Sebelas Rumah Hancur

Sebelas Rumah Hancur

Satu Warga Dukuh Semar Terseret Derasnya Arus Air CIREBON - Banjir dahsyat dari luapan Sungai Suba (Kriyan), Minggu malam (27/1), memporakporandakan belasan rumah warga di Kampung Dukuh Semar, Gg Bagong, RT 09 RW 05, Kelurahan Kecapi, Kecamatan Harjamukti. Pantauan Radar, Senin (28/1), ada sebelas rumah hancur akibat terjangan banjir bandang yang datang tiba-tiba sekitar pukul 19.00 WIB. Arus deras dari Sungai Kriyan yang meluap juga merobohkan tembok besar sepanjang 20 meter dan tinggi lima meter di area permukiman warga. Meski tidak ada korban jiwa, seluruh harta benda warga banyak yang hanyut tersapu banjir. Salah satu warga yang rumahnya mengalami kerusakan paling parah, Taswi (50) mengatakan, air sungai meluap saat Magrib datang. Saat itu dirinya dan keluarga ada di dalam rumah, yang berdekatan dengan sungai. Pukul 19.00 WIB, Taswi menyadari luapan air sungai mulai masuk rumah. Tidak disangka, satu jam selanjutnya air semakin tinggi masuk dalam rumah hingga mencapai pusar orang dewasa. Sadar keselamatan keluarganya terancam, Taswi segera membawa anak dan cucu untuk menyelamatkan diri. \"Magrib itu sudah selutut, pas masuk Isya air sampai udel. Pikiran saya hanya menyelamatkan anak dan cucu untuk dibawa ke depan (luar rumah). Saya enggak mikirin perabotan atau apa pun lagi,\" katanya kepada wartawan koran ini, kemarin (28/1). Berhasil menyelamatkan diri, Taswi mengungkapkan, ia melihat air sungai yang meluap semakin tinggi hingga mencapai dua meter. Saat air meninggi itulah, benteng pembatas setinggi lima meter, panjang lebih dari 20 meter roboh. Beruntung tidak menimpa ke arah rumah warga. \"Untung saja robohnya ke depan, coba kalau menimpa rumah. Pasti ada korban, karena beberapa orang masih ada di dalam rumah mereka. Menantu saya saja luka, tapi tidak begitu parah, karena saat kejadian dia loncat ke pohon belimbing,\" ucapnya getir. Ditanya apa saja harta benda yang selamat? Taswi menyebut semua harta bendanya hanyut terbawa arus. Hanya tersisa beberapa perabotan rumah tangga. Sejumlah alat elektronik pun rusak. \"Tadinya saya tinggal di belakang masjid Assunah, di sini belum ada satu tahun. Perabot, dokumen, baju, hanyut semua. Baju yang saya pakai saja dapat pinjam dari besan dan tetangga, karena enggak ada  (barang, red) yang selamat,\" tuturnya. Taswi mengingat tetangga yang rumahnya juga hancur kena banjir. Ada Ali, Marmun, Subiyung, Wahab, Munaji, Talam, Mirah, dan Karinem. Ibu yang baru melahirkan bayi satu bulan lalu, Karinem (41), saat air sungai meluap langsung menyelamatkan diri. Saat itu suami Karinem, Gianto (49) tidak menyertai, karena masih membereskan drum di luar rumah. Karinem menyebutkan, Gianto sempat terbawa arus, namun selamat karena tersangkut di pepohonan saat benteng roboh. \"Barang-barang enggak ada yang selamat, saya juga enggak mikirin, karena saya punya bayi. Akhirnya tidur pun di warung depan, karena sampai tengah malam air belum surut,\" ujarnya. Karinem mengaku Wali kota Subardi melakukan kunjungan ke tempatnya saat banjir terjadi. Dikatakannya, Subardi datang untuk memantau dan membawa empat dus air gelas kemasan. Pantauan Radar, hingga kemarin (28/1) sekitar pukul 13.00 WIB, warga Dukuh Semar masih membersihkan sisa-sisa material bangunan dan barang yang berserakan. Warga berharap pemerintah tanggap dalam menanggulangi banjir yang hampir selalu terjadi setiap tahun. SUBA: SUKA BANJIR Warga menyebutnya Sungai Suba, karena sungai tersebut suka banjir bila musim hujan tiba. Ada juga orang yang menyebutnya Kali Kriyan dan Kali Drajat. Menurut Masna (65), warga RW 01 Kelurahan Drajat, banjir kali ini terbilang besar. \"Sudah puluhan tahun, baru terjadi lagi kali ini. Ini bisa dibilang banjir terbesar,\" ujarnya. Masna menceritakan dulu di tahun 70-an air Sungai Suba sangat jernih. \"Saya ketika masih muda, suka main di kali nangkap ikan. Airnya masih jernih waktu itu. Kira-kira tahun 90-an, kali sudah mulai rusak. Banyak rumah-rumah yang berdiri di bantaran kali. Air jadi keruh karena limbah dari pabrik,\" kenangnya. Masna menerangkan saat banjir terjadi Minggu malam (27/1), tanggul penahan banjir setinggi tiga meter yang ada di pinggiran sungai tidak mampu menahan luapan air karena besarnya debit air. Sebagian warga Drajat meyakini, luapan air tersebut merupakan kiriman dari hulu sungai yang ada di gunung Ciremai, Kuningan. Air pun akhirnya meluap sampai menggenangi rumah warga. Hewan ternak milik warga juga ada yang terbawa arus sungai. Masna menyebutkan ia memilih menyelamatkan dulu barang-barang elektronik dan kendaraan, sehingga hewan ternak seperti ayam dan entog tak bisa diselamatkan. Warga RT 04 RW 01 Kelurahan Drajat, Karnadi (70) dan Saidah (48), tanah rumah bagian belakangnya yang ada di atas kali amblas sedalam tiga meter, hingga menyebabkan rumah mereka retak. \"Di sini belum ada tanggul, cuma tumpukan karung berisi pasir untuk menahan tanah supaya tidak longsor,\" kata Karnadi seraya menyebutkan tinggi tanah rumahnya hanya sekitar tiga meter dari permukaan air sungai dalam kondisi normal. ADA BANTUAN SOSIAL 3 MILIAR Wakil Ketua Komisi C DPRD, Andi Riyanto Lie SE mengatakan, sejak ada Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 32 tahun 2011 dan 39 tahun 2012 tentang pemberian hibah dan bansos, mekanisme calon penerima harus melalui survei dan verifikasi. Setelah itu data penerima dimasukkan dalam Peraturan wali kota. “Jadi, dana bansos tidak bisa dikeluarkan mendadak,” ucapnya menanggapi perihal ada tidaknya anggaran bantuan dari pemkot untuk korban bencana banjir. Menurut Andi, banjir kemarin termasuk kategori bencana. Ia berharap ada bantuan sosial turun dari instansi terkait seperti dinsosnakertrans. Bantuan yang dimaksud, bisa dikategorikan ke dalam bantuan dari pos bantuan sosial yang tidak direncanakan. Dewan telah memberikan anggaran untuk itu sekitar Rp3 miliar per tahun. “Pos bantuan sosial tidak direncanakan itu, adanya di DPPKD,” terangnya. Mekanismenya dapat melalui pengajuan RT atau RW setempat. Bisa dikatakan, dana bantuan tersebut seperti dana bantuan bencana. Andi mengharapkan bantuan untuk korban banjir bisa dianggarkan dari pos bansos tidak direncanakan. Politisi Partai Golkar itu bersama rekan-rekannya di Komisi C, prihatin dan sedih akan bencana tersebut. “Dewan juga akan membahas opsi pengajuan bantuan dari pos mana saja,” tandasnya. Kepala dinsosnakertrans Kota Cirebon, Drs M Korneli MM mengungkapkan, pihaknya tidak memiliki anggaran perbaikan rumah untuk korban banjir. Sebab hal itu di luar kewenangan dinsosnakertrans Kota Cirebon. “Kalau rumahnya rusak atau rubuh akibat banjir, kita tidak bisa mengatasi. Tidak ada dana langsung untuk itu,” terangnya. Jika dipaksakan ingin ada perbaikan, Korneli menyarankan untuk mengikutsertakan dalam program rumah tidak layak huni (rutilahu). “Itupun dengan syarat dan ketentuan yang ketat,” ucapnya. PASANG AIR LAUT MEMPENGARUHI Kepala Bidang Sumber Daya Alam (SDA) Dinas PUPESDM, Alan Sulaeman ST menambahkan, beberapa hal menjadi penyebab banjir  di antaranya, derasnya aliran hujan di hulu sungai Kriyan dan adanya tumpukan sampah aliran sungai yang masuk di Kota Cirebon. Dua hal tersebut menjadi penyebab utama banjir yang terjadi Minggu malam (27/1). Selain itu, pasang air laut menolak arus aliran sungai yang akan menuju laut. “Karena air laut pasang, otomatis air dari sungai tidak bisa ke laut dan muntah ke daratan,” terangnya. Saat ini, DPUPESDM sudah melakukan koordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) untuk antisipasi banjir susulan. Lima sungai besar yang ada di Kota Cirebon, selurunya berada dalam kewenangan BBWS. “Semalam (kemarin, red), kami melakukan pemantauan bersama BBWS. Hasilnya, banjir karena luapan dan derasnya arus sungai dari hulu masuk ke sungai di Cirebon. Pada saat bersamaan, air laut dalam keadaan pasang. Sehingga aliran air tidak tertampung dan meluap ke daratan. Bidang SDA DPUPESDM, lanjut Alan, sudah melakukan berbagai langkah. Seperti normalisasi sungai-sungai pada beberapa bulan lalu. “Triwulan sekali kita mengadakan normalisasi sungai. Mengangkat sedimen lumpur dan sampah. Ini sebagai antisipasi banjir,” bebernya. Disamping itu, DPUPESDM bersama BBWS akan melakukan pemecahan arus dengan membuat sodetan sungai. Sehingga diharapkan saat sungai Kriyan banjir, tidak meluap ke warga. Alan juga mengimbau agar masyarakat jangan membuang sampah sembarangan di sungai. Saat pengerukan normalisasi sungai, dia sering menemukan berbagai macam sampah yang menyumbat aliran arus sungai. Imbasnya, di musim hujan seperti saat ini, arus sungai meluap dan banjir. Terpisah, Kepala Seksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cirebon, Rahmat Hidayat mengatakan, sungai Kriyan di Dukuh Semar arah Cangkol Kesunean, disebut menjadi penyebab banjir. Alasannya, saat pembangunan perubahan jembatan di Kesunean, masih menyisakan bekas patok beton di bawah air. “Setelah jembatan jadi, patok beton tidak dibongkar. Ini menghambat arus air dan sampah menumpuk. Akhirnya menyumbat dan banjir,” paparnya. Senada dengan DPUPESDM, BPBD juga menyebut tumpukan sampah di sungai dan timpahan air hujan dari hulu, menjadi penyebab banjir. Saat kejadian, tim BPBD mendeteksi wilayah yang tergenang dan menjadi langganan banjir. Namun, dipastikan banjir di Kota Cirebon bukan banjir seperti di Jakarta. Artinya, menyusutnya air relatif cepat. Berdasarkan identifikasi BPBD, daerah langganan banjir ada di Drajat, Pulobaru, Gambir Laya, Purwasari dan Kesunean. “Banjir kemarin bukan karena tanggul jebol,” sangkalnya. (atn/jml/ysf)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: