Sunan Gunung Jati Beribadah Haji, Bermimpi Bertemu Nabi Muhammad, Islamkan Tanah Jawa
Islam sudah masuk ke Nusantara sejak abad ke 7M. Khalifah Ustman bin Aflan mengirimkan utusan ke Kerajaan Kalingga (Jepara) pada tahun 674 M. Salah satu putra Ratu Kalingga (Ratu Shima) dikhabarkan masuk Islam. Pada abad ke 13M, Agama Islam semakin instensif berkembang di Nusantara bersama dengan kedatangan para pedagang dari Pesia dan Gujarat (India). Meski Islam sudah masuk ke Nusantara sejak abad ke tujuh, namun catatan orang Nusantara yang naik haji baru diketahui sejak abad 15M (tahun 1482M). Adalah sosok Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah begitu dikenal oleh warga Cirebon karena merupakan salah satu tokoh wali songo yang menjadi teladan hingga saat ini. Dia merupakan satu-satunya Wali Songo yang menyebarkan Islam di Jawa Barat yang lahir sekitar tahun 1450. Ayahnya adalah Syarif Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar, seorang mubaligh dan Musafir besar dari Gujarat, India yang sangat dikenal sebagai ulama besar di Hadramaut. Yaman. Bahkan silsilahnya sampai kepada Rasulullah melalui cucunya Imam Husain. Sedangkan ibunya adalah Nyai Rara Santang (Syarifah Mudaim) yaitu putri dari Sri Baduga Maharaja dari Nyai Subang Larang, dan merupakan adik dari Kian Santang atau Pangeran Walangsungsang yang bergelar Cakrabuwana. Berdasarkan catatan Henri Chambert-Loir Naik Haji di Masa Silam – Kisah-Kisah Orang Indonesia Naik Haji (1482 – 1964); Jilid I (1482 – 1890) mengutip teks Jawa bertajuk Sejarah Banten Rante-Rante. Terungkap tentang perjalanan Sunan Gunung Jati naik haji. Sunan Gunung Jati adalah seorang keramat, yang bapaknya berasal dari Yamani dan ibunya dari Banisrail –seorang Yahudi. Sebagai seorang anak saudagar di Pasai, Sunan Gunung Jati pergi ke Mekah untuk belajar. Sunan Gunung Jati memutuskan untuk kembali ke Nusantara (Jepara) karena beliau bemimpi bertemu dengan Nabi Muhammad. Sunan Gunung Jati diminta untuk kembali ke Jawa dan mengislamkan orang Jawa.
Diketahui, saat itu Sunan Gunung Jati berumur 15 tahun. Berdasarkan ’isyarat’ itu berangkatlah Sunan Gunung Jati ke tanah suci. Rupanya di tanah suci dia juga belajar tarekat. Hikayat Hasanuddin yang mempertautkan kisah naik hajinya Sunan Gunung Jati dan pembaiatannya dalam lima tarekat (Jilid I, hal 160). Yaitu, Syadzilyah, Syattariyah, Naqsyabandiyah. Kubrawiyah dan Khalwatiya
Kali yang kedua, Sunan Gunung Jati pergi haji bersama puteranya bersama Hasanudin ketika dia berumur 20 tahun. Dia membawa hasanudin dalam sebuah selendang. Di tanah suci Hasanudin diajari tentang semua hal terkait soal Islam khususnya tarekat. Di Madinah keduanya dibaiat tarekat Naqsyabandiyah. Kemudian keduanya pulang ke Jawa melalui jalur Minangkabau.***
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: