Aktivitas Petani di Musim Kemarau, Coba Peruntungan dengan Tanam Semangka
Para petani pada sejumlah desa di Kecamatan Jatitujuh dan Kertajati terus bercocok tanam kendati di musim kemaru. Mereka mencoba peruntungan dengan menanam semangka. Bagaimana hasilnya? ANDI AZIS MUHTAROM, Majalengka BEBERAPA bulan terakhir ini, banyak petani di Majalengka yang banting setir dengan mencoba peruntungan dengan menanam pohon semangka. Salah satu yang banting setir dengan menanam semangka adalah Saman. Petani asal Desa Palasah Kertajati ini mengatakan, bertani semangka dilakukan sejumlah petani di Desa Palasah Kecamatan Kertajati yang daerahnya benar-benar sulit air. “Lumayan buat tambah-tambah penghasilan para petani disini berupaya menanam semangka yang tidak butuh air banyak namun hasilnya bisa maksimal. Dan juga, tanaman semangka lebih memiliki kualitas bagus dibanding ditanam saat musim penghujan,” ujarnya kepada Radar Cirebon. Apabila pohon tersebut ditanam di musim kemarau, maka buahnya akan besar dan rasanya jauh lebih manis. Selain itu, untuk penyiraman bisa hanya sekadar basah dan tidak perlu dilakukan setiap hari, apalagi kalau sengaja diberi air yang terlalu banyak justru rasanya kurang manis serta akan lebih banyak daun dibanding buah. Waktu tanam pun hanya butuh dua bulanan bisa langsung dipanen sama halnya dengan bawang merah. Hanya saja, modal dan pengairan semangka jauh lebih efisien. Menurut Saman, tahun ini buah semangka lebih berkualitas baik dari sisi ukuran ataupun rasa. Dia menyebutkan, petani yang menanam semangka di areal 350 bata, dia bisa memanen hingga 15 ton. “Satu buah semangka bulat beratnya ada yang mencapai lima hingga 6 kilogram, sedangkan semangka inul yang bentuknya lonjong satu buah beratnya mencapai lebih dari tiga kilogram,” ungkap Saman. Hal yang sama juga disampaikan, Uje, petani lainnya di Desa Palasah. Hampir setiap tahun petani di wilayahnya memanfaatkan musim kemarau dengan bertani semangka dan menjelang bulan puasa bertani mentimun suri. Hasilnya dijual ke sejumlah wilayah baik pasar tradisional ataupun pasar Induk Cibitung, Caringin serta Gede Bage. “Musim panen semangka tahun ini harga dari tingkat petani benar-benar anjlok diduga akibat panen raya yang terjadi di sejumlah daerah termasuk Indramayu. Harga di tingkat petani hanya mencapai Rp 1.500 saja per kilogramnya. Bahkan ada petani yang bersedia menjual seharga Rp 1.000 per kilogram,” keluhnya. Meskipun harga murah, petani masih untung. Tapi tidak memuaskan seperti yang dialami tahun-tahun sebelumnya. Modal Rp 12 juta dengan meraup untungnya hanya Rp 4 juta saja. Apalagi kalau tanam pepaya jauh lebih mudah tidak butuh pemeliharaan ektstra. Sebetulnya, menurut Oje, keuntungan bisa lebih besar bila petani bersedia menjual sendiri ke pasar induk atau pasar-pasar tradisional sekalipun. Hanya semua pateni di wilayahnya biasanya tidak mau direpotkan sehingga menjualnya begitu panen selesai. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: