Teroris Tak Bisa Transfer Duit
JAKARTA - Tim penyidik Detasemen Khusus 88 Mabes Polri masih mendalami jaringan perampok Tambora yang ternyata pencari dana kegiatan teror. Tiga jenazah terduga teroris sudah dibawa ke RS Polri untuk diotopsi. Sedangkan empat yang lain masih diperiksa di sebuah tempat yang dirahasiakan. “Sudah bisa dipastikan bahwa ini memang aksi terorisme. Tujuan mereka merampok untuk mencari dana operasi,” ujar Kadivhumas Mabes Polri Irjen Suhardi Alius di Mabes Polri kemarin (16/03). Meskipun libur, Suhardi tetap berkantor untuk menjelaskan detail operasi penangkapan itu. “Kalau ada yang menyebut ini rekayasa karena Densus sedang disorot, itu saya kira tidak tepat dan berlebihan,” tambahnya. Menurut mantan Wakapolda Metro Jaya ini, pengungkapan perampokan toko emas di Tambora itu awalnya benar-benar diduga kriminal murni. “Namun, fakta yang ditemui di lapangan sungguh mengejutkan. Ada 13 bom yang siap digunakan,” kata Suhardi. Dia menjelaskan, setelah pemerintah dan DPR mengesahkan UU Pendanaan Terorisme ruang gerak pendanaan para teroris makin sempit. “Mereka juga tidak bisa lagi mentransfer uang, karena pasti terlacak dan terbongkar,” kata jenderal bintang dua ini. Suhardi menjelaskan, kelompok teroris mengumpulkan dana dengan cara konvensional. Seperti perampokan dan perampasan harta milik orang lain secara paksa. “Sepintas memang terlihat seperti kejahatan yang biasa, tapi di baliknya ada teror lain yang lebih berbahaya yang sedang disiapkan,” katanya. Kelompok teroris sekarang bekerja juga sudah tidak atas perintah Amir atau pimpinannya. “Kelompok-kelompok ini sekarang berkelompok secara parsial. Mereka berbicara, memutuskan dan eksekusi sendiri,” katanya. Dalam merakit bom, teroris saat ini juga tidak belajar lagi dengan cara fisik atau belajar dari guru. Sekarang, kata Suhardi, mereka belajar dengan cara otodidak lewat internet. Karena itu, dia meminta stakeholder terkait bisa ikut memberantas masalah ini. “Menkominfo bisa melakukan verifikasi, pengecekan dan seleksi dengan untuk situs seperti ini,” ucapnya. Apalagi, bahan bom juga sangat mudah didapat. Suhardi mengatakan, bahan bom ini bisa diperoleh dari bahan sehari-hari yang bisa diperoleh di dapur atau kombinasi pupuk. “Padahal tidak mungkin kita melarang peredaran pupuk. Ini jadi problem juga,” katanya. Suhardi juga menyesalkan beredarnya buku-buku yang informasinya berisi provokasi. Buku ini juga kadang menciptakan dendam terhadap pembacanya. Karena itu, perlu ada pencerahan terhadap buku tersebut serta seleksi untuk buku yang diterbitkan. “Ada buku-buku yang memang dibuat untuk menghasut. Bahkan menganjurkan perlawanan secara terang-terangan kepada polisi, ini masalah juga,” ujarnya. Seperti diketahui, tim reserse mobile Polda Metro Jaya dibantu Densus 88 berhasil mengungkap pelaku perampokan di Tambora. Tiga dari perampok ditembak mati, mereka adalah Makmur, Kodrat, dan Arman. Sementara empat lainnya ditangkap hidup. (rdl)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: