Begini Cerita Warga Cirebon yang Jadi Korban Umrah Fiktif

Begini Cerita Warga Cirebon yang Jadi Korban Umrah Fiktif

Janji tinggal janji. Sudah setor uang, tak kunjung berangkat ke Tanah Suci. Bahkan kantor tempat mereka “menitipkan” uang itu sudah bubar. Ternyata, jadi korban umrah fiktif.  CECEP NACEPI, Cirebon MASUNIH sudah tak sabar lagi. Wanita 60 tahun warga Ciwaringin itu kemarin mendatangi Mapolres Cirebon. Dia dan warga lainnya melaporkan CV SMS, perusahaan yang menjanjikan akan memberangkatkan mereka ke Tanah Suci. Masunih menceritakan, dia dan korban lainnya awalnya mendapatkan brosur tentang umrah murah dari Ahmad Zaenudin alias Ade (40). Dalam brosur yang berlogo CV SMS itu menawarkan umrah hanya dengan uang Rp 5 juta. Tapi, ada syaratnya. Harus menunggu 3 tahun untuk berangkat umrah karena dana tersebut diinvestasikan dulu melalui CV SMS. Saat mendengarkan penjelasan Ade, yakni cukup dengan membayar Rp 5 juta untuk berangkat umrah, Masunih pun percaya. “Uang Rp 5 juta dikelola seperti investasi. Selama 3 tahun baru kita bisa berangkat umrah dari uang tersebut. Dia orang pintar agama Mas. Jadi kita percaya saja,” kata Masunih. Karena percaya, pada tahun 2014 Masunih mendaftar dengan uang Rp 5 juta. Faktanya, hingga hari ini Masunih tak kunjung berangkat. Berkali-kali ia menagih janji ke Ade dan CV SMS. Tak pernah ada realisasi. Bahkan kantor CV SMS sudah tutup. Korban yang lainnya juga ikut mendaftar bernama Suhana (55). Warga Desa Budur, Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, itu kemarin juga mendatangi Mapolres Cirebon. Suhana mendaftar pada tahun 2015 dengan membayar Rp 7,5 Juta. “Kita bayar total Rp 15 juta bersama dengan suami, Mas. Saya angkanya naik karena daftarnya tahun 2015,” cerita Suhana. Rupanya, sambung Suhana, CV SMS selalu mengelabui nasabahnya agar keluar uang lebih banyak lagi. Setelah mendaftar, CV SMS biasanya mengadakan pertemuan besar dengan para nasabahnya. Di situlah, para nasabah kembali dimintai uang dengan alasan untuk berangkat umrah masih kurang dan harus bayar lagi agar bisa lancar. “Sering ngajak kumpul. Di hotel-hotel mewah di Kota Cirebon dan Bandung. Di sana mereka minta lagi kepada kita dengan alasan butuh suntikan dana lagi agar cepat berangkat. Kita yang pengin umrah, ya meskipun gak ada duit tetap diada-adakan,” ujarnya. Berkali-kali pihak CV SMS meminta uang dengan cara yang sama. Sehingga kerugian per nasabah mencapai Rp 19 juta. “Korban sih sampai ratusan orang. Tidak ada yang berani melapor ke polisi. Kecuali kami ini, ada 10 orang asal Ciwaringin dan Gempol,” tandas Suhana yang ditemui di Mapolres Cirebon, Selasa (8/5). Korban lainnya, Abdul Yaman (30), menceritakan hal serupa. Abdul mengaku melapor karena sudah sering dibohongi. “Kita berani laporan karena sudah capek. Pernah mendatangi kantornya di Desa Sigong, Kecamatan Lemahabang, ternyata perusahaan itu sudah gulung tikar. Sudah tidak ada bentuknya lagi. Jadi kita lapor untuk pengusutan lebih lanjut,” ujar Abdul Yaman yang berasal dari Kecamatan Gempol. Abdul Yaman mengaku mengalami kerugian sebanyak Rp 20 juta. Dia membayar dengan cara cicil untuk bisa berangkat umrah. Pernah dijanjikan berangkat umrah pada 2019 dengan syarat biaya umrah sudah dilunasi. Namun, berkali-kali korban membayar dan melunasi, tapi masih diminta membayar lagi. Penasaran, Abdul juga mendatangi kantor pusat CV SMS di Lemahabang. Tapi dia kaget. Sampai di Lemabahang, ternyata CV SMS sudah tidak ada lagi. “Ternyata CV itu tidak ada. Jadi kita sekarang inisiatif lapor ke Polres Cirebon. Masih banyak yang jadi korban, sehingga saya ajak yang lainnya untuk laporan. Rata-rata kerugiannya Rp 19 juta per orang. Untuk kami 10 orang ini saja sudah mencapai Rp 179.650.000,” katanya. Abdul Yamin yakin tidak hanya dirinya saja yang melapor ke Polres Cirebon. Tapi banyak lagi yang akan melapor. \"Termasuk warga Kapetakan yang tergolong paling banyak menjadi korban. Kita lapor supaya ada pengusutan,” pungkas Abdul Yamin. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: