Swing Voters Sangat Menentukan, Jumlahnya Diprediksi Sebesar 30 Persen
JAKARTA-Calon Wakil Presiden pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno siap merebut massa mengambang atau swing voters di Pemilihan Presiden 2019. Menurut mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini, terdapat 30 persen swing voters dari warga di Indonesia. \"Masih ada yang ragu memilih Prabowo-Sandi. It\'s oke. Ada sekitar 30 persen dari warga di Indonesia yang ragu memilih A atau B,\" kata Sandiaga di Adin House, Tangerang Selatan, Sabtu (20/10). Sandiaga menuturkan akan meyakinkan massa mengambang ini dengan cara seperti yang disebutkan Calon Presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto. Pertama dengan melakukan kampanye sejuk, kampanye teduh, kampanye yang mempersatukan, dan kampanye berdamai. \"Kampanye berdamai, bersatu saja belum sukses, apalagi kalau kita terpecah belah sebagai bangsa,\" tutur Sandiaga. Menurut Sandiaga, kampanye damai dan sejuk ini dilakukan dengan menjaga hati. Kampanye tidak dengan menjelekkan orang lain bahkan menjatuhkan orang lain. \"Biar diserang, jangan dibalas. Negatif ditambah negatif bukan membangun. Jaga hati kita,\" papar Sandi. Cara kedua, kata Sandiaga, dengan membenahi ekonomi bangsa. Sandiaga menjelaskan alasan mengapa ekonomi perlu dibenahi, karena masyarakat mengeluhkan harga bahan pokok serbamahal. Selain itu, generasi milenial mengemukakan kesulitan mencari kerja. Dengan dua faktor tersebut, Sandiaga menuturkan, Prabowo-Sandi memotivasi dengan tidak menjadi bagian dari masalah, namun menjadi solusi. \"Prabowo-Sandiaga hadirkan semangat wirausaha, berpihak pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Membantu usaha kecil, kita banngkitkan, kita buka lapangan kerja,\" katanya. Sandiaga menegaskan, Prabowo-Sandi menitikberatkan untuk mendorong pembukaan lapangan kerja dengan wirausaha dan kebijakan ekonomi yang melindungi. \"Kita ambil alih kendali ekonomi untuk Indonesia adil dan makmur. Prabowo-Sandi bisa mengelola ekonomi, industri lebih maju, lapangan kerja dibuka dan perusahaan-perusahaan kita pastikan untuk lapangan kerja anak bangsa. Kita tidak izinkan perusahaan asing bawa tenaga kerja asing, fokus pada anak bangsa,\" paparnya. Terpisah, Ekonom Senior Rizal Ramli juga mengatakan bahwa pemilih di Indonesia sekitar 30 persen adalah swing voter. Ia menyampaikan swing voter adalah mereka-mereka yang melihat kinerja pemerintah di sisi infrastruktur terjadi peningkatan, namun disisi lain adanya pelemahannya ekonomi. Menurut mantan Menko Maritim era Jokowi tersebut, ada beberapa syarat-syarat yang harus ditempuh oleh timses Prabowo untum merebut itu semua. Pertama militan, yang bekerja seperti mesin tanpa harus digerakkan dengan uang. \"Saya ditanya apa artinya militan. Militan bekerja beyond the call of duty beyond the call of money. Tapi kalau ada aktivis yang digerakkan dengan uang itu nggak ada apa-apanya,\" ujar Rizal saat dalam diskusi di Gedung Smesco, Jakarta, Sabtu (20/10). Yang kedua kata Rizal adalah kreatif namun simpatik. Ia meminta kepada para pendukung Prabowo untuk tidak nyinyir di sosial media. Karena kalo hanya nyinyir kata Rizal, mayoritas orang Indonesia membenci hal tersebut. Kreatif dengan mencari hal-hal baru untuk menarik simpati akan tetapi bukan tidak menghargai. \"Mohon maaf untuk setiap Pak Jokowi bikin kesalahan selalu dinyinyirin, orang indonesia ini nggak suka,\" kata Rizal. \"You have give him a credit where disposable, sebagai contoh Asian Games. Pak Jokowi sudah kerja bagus harus dipuji jangan dinyinyirin karena rakyat seneng Asian Games sukses. Jadi give him credit dengan simpatik,\" sambungnya. Terakhir lanjut Rizal adalah Human Dimention. Menurutnya pemilih yang memilih secara rasional hanyalah tersisa 10 persen. Karena sisa pemilih lainnya hanya memilih menggunakan hati nurani mereka. \"Jadi harus nongolkan aspek-aspek yang manusiawi bahwa pemimpin bisa becanda. Bahwa pemimpin bisa peluk bayi, pemimpin tidak dibarikade sama rakyat-rakyatnya. Jadi harus aspek human,\" papar Rizal. Ia optimistis jika semua hal yang disampaikannya bisa dijalankan kemenangan bisa di depan mata. Namun kalau oposisi tidak canggih menurut Rizal semua itu akan habis. \"Harus ada protokolnya untuk ngadepin kasus-kasus yang bisa menjatuhkan. Anything can happen,\" tandasnya. (ZEN/FIN)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: