Seleksi Sekda Kuningan Tuntas, Peserta Harap-harap Cemas
KUNINGAN - Tahapan seleksi terbuka jabatan pimpinan tinggi pratama (JPT) atau open bidding sekretaris daerah (sekda) Kabupaten Kuningan, sudah dituntaskan tim pansel. Itu ditandai dengan tes tahapan terakhir yakni wawancara yang berlangsung Rabu (19/9). Peserta seleksi JPT yang berjumlah tujuh orang mampu mengikuti semua tahapan yang digelar tim pansel. Diawali dengan pendaftaran, tes uji pembuatan makalah, psikotes, tes kesehatan termasuk tes kejiwaan, dan terakhir tes wawancara. Meski semua tahapan terbilang berat dan membutuhkan daya pikir dalam mengerjakannya, namun semua peserta mampu menyelesaikannya. Untuk hasil seleksi, merupakan kewenangan sepenuhnya tim pansel JPT yang dibentuk Pemkab Kuningan. Inilah kali pertama open bidding dihelat pemda untuk menentukan siapa yang akan menduduki jabatan orang kuat ketiga di pemerintahan Kabupaten Kuningan. Dari tujuh nama peserta yang ikut seleksi JPT, empat di antaranya harus rela tergusur. Penyebabnya, tim pansel hanya akan merekomendasikan tiga nama saja kepada Bupati Acep Purnama selaku user. Tak pelak, peluang ketujuh peserta juga terbuka lebar mengingat nama-nama yang akan disaring dan kemudian ajukan ke bupati merupakan hasil tes dari seluruh tahapan. Dari tiga nama hasil rekomendasi tim pansel, bupati berhak memilih satu nama yang akan ditetapkan sebagai sekda. Pemerhati politik, Ruli Saepuloh menilai, open bidding sangat fair dan sebagai salah satu solusi yang tepat tanpa ada kepentingan politik atau pesanan untuk menentukan siapa sekda mendatang. Hal itu tidak terlepas dari integritas para anggota tim pansel yang lebih mengedepankan independensi dan profesionalisme dalam menunaikan tugasnya. “Dua nama yang kerap disebut-sebut sebagai kandidat kuat sekda, yakni Pak Ridwan dan Pak Dian harus bisa menembus tiga besar dulu. Jika keduanya tidak masuk dalam tiga besar, ya kemungkinan tidak menjadi sekda. Saya katakan ini mengacu kepada ucapan pak bupati yang menyebutkan tidak ada intervensi atau pesanan kepada tim pansel untuk meloloskan salah satu calon ketiga. Jadi, benar-benar fair hasilnya,” sebut Ruli. Dia juga melihat, dari segi kemampuan dan ilmu pemerintahan, para peserta seleksi cukup berimbang meski banyak kandidat bergelar doktor. Pasalnya, dari tujuh peserta, empat di antaranya bergelar doktor, sedangkan sisanya hanya menggenggam gelar master. Hal itu juga berpengaruh terhadap wawasan para peserta itu sendiri ketika menyampaikan ide di hadapan tim panelis yang mengujinya. Hal ini juga tidak terlepas dari seringnya para pejabat itu berpindah tugas dari satu dinas ke instansi lainnya. “Informasi yang saya dapatkan, nilai yang diperoleh para peserta di semua tahapan cukup berimbang, minus tes wawancara. Sedikit banyak ini menyulitkan tim pansel untuk menentukan siapa yang berhak lolos ke putaran final. Seperti sebuah turnamen, hanya ada satu juara atau pemenang. Dan itu baru akan ditentukan di laga puncak nanti,” paparnya. Ruli menambahkan, menjadi seorang sekda, tugasnya juga teramat berat. Bukan hanya sebagai kepala pemerintahan untuk aparatur sipil negara (ASN) saja, melainkan juga harus mampu mengimbangi ritme kerja bupati, selaku atasannya. Loyalitas, dedikasi dan mampu membuat nyaman kalangan ASN serta komponen masyarakat lainnya, menjadi bagian dari tugas seorang sekda. “Tugas seorang sekda itu sangat berat, tidak bisa setengah-setengah. Harus siap lahir dan batin. Sekda juga merupakan sosok terdepan ketika harus menyelesaikan masalah yang timbul dan mengganggu kondusivitas daerah. Kemudian menjadi benteng bagi bupati dan wakil bupati ketika harus berhadapan dengan legislatif terkait kebijakan,” tegas dia. Peran sekda yang multifungsi itulah, kata dia, yang akan dijalankan seorang sekda terpilih. Tantangan bukan hanya datang dari dalam pemerintahan saja namun juga dari luar pemerintahan. Karena itu, sosok sekda harus seorang yang luwes, mampu membangun komunikasi dengan semua pihak, dan mampu menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah. “Saya kira ketujuh peserta seleksi memiliki ciri-ciri seperti yang saya sebutkan di atas. Untuk mencari sekda yang sempurna, memang tidak mungkin. Tapi setidaknya sekda terpilih piawai menjaga kondusifitas daerah,” ungkapnya. Sementara salah seorang peserta seleksi JPT, Agus Sadeli mengungkapkan rasa syukurnya bisa menyelesaikan semua tahapan yang digelar tim pansel. Dia tak terlalu mempermasalahkan hasil akhir, karena hal itu merupakan kewenangan dari tim panel. “Alhamdulillah saya bisa mengikuti semua tahapan seleksi sekda yang digelar oleh tim pansel. Saya akui, tahapan yang dilalui cukup berat dan menguras eneri, tapi saya menikmatinya. Ini pengalaman sangat berharga bagi diri saya sendiri. Saya sama sekali tak memikirkan siapa yang nantinya akan terpilih menjadi sekda. Itu merupakan kewenangan dari pak bupati,” tukasnya. (ags)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: