Mengarah Terorisme, 1.285 Akun Medsos Diblokir
JAKARTA - Sejak pertama kali terjadi bom di Surabaya dan Sidoarjo, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggencarkan patroli siber. Hingga kemarin tercatat 1.285 akun medsos yang sudah diblokir. Tenaga Ahli Kominfo Bidang Media Sosial, Donny BU mengungkapkan, proses blokir dilakukan dalam waktu 3-hingga 4 hari. Akun-akun yang diblokir adalah yang mengandung konten provokatif dan mengarah pada terorisme. “Sebenarnya proses pemblokiran sudah dilakukan jauh-jauh hari. Tapi ketika ada peristiwa seperti ini (aksi teror, red) lebih diintensifkan,” katanya kemarin (16/5). Selain itu, kata Donny, Kominfo masih terus membuka layanan aduan konten, internet sehat, siber kreasi dan lainnya. “Isinya dengan melakukan literasi digital, cara menghindari paham radikal,” ucap Donny. Dalam catatan Kominfo, Saat ini ada sekitar 143 juta pengguna medsos yang berpotensi terkena virus radikal. Bersamaan dengan itu, propaganda kelompok radikalisme dan terorisme kerap dilakukan di dunia maya atau media sosial (medsos). Sehari sebelumnya, Menteri Kominfo Rudiantara telah mengumpulkan seluruh pemilik platform media sosial mulai dari Facebook, Twitter, Telegram, hingga Google (Youtube). “Kami sepakat melakukan pemantauan, jika dirasa itu sudah konfirm (mengandung konten terorisme, red) langsung dilakukan take-down,” katanya. Aku-akun yang telah di-take down meliputi media sosial, layanan perpesanan (messenger) hingga file video sharing seperti Youtube. Ada beberapa akun yang mengajari membuat bom. Rudi menjelaskan, sudah ada ribuan aku yang di-take down. Namun ada juga yang belum. Penundaan dilakukan demi kepentingan penyelidikan. ”Kami kerja sama dengan aparat baik Polri maupun BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, red). Kami butuh tahu, akun ini jaringannya ke mana dan lain-lain,” katanya. Meski demikian, biasanya proses penundaan tidak lama. 3 hingga 4 hari kemudian pemilik akun telah berhasil ditangkap oleh polisi. “Jadi itu hanya masalah waktu saja,” kata Rudi. Dia menyebut, di Telegram sudah ada 280 lebih akun yang di-take down. Semenjak pemblokiran beberapa bulan lalu, Rudi menyebut Telegram sudah sangat kooperatif. Sementara di Facebook dan Instagram sudah 300 dari 450 akun yang di-take down. Sementara Youtube, mencatatkan sekitar 250-an akun yang konfirm negatif, sekitar 70 persennya sudah selesai diproses (di-take down atau di-suspend). (tau)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: