Perajin Batik, Toko Online, dan Jasa Ekspedisi
Akhirnya para perajin batik itu tak kehilangan mata pencahariannya. Kita tahu, dalam satu dasawarsa terakhir, industri batik di Cirebon mengalami perkembangan pesat. Namun seiring kian populer dan meningkatnya permintaan konsumen, kian terkonsentrasi dan terakumulasi pula proses pemasarannya. Laporan Husain, Cirebon HARI ini para pemburu batik tidak lagi mendatangi para perajin, melainkan masuk ke showroom-showroom mewah yang dikuasai pemodal basar. Beberapa di antaranya bahkan milik orang asing dari luar negeri. Alhasil, para perajin batik yang tidak bisa lagi memasarkan produknya itu terancam kehilangan mata pencaharian. Lutfiyah Handayani, seorang perempuan yang lahir dan dibesarkan di tengah masyarakat yang mayoritas perajin batik, menangkap kegelisahan lingkungannya. Ia pun lalu merintis toko batik online dengan harapan agar para perajin bisa tetap memasarkan produknya. Modal awalnya berupa niat, usaha dan doa. Pelan namun pasti, toko batik online milik Lutfiyah memasuki masa stabil setelah sekitar 5 tahun digeluti. Dia memanfaatkan betul platform media sosial sebagai media pemasaran batiknya. Dalam perkembangannya, bisnis rintisan Lutfiyah tersebut sampai pada titik di luar ekspektasinya. Jika di awal perkembangan hanya bisa menyelamatkan mata pencaharian sejumlah keluarga, berikutnya toko batik online Lutfiyah berhasil mengaryakan kembali ibu-ibu rumah tangga yang sebelumnya sempat meninggalkan aktivitas batik-membatik. Kini, sedikitnya 35 perajin batik menjadi binaan Lutfiyah–beberapa di antaranya merupakan tulang punggung ekonomi keluarga. Sebagian mereka tersebar di Desa Kalitengah, Kecamatan Tengahtani, sebagian lainnya di Desa Trusmi, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon. Meski berbeda kecamatan, namun kedua desa tersebut persis bertetangga. “Dengan berkembangnya metode pembuatan batik, juga tentu ganasnya pasar, ibu-ibu dengan keahlian membuat batik tulis banyak yang tersisihkan,\" kata Lutfiyah. Saat ini, toko batik online Lutfiyah bisa melakukan hingga 200 transaksi pengiriman barang ke konsumen tiap bulannya. Bukan hanya ke daerah-daerah sekitar, namun juga luar provinsi, bahkan luar pulau dari Sumatera hingga Papua. Omzetnya pun kini sudah mencapai sekitar Rp 80 juta per bulan. Lutfiyah bersyukur bisnis yang dirintisnya sejak 2007 itu mengalami tumbuh-kembang, mulai dari yang manual hingga toko online. Untuk yang terakhir, ia menganggap bahwa semua tidak lepas dari kemajuan teknologi. Semakin populernya media sosial, dan lebih penting lagi adalah tersedianya jasa ekspedisi. Dalam pengakuannya, peran penyelenggara logistik sangatlah penting. Ia bahkan menyebut, 90 persen tumbuh-kembang bisnisnya ditopang oleh jasa ekspedisi. \"Betapa pentingnya penyelenggara logistik. Karena semua transaksi nyaris menggunakan jasa ekspedisi seperti JNE,\" kata Lutfiyah, saat ditemui di kediamannya, Desa Kalitengah, Kecamatan Tengahtani, Kabupaten Cirebon, Selasa (9/10) malam. Toko batik online milik Lutfiyah dinamai Batik Samida. Merujuk pada babad dan sastra lisan yang ada di Cirebon, Samida adalah sosok yang hidup satu zaman dengan Pangeran Cakrabuana. Bersama Pangeran Cakrabuana, Samida membuka perkampungan awal di pesisir utara Jawa sebagai cikal bakal berdirinya kota Cirebon. \"Kebetulan saya suka dengan nama itu. Namanya unik juga,\" sebut perempuan yang akrab disapa Upi itu. Lebih dari itu, merawat warisan budaya leluhur menjadi bagian spirit Lutfiyah menjalankan bisnisnya. Karena itu, orientasi Lutfiyah tidak melulu bisnis. “Toko batik online Mbak Lutfiyah mirip dengan itu (Samida, red),” ujar Hendri, salah satu perajin binaan Lutfiyah Handayani. “Saya dan teman-teman perajin menyebutnya Batik Samida. Terus terang kami terbantu dengan usaha Mbak Lutfiyah ini, sebagai induk yang ngemong,” ujarnya lagi. Kini toko batik online milik Lutfiyah menjadi semacam alternatif bagi para perajin di tengah terus menguatnya monopoli pasar yang mencengkeram industri batik di Cirebon. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: