ICW Endus Manipulasi Data Siswa Miskin

ICW Endus Manipulasi Data Siswa Miskin

TUPAREV - Indonesian Coruption Watch (ICW) pernah menemukan kejadian janggal dalam dunia pendidikan di Kota Cirebon. Salah satu modusnya, dengan memanipulasi data siswa miskin. Hal ini justru dilakukan oleh kepala sekolah yang seharusnya mengawasi dan menggunakan dana pendidikan. Keterangan tersebut terungkap dalam pemaparan pendiri ICW, Drs Teten Masduki di sela seminar peningkatan mutu guru di lantai tiga hotel Apita, Minggu (27/1). Teten menceritakan, di Cirebon dirinya pernah menemukan manipulasi data siswa miskin yang dilakukan kepala sekolah. Menurutnya, hal itu sering dilakukan dalam jangka waktu yang lama. “Ini aneh, kepala sekolah yang melakukan itu. Tentu saja dibantu guru-guru,” ucapnya kepada ratusan alumni UPI Bandung. Modus yang dilakukan, lanjut Teten, usai pendataan siswa miskin yang fiktif, kepsek akan mengambil uang dana bantuan pendidikan yang dikirim melalui wesel pos. Biasanya dari sejumlah uang yang masuk, separuhnya diambil kepsek, separuhnya benar-benar diserahkan kepada siswa miskin. “Itu jika datanya asli,” katanya. Namun ada juga kepsek yang nekad mengusulkan nama-nama fiktif. Padahal dalam data sekolah tidak ada nama yang diusulkan tersebut. “Ini keterlaluan sekali,” ujarnya geram. Teten berharap ada kebijakan anggaran yang pro pendidikan. Sebagai alumni pendidikan guru, ia memiliki perhatian dengan pendidikan dan guru. Karena itu seluruh elemen harus berani memperjuangkan nasib pahlawan tanpa tanda jasa. Termasuk, memperjuangkan tentang dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Selama ini dana yang bertujuan meringankan biaya pendidikan itu, melalui jalur birokrasi pendidikan akan disunat hingga tinggal ampasnya saja. “Dulu hanya disunat. Sekarang dana itu sampai diperas,” bebernya. Teten ingin ada satu sistem yang lebih jelas tentang transparansi pengelolaan pendidikan. Diterangkan, kebocoran dana BOS di Jawa Barat dan Cirebon khususnya, sudah menjadi kasus yang luar biasa. Indikasinya, keberadaan bantuan pemerintah itu tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendidikan di Kota Cirebon maupun kota lain di Jawa Barat. Dalam hal ini, investasi sosial harus dilakukan. “Yang dimaksud investasi sosial adalah anggaran yang berpihak di bidang pendidikan dan kesehatan,” terangnya. Salah satu cara untuk melakukan investasi sosial dengan memberikan porsi besar kepada anggaran pendidikan dan kesehatan. Selain itu, lanjut Teten, kesejahteraan guru harus menjadi perhatian. Sebab pendidikan tidak hanya tentang sarana dan prasarana. “Kalau guru sejahtera, kejadian manipulasi data dan penyunatan dana pendidikan, dapat diminimalisir,” ucapnya. Penumpukkan guru di kota, juga harus dibagi dengan daerah. Salah satu cara stimulan, dengan memberikan intensif. Ketua umum Ikatan Alumni UPI, Drs Enggartiasto Lukita menambahkan, pendidikan menentukan perjalanan bangsa. Negara dan pemerintah harus memperhatikan guru yang membangun bangsa. Menurutnya, carut marut dunia pendidikan dengan perubahan kurikulum, justru menimbulkan kebingungan. “Pendidikan harus menjadi prioritas. Karena itu, kebijakan penganggaran khususnya, harus diperhatikan,” tegasnya. Dalam workshop tersebut hadir Ketua Dewan Penasehat IKA UPI, Teten Masduki, Ketua Umum IKA UPI, Enggartiasto Lukita, mantan Sekretaris Jenderal DPR RI, Nining Indra Saleh, Kolonel (Purn) AL Rusdi Ridwan, dan sekitar 350 lulusan UPI dari wilayah III Cirebon. (ysf)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: