Petani Bawang Tetap Menjerit

Petani Bawang Tetap Menjerit

Harga Mahal, Tidak Dapat Untung, Pusing Beli Bibit Bawang GEBANG- Tidak semua petani bawang diuntungkan dengan melonjaknya harga bawang di pasaran saat ini. Beberapa petani di wilayah timur Cirebon (WTC) mengaku tak mendapatkan keuntungan dari kenaikan itu. Mereka kini dipusingkan dengan harga bibit bawang yang sudah mencapai Rp50 ribu per kilogram. “Gimana mau untung, saya kan mau nanam. Lahan saya justru akan ditanam. Jadi sekarang saya pusing karena harga bibit jadi mahal sekali,” ujar H Mukhsin, salah seorang petani bawang asal Desa Kalipasung. Mukhsin mengakui kenaikan harga bawang turut memicu kenaikan harga bibit bawang. Keluhan serupa disampaikan Nardi, petani bawang asal Losari. Dia juga mengaku kebingungan untuk mendapatkan bibit bawang karena harganya cukup mahal. Jika membeli sekarang dan menanam, sambung dia, belum tentu harganya nanti akan mahal. “Jadi khawatir nih, bingung juga. Sekarang mau beli bibit dengan harga yang mahal, tapi nanti saat dipanen harganya kembali normal. Kan rugi,” katanya. Tak hanya itu, hal lain yang dia takutkan adalah faktor cuaca. Kondisi cuaca yang selalu berubah-ubah menjadi kekhawatiran tersendiri bagi dia. Tahun lalu, Nardi mengalami kerugian besar karena hujan lebat sehingga sawah yang sudah ditanami bawang menjadi tergenang. Akibatnya, tanaman bawang miliknya pun busuk. Sanadi, petani bawang asal Desa Pangenan, bahkan enggan menanam bawang. Saat ini lahannya hanya ditanami kangkung. “Saya gak mampu membeli bibit bawang yang sangat mahal harganya. Satu kilogram bibit bawang bisa mencapai Rp50 ribu. Itu tentu mahal sekali, sementara risikonya nanti banyak. Bisa gagal panen, bahkan harganya nanti bisa normal lagi,” ujar Sanadi. Sementara itu, Dewan Bawang Merah Nasional sudah meminta pemerintah untuk membuka kran impor bawang dari luar negeri guna memenuhi kebutuhan pasar domestik. Ketua Umum Dewan Bawang Merah Nasional H Sunarto Atno Taryono mengatakan, awal tahun ini pihaknya sudah meminta pemerintah untuk segera mengeluarkan izin impor bawang dan produk holtikultura lainnya. Tapi, Kementerian Pertanian RI enggan mengeluarkan itu dengan alasan melindungi petani bawang lokal dari serbuan bawang impor. Guna mengisi kelangkaan ini, kata dia, pemerintah harus segera membuka pintu impor bawang merah sehingga kebutuhan masyarakat akan bawang merah sebagai salah satu komoditi holtikultura yang penting. \"Kami sudah melayangkan surat, insya allah dalam minggu ini akan keluar, mudah-mudahan kebutuhan bawang merah bisa dipenuhi,\" bebernya. Sementara bagi petani bawang merah, kenaikan harga ini tidak berpengaruh apa-apa karena banyak petani yang tidak menanam bawang merah. Justru yang ditakutkan dengan kenaikan ini akan memengaruhi harga bibit. \"Jelas akan berpengaruh pada bibit, karena petani tidak menyimpan bibit. Ini perlu yang diwaspadai,\" kata H Taryana, salah seorang petani bawang asal Kecamatan Pabedilan. Sementara Kepala Distanbunakhut DR Ir H Ali Efendi MM mengatakan, impor benih dan bawang merah sebenarnya tidak diharamkan, asalkan hal tersebut tidak merugikan semua pihak. Terutama pada benih, Ali mengingatkan kepada para petani agar dapat digunakan sebaik mungkin. Benih bawang ini hanya digunakan untuk masa tanam bawang, bukan pada sayuran jenis lainnya. “Kita sepakat ada impor dengan pertimbangan stok di daerah sangat minim. Khusus untuk benih, kita sepakat dijadikan untuk bibit bawang merah bukan sayuran lainnya,\" jelasnya. (den)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: