Dishub Cari Tahu Penyebab Macet Jl Perjuangan-Perumnas

Dishub Cari Tahu Penyebab Macet Jl Perjuangan-Perumnas

CIREBON–Dinas Perhubungan (Dishub) masih mengkaji penyebab titik kemacetan baru di sejumlah ruas jalan. Yang menjadi perhatian diantaranya Jl Perjuangan (simpang Untag) dan Jl Perumnas-Kalijaga. Kepala Bidang Rekayasa Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Cirebon Gunawan ATD DEA mengakui, belakangan ini banyak sumber kemacetan baru. Yang terjadi di jam tertentu. Terutama pagi dan sore hari. \"Dua simpang ini memang sangat padat. Apalagi kalau sore,\" ujar Gunawan. Sambil mengkaji, dishub juga segera menyiapkan solusi. Dalam waktu dekat akan dilaksanakan rapat bersama Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (FLLAJ). Dari rapat koordinasi itu, diharapkan ada solusi yang dibutuhkan. Termasuk memutuskan hirarki pengendalian lalu lintas. Hirarki pengendalian lalu lintas adalah tingkatan. Dari kategori normal hingga kepadatan terkunci (struck). Pengkategorian ini nantinya akan diikuti dengan rekayasa lalu lintas. Apakah cukup dengan dipasang rambu. Apakah perlu menempatkan petugas. Atau memasang alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL). Hirarki pertama, lalu lintas masih minor atau kecil maka cukup dikendalikan dengan rambu simpang prioritas. Rambu simpang prioritas sendiri ada dua jenis yakni rambu stop atau segitiga terbalik. Untuk segitiga terbalik dipasang di ruas jalan dengan arus lalin minor. Pengendara diharuskan melihat arah kanan dan kiri saat berbelok. Rambu prioritas stop dipasang di simpang jalan dengan kecepatan kendaraan lebih besar atau di rel kereta api. Agar pengendara berhenti menunggu kendaraan lain melintas. \"Rambu prioritas segitiga terbalik ini bisa dilihat di Jl Moh Toha. Kalau stop ada di simpang Jl Perjuangan-Jl By Pass,\" tuturnya. Kemudian bila lalu lintas kendaraan lebih besar, pengendalian tidak cukup hanya dengan rambu prioritas. Dibutuhkan petugas untuk mengatur lalu lintas. Dengan catatan kemacetan hanya terjadi pada jam tertentu dengan durasi yang tak lama. \"Kalau lebih dari 1-2 jam, pengedalian tidak bisa petugas. Itu harus dipasang APILL atau bundaran,\" terangnya. APILL sendiri diterapkan berdasarkan waktu. Sementara bundaran bisa diterapkan bila lokasi jalan luas dengan konsep menyesuaiakan arus kendaraan . \"Kalau menurut saya yang simpang Untag dan Perum lebih cocok dipasang APILL. Itu karena padatnya di jam tertentu. Tapi keputusannya gimana, nanti kita rapatkan dulu,” kata Gunawan. Titik kemacetan lainnya ialah simpang Jl Pelandakan-Perjuangan. Pengendalian kemacetan di simpang tersebut telah diatasi dengan penambahan waktu traffic light. Rupanya itu saja belum cukup. Dishub akan meninjau kembali bila diperlukan kembali penambahan. Patokannya adalah kendaraan tak boleh lebih dari dua kali menunggu lampu merah. \"Sebelumnya itu sudah dirubah. Dari arah Sumber kemacetan bisa terurai. Tapi ternyata ada kemacetan baru. Jadi ini bisa diubah lagi,” ungkapnya. Sementara itu, Kepala Seksi Rekayasa Lalu Lintas Dishub, Asep Sudrajat menambahkan, untuk pengendalian kemacetan pihaknya telah mengupayakan berbagai cara. Salah satunya dengan terus memantau dan mengevaluasi durasi traffic light. Kemudian pengadaan ZOSS 11 ruas jalan juga menjadi salah satu pengedalian kemacetan. Pemasangan ZOSS ini bila ditaati seharusnya bisa mengurai kemacetan. Adanya ZOSS bukan hanya kendaraan harus melambat. Dengan batas kecepatan maksimal 30 kilometer per jam. Tetapi juga kendaraan dilarang parkir. Masalahnya, kemacetan kerap terjadi karena masih kurang sadarnya pengendara. Di beberapa kasus kemacetan banyak yang terjadi justru karena kendaraan saling menyerobot. (apr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: