Panen Surplus, Harga Beras Tetap Mahal, Gabah Malah Anjlok, Petani Rugi

Panen Surplus, Harga Beras Tetap Mahal, Gabah Malah Anjlok, Petani Rugi

CIREBON-Sebagian besar wilayah di Kabupaten Cirebon sudah memasuki masa panen. Bahkan, sebagian yang lainnya sudah memasuki musim tanam. Meskipun sempat diterjang banjir pada akhir Februari hingga awal Maret 2018, namun capaian produksi panen padi diklaim naik 18 persen. Apakah itu berarti pendapatan petani tahun ini lebih banyak? Jawabannya, tidak!! Ketua HKTI Kabupaten Cirebon Tasrip Abubakar kepada Radar Cirebon membeberkan, naiknya produksi panen tahun ini, tidak berbanding lurus dengan pendapatan yang diterima para petani. Meski harga beras premium masih berkutat di atas Rp10 ribu, tetapi harga gabah kering di tingkat petani hanya dihargai Rp450 ribu perkuintal. \"\" Bagi Tasrip, kondisi ini terjadi karena Bulog yang kurang agresif dan kalah jauh dengan serapan gabah petani yang lebih banyak diserap oleh pedagang-pedagang  lintas kota ataupun tengkulak. “Ada beberapa faktor yang mendorong kondisi tersebut terjadi, di antaranya lemahnya serapan Bulog, sementara tengkulak dan pedagang lintas kota begitu aktif dan masif,” ujarnya kepada Radar Cirebon. Hampir seluruh wilayah-wilayah kantung produsen padi dari periode April hingga Mei 2018, sedang melakukan panen raya. Saat ini, para petani  bergumul dengan cuaca ekstrem saat memanen padi. “Banyak klaim eksekutif dan legislatif tentang hasil produksi, seolah-olah petani untung, padahal saat ini petani meskipun hasilnya bagus, tapi merugi karena harga gabah kering yang murah. Kita tidak untung tapi buntung,” jelasnya. Sementara itu, Ketua Gapoktan Barokah Desa Curug Wetan Nurhasan mengatakan, bahan pokok itu dikendalikan oleh dua hal. Yakni HET dan impor. Namun, meskipun dianggap cara paling efektif untuk menekan harga, namun penetapan HET kadang tidak melihat dan menghitung harga pokok produksi (HPP), sehingga penetapan HET meskipun membantu masyarakat secara umum, namun sangat merugikan petani. Meskipun hampir seluruh wilayah berlangsung panen, namun kondisi tersebut tidak serta merta menurunkan harga beras. Di beberapa pasar, untuk jenis beras medium masih berkutat di angka Rp10.500. “Memang jomplang sekali. Harga perkilogram gabah kering di petani cuma dihargai Rp4.500 sampai 4.700 perkilogram. Ketika sudah jadi beras dan dijual di pasar, masih di angka Rp10.500,” ungkapnya. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: