Masuk Penjara Bentuk Pesan Cinta dari Tuhan

Masuk Penjara Bentuk Pesan Cinta dari Tuhan

Tak semua orang bisa membaca pesan cinta Tuhan kepada manusia Hanya orang-orang pilihan Tak peduli tempat itu berada di mana pun Sebab Tuhan ada di mana-mana  JAMAL SUTEJA, Cirebon ITULAH kira-kira ungkapan yang disampaikan oleh Z Iskandar. Mantan Anggota DPRD Kota Cirebon yang terseret kasus APBD Gate. Saat masuk lapas, seperti kebanyakan orang. Dia menganggap masuk penjara merupakan kiamat segalanya. Namun, pria 62 tahun itu bisa membuktikan anggapan itu salah. Dia kini punya enegri lagi untuk melanjutkan hidup. Mantan politisi PAN itu kini sudah menghilangkan rasa traumatiknya. Kondisinya nampak berseri, meski ada rasa penyesalan, untuk hidup lebih baik. \"Di sini saya mampu membaca pesan cinta Allah. Kenapa saya dimasukkan ke sini. Dulu saya punya rasa dendam kepada siapapun. Justru karena belajar psikoterapi saya tidak harus dendam. Saya bisa menghilangkan trauma itu,\" ujarnya saat berbincang dengan Radar, kemarin. Iskandar justru salut kepada rekan-rekannya yang lain. Yang masih tetap semangat untuk memperbaiki diri. Meskipun hukumannya jauh lebih berat daripada dirinya. \"Saya hanya empat tahun, bentar lagi keluar. Yang lain banyak yang lebih berat. Ada yang hukuman mati, tapi tetap semangat memperbaiki diri, hingga akhirnya statusnya bisa berubah menjadi seumur hidup (SH),\" ungkapnya. Itu menjadi salah satu dampak yang dirasakan setelah mengikuti program psikoterapi. Dia berharap agar program itu terus dikembangkan. Karena manfaatnya luar biasa. Termasuk dirinya. Saat mulai bisa memaafkan orang-orang yang menzaliminya, ketika terjerembab dalam jeruji besi. Proses memaafkan itu tidak bisa ujug-ujug mampu dilakukan. Itu ada proses dan tekniknya. Melalui pendekatan psikoterapi. “Saya berharap kepada teman-teman di lapas, ya sabarlah karena sesungguhnya keberadaan mereka di sini semata-mata karena bentuk kasih sayang dan cinta-NYA kepada mereka. Coba kalau mereka dibiarkan di luar. Wallahualam bagaimana jadinya mereka,\" begitu dia memberikan pesan kepada teman temanya di Lapas. Salah satu napi yang berhasil lolos dari hukuman mati (MT) ialah Acong alias Mulyadi. Lelaki berusia 35 tahun itu termasuk yang cukup lama berada di Lapas Kesambi. Masuk dari tahun 2008, Mulyadi divonis MT oleh hakim. Hingga akhirnya berjuang mendapat keringanan status hukumnya menjadi seumur hidup (SH). Tentu itu bukan perkara gampang. \"Saya masuk penjara saat usia 24 tahun. Kebetulan masih single,\" katanya. Awalnya saat masuk, dia tidak menyangka bakal bisa survive seperti sekarang. Bayangannya ketika dipindah dari Rutan Paledang ke Lapas Klas 1 Cirebon sudah tak keruan. Hingga akhirnya dia mengikuti program administrasi orientasi (AO). Dia mulai mengikuti program psikoterapi. Waktu dulu tahun 2008, psikoterapi itu dilakukan selama sekitar enam bulan. “Saya ikuti proses terus. Awalnya sudah pasrah dan ikhlas. Apa yang saya lakukan, vonis hukuman mati saya akan terima. Alhamdulillah sekarang statusnya seumur hidup. Sekarang lagi berusaha untuk bisa mendapat remisi perubahan pidana supaya bisa menjadi 20 tahun,\" kata Mulyadi. Pengalamannya mengikuti pskioterapi dan berhasil itulah yang coba dibagikan kepada warga binaan lainnya. Dia berharap bisa tetap survive. \"Ilmu yang saya dapat di sini, tentang psikoterapi, ingin saya kembangkan di luar,\" kata Mulyadi. Sosok sentral yang punya pengaruh dalam membina napi adalah Sri Sasongko. Dia menjabat sebagai Kepala Seksi Perawatan di Lapas Klas I Cirebon. Melihat warga binaan, dia merasa iba. Sebab, setiap orang punya latar belakang bermacam-macam. Baik dari pendidikan, kejahatan yang dilakukan, dan lainnya. \"Saya berusaha memberikan beberapa terapi. Kalau tidak bisa pakai jurus A, pakai jurus B,\" ucap pria yang punya latar belakang kuliah di bidang pendidikan itu. Karena ketertarikannya dalam membantu warga binaan untuk tetap memiliki motivasi dan bebas dari traumatik itulah, dirinya punya gagasan dalam mengembangkan pola psikoterapi kepada napi yang baru masuk. \"Saya polakan waktu masuk pertama kali itu assesment dulu. Tes promotif dan gangguan emosional. Ada kemarahan, stres, kecemasan. Kalau pemain awal saat masuk, biasanya tingkat emosionalnya tinggi,\" ujarnya kepada Radar. Itu karena mereka mendapat gambaran penjara itu seram, bagaimana berpisah dengan keluarga, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. \"Saya coba petakan. Materi saya, pendekatan saya psikososial. Saya coba rangkul mereka melalui rasio-nya, khususnya warga binaan yang punya tingkat pendidikan yang tinggi. Tapi kalau warga binaan yang latar pendidikannya biasa saja, saya berikan terapi kinetik atau gerakan. Itu biasanya akan berdampak mengurangi emosi dan trauma,\" katanya. Setiap lapas punya cara sendiri-sendiri dalam melakukan pembinaan ini. Metode yang diterapkan juga terus dia kembangkan. Dia saat ini mencoba menyempurnakan metode itu. Ada satu metode yang mulai dia terapkan. Yakni Pola Pertolongan Allah (PPA). Ini menggabungkan antara pendekatan pskiologi dan keagamaan. \"Ya setiap lapas berbeda-beda. Saya tidak mengklaim pembinaan di sini salah satu yang bagus. Tapi sejauh ini cukup efektif dalam membuat warga binaan untuk bisa menghilangkan traumatik mereka saat masuk penjara,\" pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: