Setahun, Penderita TB di Kabupaten Cirebon Capai Angka 3.900 Orang

Setahun, Penderita TB di Kabupaten Cirebon Capai Angka 3.900 Orang

CIREBON - Kasus tuberkulosis (TB) atau yang dikenal dengan TBC di Kabupaten Cirebon masih tinggi. Tidak tanggung-tanggung, penyakit yang mudah menular ini, penderitanya di angka 3.200-3.900 orang tiap tahun. Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Cirebon, Nanang Ruhyana menjelaskan, pengobatan penyakit TB membutuhkan waktu cukup lama. Menurut data yang tercatat tahun 2017 lalu, penderitanya sebanyak 3.298. Jumlah penderita itu terbagi menjadi beberapa kategori, mulai TB aktif dan ekstra paru. \"TB itu penyakit yang disebabkan microbacterium tubercolosis, dan biasa menyerang paru-paru. Selain paru-paru, sejumlah organ lain pun bisa terserang. Jadi, TB ini bukan penyakit turunan, melainkan menular,” ujar Nanang kepada Radar Cirebon. Menurutnya, gejala yang paling mudah dilihat, yakni batuk-batuk lebih dari dua minggu, disertai penurunan berat badan. Selain itu juga, nafsu makan mulai berkurang, serta sesak nafas. Apabila menemui gejala seperti itu, kata Nanang, pihaknya meminta agar keluarga atau yang bersangkutan segera memeriksakan pada pelayanan kesehatan terdekat. “Segera datang ke puskesmas, di sana juga bisa menangani. Karena para tenaga medis sudah dilatih dan dibekali bagaimana menangani dan mengobati penyakit yang disebabkan bakteri tersebut,” terangnya. Dia menjelaskan, yang perlu diperhatikan oleh pasien TB, yakni harus mengikuti pengobatan rutin yang disarankan dokter. Apabila tidak rutin, dikhawatirkan bakteri akan terus menyebar ke organ lain, dan bisa juga menyebabkan bakteri resisten (tahan) terhadap obat. “Kalau dulu pengobatan paling singkat selama satu tahun. Sekarang bisa sembuh dalam waktu enam bulan, namun tergantung tingkat keparahannya,” paparnya. Apabila pasien resisten terhadap obat, maka pengobatannya akan ditingkatkan selama dua tahun. Dan harus rutin secara terus-menerus melakukan pengobatan. Nanang berharap, masyarakat mulai sadar pentingnya menjaga kesehatan. Artinya, gejala apapun yang dideritanya langsung dikonsultasikan pada dokter atau pelayanan kesehatan lainnya. “Pelayanan kesehatan hingga tingkat puskesmas sudah bisa melayani. Kalaupun tidak, maka akan dirujuk ke RSUD atau RS khusus paru yang ada di Sidawangi. Jadi, kami mendorong agar masyarakat bisa mengenali gejala-gejala penyakit dan penanganannya,” pungkasnya. (sam)     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: