Sepi Pembeli, Banyak Pedagang di Selter Buka Lapaknya Sewaktu-waktu

Sepi Pembeli, Banyak Pedagang di Selter Buka Lapaknya Sewaktu-waktu

CIREBON- Pembangunan selter untuk pedagang kaki lima (PKL) di beberapa lokasi di Kota Cirebon, sebagai upaya penataan dan penertiban oleh Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM (Disdagkop-UKM). Namun permasalahan tidak selesai sampai di sini saja. Pinggiran jalan maupun trotoar yang sebelumnya kosong ditinggal PKL, diisi kembali dengan PKL baru. Di samping itu selter sepi pembeli juga dikeluhkan mereka yang menempatinya. Seorang pedagang kuliner di selter Alun-alun Kejaksan, Ajeng Dewi mengaku, sudah setahun lebih dirinya menempati selter. Sebelumnya dia berjualan di trotoar sekitar alun-alun. Omzet yang diperolehnya tidak lebih baik dari sebelumnya. Namun karena dia merasa patuh akan aturan yang berlaku, dia berusaha menjalani. “Kurang banget, sepi yang beli,” ujar Ajeng, kepada Radar Cirebon. Diungkapkan dia, omzet berjualan di trotoar pinggir jalan bisa mencapai Rp1 jutaan/hari. Sekarang di selter untuk dapat omzet Rp250 ribu saja dia, harus berjualan sampai malam hari. Sepinya pengunjung dikarenakan jalan atau gang di selter jarang dilalui oleh pejalan kaki atau pengendara. Jalan itu hanya jalan tembus alternatif dari Jalan Siliwangi menuju Jalan Tanda Barat. Akibatnya, dari 30-an kios di selter alun-alun separuhnya tidak ada aktivitas. Menurut Ajeng, kios yang tidak berjualan bukannya ditinggalkan atau kosong. Tapi para pedagang memilih waktu yang ramai, seperti bila ada kegiatan di alun-alun barulah mereka berdagang. \"Selter di sini sudah penuh,  ada yang tidak jualan. Kalau saya sih tiap hari, kebetulan kios saya paling dekat dengan jalan,” tuturnya. Posisi kios Ajeng, persis berseberangan dengan RS Sumber Kasih. Dilihat dari lokasi, memang strategis. Tapi, tidak begitu dengan peruntungannya.  Dia berharap, agar dicarikan solusi agar PKL di selter menjadi ramai. Jangan sampai karena sepi pembeli para pedagang akan kembali berjualan dipinggir jalan. Untuk menyiasati sepi pembeli, Ajeng pun rela mendatangi kantor-kantor dinas atau swasta yang ada di Jalan Siliwangi dan sekitarnya. Sekedar menawarkan makan siang dengan langsung diantar. Seperti sekarang, dirinya tengah menyiapkan puluhan bungkus gado-gado untuk dikirimkan ke polres. Diakuinya, penempatan PKL ke selter yang disediakan pemerintah sama sekali tidak dipungut biaya. Yang diutamakan adalah yang telah terdata dan dulunya berjualan disekitar alun-alun. Bahkan bukan hanya tempatnya yang bagus dan gratis, gerobak, meja dan kursinya sudah disediakan. Pedagang hanya patungan untuk pembayaran token listrik yang dikumpulkan melalui wadah koperasi. Nilainya Rp5 ribu. Kalau ada peralatan elektronik seperti kipas, magicom akan ditambah lagi per itemnya seribu rupiah. Sementara itu, larangan berjualan untuk PKL di Jl Siliwangi, rencananya bakal diikuti pendataan ulang. Dinas Perdagangan Koperasi Usaha Kecil Menengah (Disdagkop-UKM), akan berusaha memaksimalkan keberadaan Selter Alun-alun Kejaksan. \"Kita cek dulu. Kalau ada yang kosong, bisa diisi,\" ujar Kepala Bidang Koperasi dan UKM, Saefudin Jupri. Dia mengakui, dalam cek lapangan di Selter Alun-alun Kejaksan, ternyata tidak semua lapak terisi. Dari kapasitas 50 pedagang, banyak yang kosong. Pendataan ini akan segera dilakukan. Kemudian ada PKL akan diberikan kesempatan mengisi selter. \"Daripada kosong kan lebih baik diisi. Daripada jualan di jalanan,\" tuturnya. Disdagkop-UKM sendiri sebenarnya sudah berulangkali mengeluarkan larangan jualan di Jl Siliwangi. Bahkan papan pengumuman dan stiker larangan disobek PKL. Jupri juga mengingatkan kepada PKL yang mendapat lapak di selter untuk memanfaatkannya. Bila tiga bulan tidak digunakan, secara otomatis akan dicoret dan bisa dialihkan kepada pedagang lainnya. (gus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: