Wow, Investor dari Tiongkok Mulai Kepincut Kabupaten Cirebon
CIREBON–Perang dagang Tiongkok–Amerika Serikat mulai menunjukkan dampak nyata bagi dunia industri di Indonesia. Tidak terkecuali di Kabupaten Cirebon. Para investor dari negara tirai bambu itu, mulai melirik Kabupaten Cirebon sebagai daerah yang dinilai ramah investasi. Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) komite Tiongkok Hasan Kosasih Koh mengungkapkan, dipilihnya Kabupaten Cirebon, tidak terlepas dari berbagai kelebihan yang dimiliki. Di antaranya, harga tanah yang relatif terjangkau, dan honor tenaga kerja di Kabupaten Cirebon Juga dinilai masih belum terlalu mahal. “Tenaga kerja yang sudah siap juga betul-betul memiliki kemampuan tinggi, karena pernah sangat makmur dengan adanya industri rotan di sini,” ujarnya, di sela penjajagan investasi di Kantor Bea Cukai Cirebon, Jalan Dr Wahidin Sudirohusodo Kota Cirebon, Rabu (17/10). Hadir dalam dalam kesempatan itu, perwakilan Direktorat Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian RI Mahardi Tunggul, Kepala Bea Cukai Cirebon Agung Saptono, Asisten Deputi General Manager Pelindo II Cirebon Martogi Silalahi, serta Fungsional Penyuluh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon, Sukirun. Dijelaskan Hasan, selain kondisi tenaga kerja, dari sisi letak geografis, Kabupaten Cirebon juga dinilai cukup strategis. Sehingga memudahkan proses distribusi barang jadi baik melalui jalur darat menuju daerah lain, seperti Jakarta, Bandung Jawa Barat hingga Semarang Jawa Tengah. Maupun akses jalur laut menuju sejumlah daerah di luar Jawa. “Jadi, Indonesia itu kenapa (barang jadi, red) selalu nilainya mahal. Ini terletak di manajemen. Dengan kondisi detik ini menurut saya Kabupaten Cirebon dengan manajemen pemerintah yang baru (Pelayanan satu pintu, red) dan Beacukai yang mendukung produksi komoditas ekspor, itu merupakan kekuatan yang menarik investor ke daerah ini,” imbuhnya. Bersama Hasan, turut hadir 9 pengusaha Tiongkok yang berasal dari Provinsi Guangdong dan Fujian, mereka merupakan pengusaha dari berbagai sektor industri, seperti manufaktur, furnitur, tekstil, industri aneka dan lainnya. Para investor itu, diakuinya sangat antusias menjalankan bisnisnya di Kabupaten Cirebon. Selanjutnya, mereka akan mulai melakukan pengurusan segala keperluan administrasi dan perijinan, termasuk perihal pembangunan Pusat Logistik Berikat (PLB). “Kalau PLB sudah jadi (perizinannya, red), mereka kembali untuk survei. Ketika sudah yakin, dalam waktu singkat sekali, tahun depan ini calon investor akan masuk ke sini berbondong-bondong,” terangnya. Ia meyakini, dengan adanya PLB, penyerapan tenaga kerja akan lebih besar. Terakhir, yang tidak kalah penting mengenai ketentuan Bea Cukai. Sebab, meski 70-80 persen bahan baku berasal dari indonesia, sekitar 20-30 persen bahan pendukung lainnya merupakan barang impor. Ia berharap ada kebijakan yang tepat untuk mendukung rencana tersebut. “Sinergi dari seluruh stakeholder tentu mengambil peranan penting,” tandasnya. Kasubdit Rotan dan Kayu Direktorat Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian RI Mahardi Tunggul, menjelaskan, menjajakan, penjajagan tersebut merupakan tindak lanjut dari forum investasi industri yang digelar di Kota Foshan pada November tahun lalu. Kedatangan rombongan pengusaha itu adalah rombongan ke sekian kalinya setelah gelaran forum investasi industri. “Kebetulan salah satu komoditi andalan kami adalah rotan, jadi yang dibawa (para pengusaha, red) ini salah satunya terkait industrui furnitur, rotan, ada juga dari industri aneka,” tuturnya. Pihaknya juga sengaja melibatkan berbagai pihak seperti pemerintah daerah dan Bea Cukai untuk memahami substansi regulasi khususnya yang spesifik dan hanya berlaku di Kabupaten Cirebon. Pihaknya hanya memantau proses serta fasilitasi dari pihak-pihak terkait. “Kita monitor aja perkembangan penjajagannya, namanya investasi kan bukan ke sini aja, mereka juga ke Vietnam, Malayisa dan negara Asean lainnya,” jelasnya. Dijelaskannya, saat ini, bahan baku rotan pemasok kebutuhan industri mayoritas berasal dari luar Jawa seperti Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera. Adapun beberapa komponen lain yang harus impor, diakui Tunggul jumlahnya sangat kecil. Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Cirebon melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan menyambut baik rencana tersebut, terlebih, sejatinya Kabupaten Cirebon telah lama dikenal sebagai daerah ramah investasi. di Kabupaten Cirebon sejak 7 tahun lalu juga telah berdiri perusahaan berasal dari Tiongkok. “Kita pasti fasilitasi sepanjang investasi dilakukan dengan tetap mengikuti aturan dan ketentuan yang berlaku,” tutur Fungsional Penyuluh Disperindag Kabupaten Cirebon, Sukiran. Kabupaten Cirebon menurut Sukiran, telah menyediakan lebih banyak lahan untuk daerah industri. Melalui Perda Tata Ruang yang baru, luas kawasan industri di Kabupaten Cirebon meningkat dari 2 ribu hektare menjadi 10 ribu hektare. Harapannya, ke depan Kabupaten Cirebon menjadi salah satu wilayah pusat pertumbuhan industri. “Kita kembangkan terus dan harus siap menerima investasi dari manapun sepanjang investasi itu ramah dan aman untuk lingkungan. Intinya berdampak positif untuk dapat mengurangi pengagguran dan menyerap tenaga kerja,” jelasnya. Serupa, Kepala Bea Cukai Cirebon Agung Saptono menjelaskan, Bea Cukai memberikan berbagai fasilitas untuk mendukung investasi di Kabupaten Cirebon ini, terlebih barang yang di produksi merupakan komoditas ekspor. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya dampak positif dari aktifitas ekspor. “Nanti bisa mendorong pertumbuhan ekonomi tinggi, kemudian negara dapat devisa ekspor. Masyarakat Cirebon dapat bekerja, juga bisa menyuplai material-material yang diperlukan, kemudian tenaga kerja bisa diserap dengan banyak,” tuturnya. Meski begitu, sisi pengawasan tetap menjadi prioritas Bea Cukai. Kendati menomorsatukan pelayanan, faktor pengawasan tetap faktor utama agar industri tetap sesuai dengan aturan dan perundang-undangan yang berkaitan dengan industri. Seperti undang-undang pajak, undang-undang cukai dan ketentuan instansi lainnya. “Kalau dulu pengawasan dulu baru pelayanan, kalau sekarang kita utamakan pelayanan tanpa melupakan aspek pengawasannya. Pengawasan kita dari jarak jauh, tetapi tidak meninggalkan konsep pengawasan yang efektif,” tegasnya. Asisten Deputi General Manager Pelindo II Cirebon Martogi Silalahi, menjelaskan, saat ini Pelabuhan Cirebon tengah melakukan berbagai pembenahan. Salah satunya untuk menampung peti kemas. Pihaknya menargetkan, tahun depan Pelabuhan Cirebon dapat menampung 1000 TEUs. “Sekarang masih progres, mudah-mudahan tahun depan sudah bisa dimanfaatkan. Ini juga untuk mendukung distribusi barang dari Cirebon ke daerah lain di luar Jawa dan juga sebaliknya,” pungkasnya. (nurhidayat-magang)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: