Penanganan Kemacetan di Kota Cirebon Masih Sporadis

Penanganan Kemacetan di Kota Cirebon Masih Sporadis

CIREBON – Kemacetan di Jl Cipto Mangunkusumo Kota Cirebon, diprediksi bakal lebih parah menjelang Ramadan dan Idul Fitri. Perlu ada solusi yang berkesinambungan. Bukan sekadar tindakan sporadis untuk penanganan momen tertentu saja. Pengamat transportasi, Ade Danu menilai, untuk Jl Cipto Mk butuh lebih dari sekadar rekayasa lalu lintas. Beberapa kali diuji coba, terbukti upaya pengurangan volume kendaraan malah membuat ruas jalan lain jadi tak beraturan. Dilihat dari faktor penyebab, disimpulkan bahwa kemacetan terjadi karena adanya penumpukan kendaraan di akses masuk pusat perbelanjaan, parkir badan jalan dan antrean di titik putar arah (U-Turn). “Kemacetan di Jalan Cipto cukup parah. Penanganannya harus berdasar analisis data lapangan yang akurat,” ujar Ade kepada Radar Cirebon, Selasa (8/5). Dia mendorong dinas perhubungan memanfaatkan Area Traffic Control System (ATCS). Dengan teknologi itu, seharusnya data yang dibutuhkan bisa lebih konkret. Tentu saja, output­-nya ialah kebijakan yang tepat. “ATCS ini dimanfaatkan. Itu bukan video pajangan biasa. Harusnya bisa memberikan data yang dibutuhkan,” katanya. Dari pengamatan yang dilakukan, Ade menyebut, titik macet dan penyebabnya ada di akses masuk pusat perbelanjaan. Kemudian parkir badan jalan di sekitar SMAN 2. Solusinya adalah pusat perbelanjaan harus memindahkan entrance gate (akses masuk) ke ruang yang lebih dalam. Dengan begitu, penumpukan kendaraan di jalanan bisa dikurangi. Lain dengan kondisi sekarang, di mana antrean kendaraan justru terjadi di jalan umum. Kondisi ini diperparah dengan parkir badan jalan yang membuat ruang jalan kian sempit. Di beberapa titik, kekacauan ini malah berpadu dengan antrean di titik putar arah. Khususnya di depan Kantor Indosat dan dekat SMAN 2. Kemacetan di Jl Cipto MK hanya ekses dari kehadiran pusat keramaian dan pertambahan jumlah kendaraan. Meningkatnya mobilitas kendaraan juga menjadi faktor penyebab lainnya. Dari data Dinas Perhubungan, kecepatan rata-rata di sejumlah ruas jalan memang mengalami perlambatan. Yang terparah, bisa di bawah 7 kilometer per jam. Hasil kajian dishub, kecepatan rata-rata terlambat ada di Jl Pekiringan. Kendaraan yang melintas kecepatan maksimalnya hanya 7 km/jam. Jl Siliwangi-Karanggetas (Asia-Surya Toserba) tidak lebih baik. Kecepatannya hanya 10 km/jam. Dalam analisis yang dilakukan dishub, diberikan pemeringkatan. Untuk kategori A, jalanan bisa dilalui kendaraan dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam. Kategori B 30 km/jam, kategori C 20 km/jam, kategori D 10 km/jam dan kategori E di bawah 10 km/jam. Saat ini, Jl Pekiringan dan Jl Karanggetas masuk peringkat E. Untuk peringkat A hanya tersisa Jl Kalijaga (By Pass Ahmad Yani-Fly Over Pegambiran), Jl Yos Sudarso, sebagian Jl Kesambi Raya dan Jl Samadikun. Dalam wawancara sebelumnya dengan Kepala Bidang Rekayasa Lalu Lintas Dishub, Gunawan ATD DEA disebutkan bahwa untuk kepadatan di lampu merah tergolong belum masuk kategori parah. Nyaris tidak pernah terjadi di Kota Cirebon antrean lampu merah sampai tiga fase. \"Belum pernah ada kendaraan terjebak sampai dua kali di lampu merah,\" jelasnya. (abd/myg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: