Komunitas Peduli Umat Kuningan, Konsen Bantu Warga Miskin

Komunitas Peduli Umat Kuningan, Konsen Bantu Warga Miskin

///wokeh   CIREBON-Nama Komunitas Peduli Umat (KPU) terbilang baru seumur jagung. Tak heran jika belum banyak masyarakat Kuningan yang tahu dan mengenal kegiatan KPU. Semula ada yang mengira jika KPU adalah Jaring Peduli Umat (JPU), karena mereka lebih konsen kepada kegiatan sosial nonprofit. Nyatanya, KPU dan JPU adalah dua lembaga sosial yang berbeda dalam menangani kondisi di tengah masyarakat. Hanphone di tangan Asep Taufik Rohman terus berbunyi. Dengan cekatan, Taufik -panggilan akrabnya- mengangkat telepon genggam miliknya. Dia berbicara dengan lawan bicara dari ujung telepon. Sambil menyeka keringat, Taufik meminta agar bahan material jangan dulu dikirim lantaran para pekerja akan libur di hari Jumat. Dia menyarankan agar material untuk membangun rumah dikirim setelah para pekerja masuk kembali. Rupanya permintaan itu dipenuhi oleh seseorang yang berada di ujung sana. Di akhir pembicaraan, Taufik mengucapkan terima kasihnya. Selang semenit kemudian, teleponnya kembali berbunyi. Kali ini seperti ada orang yang membutuhkan pertolongannya. Bahkan orang itu meminta agar Taufik mengecek lokasi yang disebutkannya. Dengan sabar, Taufik menjawab semua permintaan dari orang itu. Bahkan Taufik berjanji akan datang ke lokasi yang disebutkan namun tidak bisa dalam waktu dekat. Alasannya, dia akan melihat anggaran yang tersedia di KPU, lembaga nonprofit yang dipimpinnya bekerjasama dengan Baznas serta para pengusaha di Kabupaten Kuningan yang memiliki kepedulian sosial. Itulah yang dilakukan Taufik di kala senggangnya sebagai kepala Badan Penerima dan Pengelola Daerah (Bappenda) Kabupaten Kuningan. Pria yang malang melintang di berbagai jabatan instansi pemerintah itu lebih memilih kerja sosial membantu masyarakat tidak mampu, ketimbang ikut larut dalam dunia birokrasi. Bersama rekan-rekannya yang memiliki iktikad yang sama, dia mendirikan KPU yang tujuannya membantu masyarakat dalam penyediaan rumah sangat layak huni. “KPU didirikan murni untuk membantu masyarakat. Tidak ada kepentingan apapun di dalamnya. Apalagi politik, sama sekali tidak ada,” tegas mantan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan tersebut. Dia tak sungkan datang langsung ke lokasi di mana ada pengajuan untuk pembangunan rumah sangat layak huni. Misalnya ke rumah Carwanto, di Desa/Kecamatan Ciawigebang. Berbeda dengan rumah Aso dan Waslimah, rumah Carwanto dibangun oleh KPU. Tak ada sepeser pun dana atau anggaran dari pemerintah untuk pembangunannya. “Kami ingin dalam membangun rumah itu bukan hanya layak melainkan sangat layak. Konsekuensinya, KPU tidak bisa membangun banyak rumah karena membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Saat membangun, KPU tidak mendapat alokasi anggaran dari pemerintah. Ini murni urunan dari anggota KPU, Baznas dan teman-teman yang memiliki kepedulian sosial,” terang Taufik seraya menyelonjorkan kakinya di atas tikar. Karena anggarannya dari urunan, kata dia, dalam setahun KPU hanya bisa membangun dua rumah sangat layak huni. Satu di antaranya yakni di Kelurahan Ciporang, Kecamatan Kuningan. Meski hanya dua rumah yang bisa ditanganinya dalam setahun, namun Taufik merasa bangga karena bisa membantu masyarakat terutama yang sangat membutuhkan. “Rumah yang di Ciporang itu dibangun seluruhnya oleh KPU, termasuk membeli tanahnya. Semula rumah itu bisa disebut gubug dan sangat tidak layak. Sekarang sudah selesai dibangun, permanen. Alhamdulillah proses pembangunannya lancar dan banyak support dari rekan-rekan pengusaha lainnya,” ujarnya. Khusus untuk rumah yang dibangun KPU, dia tidak ingin hanya layak saja melainkan sangat layak. Tak heran jika semua bangunannya juga sangat kokoh memakai coran. Lantainya juga dikeramik. “Jika ke depan anggaran yang terkumpul dari teman-teman memenuhi, mungkin saja jumlah rumah yang dibangun akan jauh lebih banyak. Kami step by step saja. Yang penting bisa membantu tanpa ada nuansa apapun,” tukasnya. (ags)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: