Harga Sayuran Terjun Bebas, Inflasi Diprediksi Landai

Harga Sayuran Terjun Bebas, Inflasi Diprediksi Landai

CIREBON–Inflasi Agustus diprediksi landai. Bisa lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sejumlah indikator mendukung hal ini, meski ada peningkatan konsumsi di Hari Raya Idul Adha dan HUT Kemerdekaan RI. Salah satu indokator penurunan inflasi karena fluktuasi harga bahan pangan, khususnya sayuran dan bumbu dapur. Sebab, panen petani melimpah, membuat stok sayuran berlebih. Kepala Pasar Jagasatru Sugandi mengungkapkan, penurunan harga sayuran rata-rata mencapai hingga 50 persen. Seperti timun dari Rp12 ribu/kg menjadi Rp7 ribu/kg. Tomat dari Rp8 ribu/kg menjadi Rp4 ribu/kg. Penurunan harga ini juga menjadi opsi yang dipilih pedagang. Sebab, dengan stok yang melimpah sayuran juga berisiko busuk. Dari pantauan Radar Cirebon, penurunan harga ini sudah terjadi hampir satu pekan. Di samping itu, harga daging dan telur terpantau normal. Daging ayam ras kini dijual Rp30 ribu/kg. Padahal bulan lalu masih dijual Rp38-40 ribu. Telur ayam ras juga dijual Rp22.500/kg atau dalam rentang harga normal. Begitu juga daging sapi Rp115ribu/kg, dan daging kambing Rp120 ribu/kg. Bumbu dapur yang dikenal fluktuatif juga dalam posisi bersahabat. Cabai hijau dijual Rp12 ribu/kg, cabai merah kriting Rp15 ribu/kg, cabai hijau besar Rp10 ribu/kg, cabai rawit hijau Rp20 ribu/kg, cabai rawit super Rp20-25 ribu/kg, bawang merah Rp16 ribu/kg, bawang putih biasa Rp20 ribu/kg, bawang putih kating Rp25 ribu/kg, dan bawang bombai Rp20ribu/kg. Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Cirebon M Abdul Majid Ikram mengatakan, indikator dari rendahnya inflasi adalah Idul Adha yang tingkat konsumsinya tidak setinggi Idul Fitri. Saat lebaran banyak masyarakat yang mendapatkan pertambahan uang seperti THR dan gaji 13, sehingga hal tersebut mendorong konsumsi dan daya beli masyarakat meningkat drastis. Berbeda dengan Idul Adha di mana daya beli masyarakat cenderung stabil. \"Ada peningkatan pembelian kambing dan sapi, tapi motivasi membeli daging kambing dan sapi di pasar  menurun,” ujar Majid, belum lama ini. Meski pembelian sapi dan kambing meningkat, hal tersebut tak mendorong perekonomian secara umum. Biasanya masyarakat menyisihkan sebagian hartanya dari sebagian penghasilannya sehingga tak ada kenaikkan daya beli.  Namun di komoditi bahan pangan, adanya pemotongan hewan kurban diperkirakan kebutuhan masyarakat atas bumbu dapur ada peningkatan. “Sekrang ini belum bisa diperkirakan apakah ada kenaikkan inflasi. Tapi kalau lihat trennya, ada penurunan harga bahan pangan,” katanya. Dengan indikator ini, diharapkan di bulan ini inflasi bisa menurun. Sebab, bulan lalu Kota Cirebon inflasi 0,21. Berdasarkan data BI, dalam inflasi Juli tercatat 2,70 persen yoy masih dalam target inflasi nasional yakni sebesar 3,5 persen + 1 dikarenakan tekanan pada bahan pangan dan core inflation yang memberikan andil 0,22 persen dan 0,04. Dan inflasi ini lebih rendah dari rata-rata inflasi tahunan periode 3 tahun terakhir dan secara bulanan lebih rendah selama 3 tahun terakhir. Pada bulan Juli, seluruh kota di Jawa Barat mengalami inflasi, di mana Kota Cirebon menduduki peringkat inflasi terendah ke dua di Jawa Barat. (apr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: