Rancangan Induk Rippda Jadi Dasar Raperda Pariwisata

Rancangan Induk Rippda Jadi Dasar Raperda Pariwisata

CIREBON-Rancangan Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) bakal menjadi dasar dalam pembuatan Rancangan Perda Pariwisata yang saat ini tengah disusun oleh DPRD Kota Cirebon. Kepala Bidang Pariwisata Kota Cirebon Alimudin AMd mengatakan, perda ini sangat penting mengingat pariwisata ini akan menjadi lokomotif ekonomi kreatif dan juga sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Cirebon. \"Itu harus ada perda yang melagalisasi sebagai payung hukum,\" ucap Alimudin, kepada Radar Cirebon, belum lama ini. Menurutnya, penyusunan Raperda Pariwisata yang diinisiasi oleh DPRD Kota Cirebon ini sejalan dengan adanya RIPPDA yang sudah disusun oleh Pemkot Cirebon. Nantinya dalam pembahasan ada penyesuaian. RIPPDA yang sudah ada juga akan disempurnakan, sebagai acuan raperda pariwisata. \"Rippda ini sejalan dengan raperda, dan ini memang harus dibuatkan perda,” katanya. Sebagaimana diketahui, anggaran pengembangan pariwisata Kota Cirebon selalu minim setiap tahun. Padahal sektor pariwisata memberikan kontribusi hamper 38 persen untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD), melalui pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan. Bahkan anggaran pariwisata tahun ini, menurun 100 persen dari tahun 2017 lalu, yang mendapatkan angaran Rp800 juta dalam setahun menjadi Rp400 juta. “Kita sebenarnya berharap ada feed back untuk pariwisata secara khusus. Karena pariwisata ini cukup besar dalam menyumbang PAD,” katanya. Apalagi pariwisata juga bisa menghidupkan ekonomi kreatif dan ekonomi kerakyatan di Kota Cirebon. Sehingga sudah selayaknya bisa disokong dengan dana yang lebih besar. Karena sector parwiisata sudah menghasilkan PAD yang signifikan bagi Kota Cirebon. Dengan adanya asset parwiisata juga bisa meningkatkan lagi PAD Kota Cirebon. Sejauh ini, keberadaan kajian RIPPDA sendiri memang jalan ditempat. Tak jelas pengaplikasiannya. Padahal, Kota Cirebon sudah memiliki kajian itu sejak tahun 2014. RIPPDA saat itu dibuat oleh Bidang Ekonomi di Bappeda Kota Cirebon. Kemudian diserahkan ke Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata. Selain itu, ada juga pengaturan jadwal kalender pariwisata dan budaya. Sehingga wisatawan yang datang ke Cirebon tidak hanya sehari langsung pulang. Akan tetapi mereka bisa menghabiskan waktu di Cirebon dan menginap. \"Kita petakan potensi wisata yang ada. Tidak hanya wisata sejarah, ada wisata kuliner dan belanja dan lainnya,\" jelasnya. Apalagi saat ini ada momen Asian Games, bisa menjadi promosi wisata. Kota Cirebon sendiri menyediakan akomodasi bagi para official cabor kano, yang berlokasi di Swissbell Hotel. Pihaknya mencoba menampilak budaya-budaya Cirebon yang ditampilkan di hotel. \"Ini menjadi dasar, kita ingin juga menjadi destinasi wisatawan mancanegara,\" ucapnya. Apabila mengulas mengenai RIPPDA, sudah ada pembahasan mengenai pengembangan potensi pariwisata itu harus dititikberatkan pada potensi daya tarik wisatanya, misalkan pengembangan wisata kuliner, wisata ziarah/religi, dan wisata budaya. Bukan pada pengembangan tempat atau objek wisatanya. Dengan mengangkat daya tarik wisata itu, akan memberikan dampak yang lebih luas lagi terhadap peningkatan jumlah wisatawan. Melihat potensi wisata di Kota Cirebon sebenarnya bisa bersaing dengan kota-kota lain yang sudah lebih maju pariwisatanya. Sebab, selama ini pariwisata kota cirebon kurang berkembang lantaran daya tarik wisata kurang digali lebih jauh. (jml)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: