Hujan Musim Kemarau, Petani Garam Waswas

Hujan Musim Kemarau, Petani Garam Waswas

CIREBON - Hujan yang turun Sabtu (1/9) dan Minggu (2/9), membuat para petani tambak garam di Kabupaten Cirebon waswas. Pasalnya, sampai saat ini, produksi garam masih terus berlangsung. Para petani garam sebelumnya yakin jika musim hujan akan turun November. “Kemarin untungnya intensitas hujan yang turun kecil dan hanya berlangsung beberapa saat saja. Tidak sampai besar hujannya. Kalau ke produksi tentu ngaruh, tapi tidak seberapa karena hujannya juga sebentar dan tidak besar,” ujar Tono, petani garam asal Blok Kandawaru, Desa Waruduwur. Tidak hanya petani garam, Cirebon diguyur hujan cukup mengagetkan banyak orang. Pasalnya, saat ini wilayah Kabupaten Cirebon tengah berada di puncak musim kemarau. Meskipun tidak merata, hujan yang turun sekitar 15 sampai 30 menit tersebut, di luar prediksi. Namun, setidaknya sedikit banyak mengobati kegelisahaan warga Cirebon terkait kebutuhan air, baik untuk pertanian maupun kebutuhan lainnya. Fenomena turunnya hujan di luar prediksi banyak pihak tersebut rupanya diakibatkan faktor alam. Di mana hujan turun sebelum waktunya datang. Forecaster BMKG Jatiwangi, Ahmad Faa Izyn mengatakan, fenomena turunnya hujan di musim kemarau kemarin, disebabkan karena adanya gangguan cuaca berupa sirkulasi angin tertutup atau EDDY di perairan Sebelah Barat Sumatera. Hal inilah yang menyebabkan perlambatan kecepatan angin dan didukung kelembaban udara yang cukup basah, sehingga mendukung pertumbuhan awan-awan hujan. “Kondisi ini menyebabkan hujan turun di sebagian Pulau Jawa, termasuk Jawa Barat. Jadi, hujan kemarin tidak hanya terjadi di Cirebon, tapi juga di wilayah lainnya di Jawa Barat,” bebernya. Menurut Ahmad, kondisi tersebut diprediksi terjadi dari mulai tanggal 1 hingga 3 September. Setelah itu, cuaca kembali normal hingga datangnya waktu musim kemarau pada Oktober. “Potensi tumbuh awan hujan itu diprediksi sampai tanggal 3 September 2018. Setelah itu, perlahan normal kembali sampai musim hujan datang pada Oktober,” imbuhnya. Musim kemarau sendiri, diperkirakan akan terus terjadi hingga pertengahan Oktober. Setelah itu, dari pertengahan hingga akhir Oktober nanti, akan menjadi masa transisi atau musim pancaroba. Yakni masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Terpisah, Plt Kepala BPBD Kabupaten Cirebon, Eman Sulaeman mengatakan, pihaknya bersyukur hujan telah kembali mengguyur Kabupaten Cirebon. “Memang sudah sesuai prediksi BMKG. Yakni puncak kemarau ada di Agustus, sedangkan peralihan kemarau ke musim hujan ada di September,” ujarnya. Eman mengatakan, dengan adanya hujan perdana tersebut, menandakan akan segera berakhirnya musim kemarau di Kabupaten Cirebon. “Ya dengan hujan perdana tadi malam, ini menandakan sudah akan memasuki musim hujan. Sehingga bisa dikatakan Agustus itu adalah kemarau yang paling parah,” jelasnya. Dia mengklaim telah sukses mengantisipasi kekeringan di Kabupaten Cirebon. Terbukti tidak ada satu daerah atau desa pun yang meminta bantuan air bersih kepada BPBD dan Pemerintah Kabupaten Cirebon. “Tahun 2018 sampai saat ini, nggak ada satu desa pun yang meminta bantuan air bersih kepada pemerintah daerah. Artinya, sama sekali nggak ada daerah yang mengalami kekeringan sangat parah. Bahkan kita juga belum mendapatkan laporan terkait kekeringan,” ungkapnya. Saat ini, pihaknya sudah mulai fokus antisipasi bencana di musim hujan. Yakni banjir dan longsor. Selain itu, beberapa tanggul yang mengalami kerusakan juga sudah dikoordinasikan dengan BBWSCC untuk diperbaiki. (den/dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: