Miris, PNS yang Minat Jadi Instruktur di BLK Sangat Kurang
KUNINGAN-Kendati memikul tanggung jawab besar dalam menyiapkan tenaga kerja yang memiliki keahlian, namun Balai Latihan Kerja (BLK) seperti di anaktirikan. Padahal dari lembaga milik Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnaketrans) Kabupaten Kuningan tersebut lahir tenaga kerja yang memiliki keahlian mumpuni dan siap pakai di berbagai perusahaan. Sebab BLK bisa disebut sebagai “kawah candradimuka” bagi tenaga kerja pemula yang kemudian diberi pelatihan sesuai bidangnya sebelum disalurkan atau mandiri. Kondisi ini diperparah dengan bakal berkurangnya tenaga instruktur lantaran banyak yang pensiun. Kepala UPTD BLK, Agus Susistiawan SIp tak memungkiri jika lembaga yang dipimpinnya sudah mulai kesulitan mendapatkan tenaga instruktur. Selama ini, BLK mengandalkan para instruktur yang usianya hampir mendekati pensiun. Malahan ada yang akan pensiun dalam waktu dekat, namun belum ada penggantinya. “Instruktur di BLK ini jumlahnya sedikit, hanya sekitar empat orang. Ada beberapa yang akan pensiun, dan ini tentu menyulitkan kami dalam memberikan pelatihan kepada para tenaga kerja. Apalagi mencetak instruktur itu sangat berat karena harus dari awal,” katanya. Menurut dia, para instruktur yang akan pensiun hingga sekarang belum ada penggantinya. Alhasil pihaknya agak waswas untuk kelanjutan siapa yang nantinya akan menjadi juru latih di tempatnya. “Ada satu yang mau pensiun yakni Pak Dadan. Dia sudah sangat senior dan menjadi mentor para instruktur lainnya. Dalam bekerja, Pak Dadan juga sangat total. Itu juga dirasakan oleh para peserta pelatihan. Meski keras dan tegas saat melatih, namun Pak Dadan ini sengat memperhatikan peserta pelatihan. Selama sebulan, dia telaten memberikan arahan dan pelatihan mengelas di BLK,” tutur dia. Hal senada diungkapkan Dedi Hanafiah, instruktur yang kerap memberikan materi pembuatan aneka jenis kuliner terkini. Dedi yang juga tidak lama lagi akan pensiun itu mengeluhkan minimnya PNS yang berminat menjadi instruktur di BLK. Sehingga jumlah instruktur tidak bertambah, malah akan berkurang. “Saya juga tidak tahu jika nanti saya pensiun, siapa yang akan mendidik anak-anak peserta pelatihan pengolahan menu ini. Memang berat menjadi instruktur, tapi nikmat. Karena bisa menularkan ilmu. Cuma saja mungkin bagi sebagain PNS, menjadi instruktur itu kurang menarik. Buktinya jumlahnya tidak pernah bertambah,” ungkapnya. Sementara pemerhati kebijakan, Syarifudin melihat besarnya potensi BLK mengurangi jumlah pengangguran di Kabupaten Kuningan. Sudah banyak tenaga kerja yang sebelumnya tidak memiliki keterampilan, sekarang menjadi tenaga ahli di perusahaannya bekerja. “Suka tidak suka, BLK menjadi lembaga dalam mencetak tenaga kerja yang handal dan berkompeten. Banyak pemuda yang lulus SMK, atau masih kuliah ikut pelatihan di sini sebelum diberangkatkan ke perusahaan yang menjadi mitra disnaketrans. Artinya, BLK memiliki posisi strategis dalam mengurangi pengangguran dan seharusnya di support anggaran yang memadai oleh pemerintah,” saran Syarifudin. Setahu dia, perhatian dari pemerintah daerah untuk dinas yang dianggap kurang strategis, masih kurang. Malah ada kesan pengambil kebijakan dan DPRD lebih mementingkan SKPD yang bergerak menangani infratsruktur, dalam hal pengalokasian anggaran. “Ada kecenderungan anggaran untuk SKPD non infrastrktur kurang diperhatikan. Seperti disnaketrans. Padahal mereka memikul tanggung jawab besar dalam mengurangi kemiskinan melalui pencetakan tenaga kerja yang handal dan memiliki keterampilan. Seharusnya didukung anggaran yang memadai,” tegasnya. Salah satunya, lanjut dia, yakni penambahan fasilitas pendukung di BLK. Selama ini, BLK mengandalkan bantuan peralatan dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat. Kemudian juga perehaban bangunan BLK itu sendiri. “Jika mempunyai fasilitas pendukung dan alat-alat yang modern, tentu akan semakin memudahkan pengelola BLK mempersiapkan tenaga kerja siap pakai. Bila perlu, dewan mengganggarkan untuk pembangunan asrama bagi peserta pelatihan. Toh ini semua juga buat masyarakat Kuningan,” imbuhnya. (ags)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: