Rutilahu Terbanyak di Kamarang Lebak

Rutilahu Terbanyak di Kamarang Lebak

CIREBON - Camat Greged, Kabupaten Cirebon, Ikin Asikin mengaku, rumah tinggal tidak layak huni (rutilahu) milik keluarga Didin Suryadi (70) warga Desa Sindangkempeng, saat ini sedang dalam penanganan dan proses perbaikan. Rumah milik Didin yang berlantai tanah dan berdinding bilik tersebut, kini dalam proses pemugaran. Pihak pemerintah desa akhirnya berinisiatif menjadikan Didin sebagai salah satu penerima bantuan program rutilahu dengan anggaran yang bersumber dari dana desa 2018. “Sudah kita tangani. Rumah tersebut sekarang dalam perbaikan, anggarannya dari dana desa, masuk dalam daftar rutilahu,” ujar Ikin. Ikin menjelaskan, saat ini tidak hanya bantuan untuk perbaikan rumah saja yang dilakukan oleh pemerintah desa dan pihak kecamatan. Namun, tim dari kesehatan juga diturunkan untuk mengecek kondisi kesehatan keluarga yang bersangkutan. “Kita periksa kesehatan keluarganya, karena ada informasi pak Didin lagi sakit, anggota keluarga yang lain juga diperiksa. Insya Allah ke depan kita carikan solusi bersama untuk meringankan beban keluarga Didin ini,” imbuhnya. Saat ini menurut Ikin, untuk wilayah Desa Sindangkempeng, seharusnya sudah 100 persen bebas rutilahu. Ia pun menduga tidak terdatanya keluarga Didin karena ada miskomunikasi saja. “Untuk wilayah Greged saya tidak menutup-nutupi. Memang masih ada rutilahu, tapi jumlahnya sedang kita kikis. Kalau untuk Desa Sindangkempeng berdasarkan laporan yang masuk, sudah 100 persen bebas rutilahu. Kasus kemarin mungkin ada miskomunikasi, sehingga terlewat,” jelasnya. Diakuinya, di antara desa-desa di Kecamatan Greged, jumlah rutilahu yang justru tinggi ada di Desa Kamarang Lebak. Namun demikian, jumlah tersebut terus dikikis karena Kecamatan Greged sudah beberapa tahun terakhir ini mendapatkan program rutilahu, baik yang bersumber dari anggaran pemerintah pusat, provinsi, pemkab maupun dari dana desa. “Terakhir itu di Kamarang Lebak, jumlahnya puluhan. Kalau tidak salah sekitar 25. Tapi insya Allah secepatnya beres. Faktor penyebabnya karena masalah ekonomi. Mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai buruh tani,” ungkapnya. Sebelumnya, keluarga Didin tinggal di rumah bedeng di Blok Puhun Desa Sindangkempeng. Rumah Didin hanya 3x4 meter, atapnya dari seng bekas, dindingnya dari anyaman bambu yang sudah terlihat lapuk. Kayu-kayu yang digunakannya pun seluruhnya bekas bangunan. Tempat tidur, kamar, lemari, perabotan, tempat makan dan lain-lainnya jadi satu di dalam ruangan berukuran 3x4 tersebut. Hanya lokasi dapur saja yang terpisah berada di bagian depan bangunan yang sudah miring ke sisi kanan tersebut. “Saya tinggal bertiga, ada anak, isteri dan saya sendiri. Kasur pun saya punya satu, ini juga bekas, pemberian dari tetangga yang iba. Saya asli Cianjur sudah lama merantau ke Cirebon, sejak muda,” ujar Didin. Sudah lima tahun terakhir, Didin tidak bisa menjalankan kewajibannya, kakinya sering terasa sakit, sedangkan kemampuan yang ia bisa hanya buruh kasar seperti buruh bangunan dan proyek. Sehingga dengan usianya saat ini, sudah tidak memungkinkan lagi untuk bekerja. “Untuk makan sehari-hari saja berat, untungnya banyak tetangga yang baik. Banyak yang suka ngasih. Ada yang kirim makanan dan ada juga yang kasih uang,” imbuhnya. Saat ini, yang paling menguras pikirannya adalah masa depan anaknya yang masih berusia sembilan tahun. Untuk sekarang saja, anaknya membutuhkan biaya untuk sekolah seperti buku, seragam dan lainnya. “Anak minta dibelikan buku, tapi saya belum punya uang. Saya sudah tidak bisa bekerja, isteri saya juga tidak punya pekerjaan. Kadang suka sedih kalau lihat kondisi sekarang, lemari saja ini pemberian tetangga,” jelasnya. Setiap kali musim hujan, bagian dalam rumah tersebut selalu basah kuyup. Air masuk dari sela-sela atap dan dinding. Ia pun selalu berharap ada keajaiban di mana fisiknya bisa pulih kembali seperti sedia kala dan mampu meringankan beban keluarga. “Saya kena asam urat, untuk jalan saja sakit. Setiap hari sudah pakai tongkat. Kondisi ini sudah lima tahun, pengennya sih bisa sembuh lagi dan bisa kerja. Kerja apa saja asal bisa buat makan anak dan isteri,” paparnya. Terakhir, Didin berharap ada sedikit bantuan dari pemerintah baik melalui program bedah rumah atau rutilahu agar keluarganya bisa tinggal dan hidup sehat tidak seperti sekarang. “Dulu pernah difoto-foto, sampai sekarang belum tahu lagi kapan mau diperbaiki. Ini tanahnya punya sendiri, warisan dari orangtua. Saya belum pernah dapat bantuan apapun, mudah-mudahan bisa dibantu,” ungkapnya. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: