredit tersebut, Ali mengaku sudah menghadap dan meminta petunjuk kepada kedua bank tersebut. Untuk Bank Saudara kredit tersebut diselesaikan secara personal, karena kreditnya tidak melalui koperasi. Sementara untuk kredit yang ada di Bank Niaga disalurkan melalui koperasi. “Saya sudah ketemu dengan pihak bank, tapi sudah dua tahun lalu. Kita belum tahu mekanisme penyelesaian kreditnya bagaimana. Yang jelas, sudah dua tahun ini tidak ada tagihan atau surat dari bank tersebut,” bebernya. Namun demikian, pihak koperasi tidak pernah mendapat surat penyelesaian kredit ataupun surat pelunasan, meskipun dalam dua tahun terakhir tidak ada tagihan yang datang. “Kita memang bayar premi asuransi kreditnya. Kita tidak tahu apakah kredit itu dibayar oleh asuransi atau tidak. Tapi yang jelas, sampai saat ini tidak ada lagi surat ke koperasi,” jelasnya. Sementara itu, salah satu anggota Kopetra SS, Mae Azhar mengatakan, petani dan anggota membutuhkan kejelasan status kredit tersebut agar tidak ada persoalan. Pasalnya, hingga saat ini kredit tersebut tidak jelas, apa dan bagaimana mekanisme pembayarannya. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: