Rupiah Anjlok, Begini Tanggapan Bank Indonesia

Rupiah Anjlok, Begini Tanggapan Bank Indonesia

JAKARTA-Nilai tukar dolar AS terhadap rupiah terus mengalami penguatan. Pada Senin (23/4) dolar AS hampir menyentuh Rp 14.000, berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) tercatat Rp 13.894 per dollar. Amatan radarcirebon.com JISDOR (USD-IDR) 26-04- 18 Rp 13,930. Menanggapi hal tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menjelaskan depresiasi rupiah yang terjadi akhir-akhir ini, lebih disebabkan oleh penguatan mata uang AS (USD) terhadap hampir semua mata uang dunia (broad based). Penguatan USD ini tersebut adalah dampak dari berlanjutnya kenaikan yield UST (suku bunga obligasi negara AS) hingga mencapai 3,03% (tertinggi sejak tahun 2013). Selain itu, depresiasi rupiah juga terkait faktor musiman permintan valas yang meningkat pada triwulan II antara lain untuk keperluan pembayaran ULN dan pembiayaan impor, dan dividen. Dalam pernyataan tertulisnya, fundamental ekonomi Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang kuat. Inflasi masih sesuai dengan kisaran 3,5+1%, defisit transaksi berjalan lebih rendah dari batas aman 3% PDB, momentum pertumbuhan ekonomi berlanjut diikuti oleh struktur pertumbuhan yang lebih baik, dan stabilitas sistem keuangan yang tetap kuat. Kepercayaan asing juga terus membaik yang tercermin pada upgrade rating Indonesia oleh Moody’s, JCRA, dan R&I serta dimasukkannya obligasi negara ke dalam Bloomberg Global Bond Index. \"Sampai dengan hari Kamis tanggal 26 April 2018, rupiah terdepresiasi sebesar -0,88% (mtd). Depresiasi rupiah ini masih lebih rendah dibandingkan dengan depresiasi mata uang negara Asia lain termasuk Thailand THB (-1,12%, mtd), Malaysia MYR (-1,24%, mtd), Singapore SGD (-1,17%, mtd), Korea Selatan KRW (-1,38%, mtd), dan India INR (-2,4%, mtd),\" kata Agus dalam keterangan tertulisnya, Selasa (26/4). Dengan memperhatikan perkembangan tersebut, Bank Indonesia telah melakukan langkah-langkah stabilisasi baik di pasar valas maupun pasar SBN (dual intervention) untuk meminimalkan depresiasi yang terlalu cepat dan berlebihan. Dia menyebut, untuk memperkuat upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dengan tetap mendorong mekanisme pasar. Bank Indonesia akan menempuh langkah-langkah sebagai berikut :

  1. Senantiasa berada di pasar untuk memastikan tersedianya likuiditas dalam jumlah yang memadai baik valas maupun rupiah;
  2. Memantau dengan seksama perkembangan perekonomian global dan dampaknya terhadap perekonomian domestik;
  3. Mempersiapkan 2nd line of defense bersama dengan institusi eksternal terkait;
  4. Apabila tekanan terhadap nilai tukar terus berlanjut serta berpotensi menghambat pencapaian sasaran inflasi dan menganggu stabilitas sistem keuangan, yang merupakan mandat Bank Indonesia, Bank Indonesia tidak menutup ruang bagi penyesuaian suku bunga kebijakan BI7DRR. Kebijakan ini tentunya akan dilakukan secara berhati-hati, terukur, dan bersifat data dependence, mengacu pada perkembangan data terkini maupun perkiraan ke depan. (wb)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: