Indonesia Evaluasi Kegagalan Tim Thomas-Uber 2018; Balas di Asian Games!

Indonesia Evaluasi Kegagalan Tim Thomas-Uber 2018; Balas di Asian Games!

BANGKOK – Evaluasi langsung dilakukan PP PBSI setelah menuai prestasi kurang menggembirakan pada ajang Thomas-Uber Cup 2018 di Impact Arena, Bangkok. Anthony Ginting dkk mentok di semifinal karena takluk dari Tiongkok. Sementara itu, tim putri hanya sampai babak perempat final setelah dikandaskan tuan rumah Thailand. Sekjen PP PBSI Achmad Budiharto meminta maaf kepada masyarakat Indonesia karena tim Thomas-Uber Cup tidak mencapai target yang sudah ditetapkan. ’’Sepulang dari Bangkok, kami segera mempersiapkan diri ke Indonesia Open dan kejuaraan dunia. Puncaknya nanti di Asian Games,’’ kata Budi, sapaan Achmad Budiharto. Untuk Asian Games, kata Budi, PBSI optimistis bisa mencapai target yang dibebankan pemerintah. Yakni, satu medali emas. Satu nomor yang menjadi andalan adalah ganda putra. Sebab, Indonesia memiliki ganda terbaik dunia: Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo. Untuk Thomas-Uber Cup 2020, PBSI belum berfokus ke sana. Mereka ingin menatap Asian Games dulu karena waktunya sudah dekat, tepatnya pada Agustus 2018. ’’Untuk Thomas-Uber Cup 2020, kami tetapkan targetnya nanti,’’ ujar Chef de Mission tim Thomas-Uber Cup 2018 Indonesia tersebut. Kabidbinpres PP PBSI Susy Susanti mengakui, Indonesia agak tertinggal oleh beberapa negara lain. Khususnya di sektor putri. Ranking dan kekuatan pemain putri kalah dari Tiongkok, Jepang, maupun Thailand. Hanya ganda putri yang bisa bersaing. ’’Mereka (Greysia Polii/Apriyani Rahayu, red) bisa juara di superseries, tapi juga tidak stabil,’’ ungkap Susy. Penampilan ganda kedua, Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta, kata Susy, masih sekelas grand prix gold. Di superseries, mereka sulit bersaing. Tugas pelatih ganda putri ke depan adalah meningkatkan Della/Rizki dari GP gold ke superseries. Untuk nomor tunggal, menurut Susy, pekerjaan rumahnya lebih berat lagi. Pemain tunggal putri Indonesia, lanjut Susy, masih berada di level kejuaraan International Challenge. Harapannya, setelah ini, para pemain bisa meningkat ke level GP gold dan setidaknya ada yang bisa bersaing di superseries. Peraih emas Olimpiade 1992 Barcelona itu menyoroti penampilan tunggal pertama Fitriani. Menurut Susy, sebenarnya Fitri punya kemampuan yang bagus. Di beberapa turnamen, Fitri bisa mengimbangi Ratchanok Intanon (Thailand) dan Chen Yufei (Tiongkok). Hanya, pemain yang pada akhir tahun ini genap 20 tahun tersebut masih sering belum percaya diri. ’’Dia belum yakin dengan diri sendiri. Bingung mau main pakai pola apa. Jadinya, dia bimbang dan tidak lepas mainnya,’’ ungkapnya. Susy memuji penampilan Gregoria Mariska Tunjung. Pemain 18 tahun itu dinilai Susy memiliki fighting spirit yang tinggi. Susy berharap bisa mendongkrak ranking Gregoria ke 20 besar dunia. Saat ini Gregoria masih berada di peringkat ke-35 dunia. Namun, semua itu, kata Susy, bergantung kepada pemain itu sendiri. Gregoria harus meningkatkan fisik dan kekuatan kaki. ’’Harus bekerja keras, disiplin, dan siap dengan sikap profesional sebagai pemain. Untuk jadi juara, banyak yang harus dilakukan,’’ jelas istri Alan Budikusuma tersebut. Secara keseluruhan, lanjut Susy, para pemain putri mempunyai semangat bertanding yang lebih besar. Dia mencontohkan pemain Thailand yang begitu ngotot bermain meski kualitas lawan di atas mereka. ’’Sebagian pemain Indonesia kurang gereget, kurang ganas di lapangan,’’ ucapnya. Untuk tim Thomas Cup, Susy melihat progres pemain-pemain muda cukup baik. Semangat di lapangan sudah sangat tinggi. Mereka telah memberikan yang terbaik di lapangan. Susy melihat masa depan untuk sektor putra cukup baik. Ke depan, harus diperbaiki lagi pola latihan para pemain. Terutama meningkatkan disiplin mereka. ’’Masih ada waktu pendek untuk Asian Games, untuk meningkatkan kematangan pemain,’’ tutur Susy. Hasil di Thomas-Uber Cup 2018 menjadi pelajaran penting bagi para pemain. Setelah ini, ada tiga kejuaraan yang penting. Yaitu, Indonesia Open 3–8 Juli; Kejuaraan Dunia BWF 30 Juli–5 Agustus di Nanjing, Tiongkok; dan Asian Games 18 Agustus–2 September di Jakarta. PP PBSI harus bisa membagi pemain. Seorang pemain tidak bisa ditarget pada tiga kejuaraan sekaligus. Karena itu, ada pemain yang tidak ikut ke kejuaraan dunia dan berfokus di Asian Games. ’’Kami bakal lihat kondisi pemain, kebutuhan, dan kebiasaan mereka. Waktunya mepet,’’ tandas Susy. (*/c14/nur)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: