BBWS Ajak Warga Perbanyak Daerah Tangkapan Air

BBWS Ajak Warga Perbanyak Daerah Tangkapan Air

CIREBON-Kota dan Kabupaten Cirebon kerap dilanda banjir. Bahkan, kondisi tersebut hampir terjadi setiap tahun. Umumnya, terjadi di periode Februari dan Maret setiap tahunnya. Hal itu biasa disebut sebagai siklus banjir tahunan. Selain banjir tahunan yang menerjang kota dan kabupaten, rupanya dikenal juga banjir dengan siklus dua tahunan, lima tahunan dan 10 tahunan. Banjirnya sendiri terjadi di waktu yang sama, hanya ketinggian banjirnya saja yang bervariasi. Kota dan Kabupaten Cirebon pun harus tetap waspada. Pasalnya, ancaman dari siklus tahunan tersebut masih sangat mungkin terjadi. Terlebih, rehabilitasi sungai yang didengungkan saat terjadi banjir besar pada Februari dan Maret lalu, masih belum terealisasi. Hal tersebut terkuak saat diskusi Departemen Lingkungan Hidup dan Kesehatan (DLHK) dengan Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk dan Cisanggarung yang digelar di Sekretariat PC GP Ansor Kabupaten Cirebon, Minggu (29/4). Pada kesempatan tersebut, Kasie Perencanaan Umum BBWS Narda Dwizanu Permatasari ST MPSDA mengatakan, di wilayah kerja BBWS saat ini, ada 25 daerah aliran sungai (DAS) yang menjadi tanggung jawab BBWS. Beberapa di antaranya memang dalam kondisi memprihatinkan, rata-rata mengalami pendangkalan dan pencemaran. “Anggaran yang dibutuhkan untuk melakukan rehabilitasi sungai itu sangat besar. Ini yang kemudian membuat pemerintah harus memilih mana dulu sungai yang dijadikan prioritas untuk direbilitasi,” bebernya. Dijelaskannya, kondisi yang terjadi di sungai saat ini lebih banyak disebabkan karena proses yang terjadi di luar sungai, yang kemudian terakumulasi di sungai. BBWS menurut Narda, hanya ada pada ranah sungai, sementara kerusakan sungai seringkali berasal dari hal-hal yang di luar sungai, seperti alih fungsi lahan, penambangan, galian dan lain-lain yang membuat daerah tangkapan air semakin sedikit, dan membuat air hujan langsung turun ke sungai tanpa bisa diserap terlebih dahulu oleh tanah. “Oleh karena itu, kita sering lakukan sosialisasi ke masyarakat, untuk memperbanyak daerah tangkapan air, bikin biopori, sosialisasi melalu literasi sungai. Hal ini karena butuh peran serta semua elemen untuk menjaga sungai, tidak hanya oleh BBWS atau pemerintah, masyarakat juga harus mulai dibangun kesadarannya dan ikut berpartisipasi,” jelasnya. Sementara itu, salah satu peserta diskusi, Aan Anwarudin mengaku heran dengan kondisi banjir yang kerap menerjang Cirebon. Menurut Aan, BBWS sebagai pemegang otoritas di wilayah sungai mampu mereduksi dan mencegah terjadinya banjir yang penyebabnya didominasi dari luapan air sungai. Jika siklus tersebut terus terjadi, dia khawatir antara bidang perencanaan dan pelaksanaan di BBWS tidak sinkron, sehingga harapan saat perencanaan dan eksekusi saat pelaksanaan tidak maksimal. “BBWS mau tidak mau, mampu tidak mampu, harus bisa memutus siklus banjir tahunan. Ini sudah menjadi tugasnya. Tidak ada alasan banjir tidak bisa tertangani karena tidak ada anggaran atau anggrannya minim. Kalau seperti itu, berarti Cirebon belum bebas dari banjir. Sebagai masyarakat tentu kita akan bantu, kita siap bersinergi dengan BBWS untuk membantu penanganan sungai, terutama dampak dari banjir,” ungkapnya. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: