Prabowo Bicara di Indonesia Economic Forum, Berikut Pidato Lengkapnya

Prabowo Bicara di Indonesia Economic Forum, Berikut Pidato Lengkapnya

Calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menghadiri Indonesian Economic Forum yang digelar di Hotel Shangrilla, Jakarta pada hari ini, Rabu, 21 November 2018. Namun, keduanya akan datang terpisah di waktu yang berlainan. Dalam kesempatan itu, Prabowo menyampaikan berbagai kritikan terhadap kondisi Indonesia saat ini, termasuk di sektor ekonomi. Berikut penjelasan lengkap calon presiden yang diusung Koalisi Indonesia Adil dan Makmur tersebut.   Ekonomi negara seperti badan manusia. Kalau kita manage body dan punya lifestyle bagus, kita gak practice unhealthy, like drinking alcohol or smoke. We maintain fitness, body ini sehat dan umur panjang.  Dan untuk negara, kalau bisa jaga semua aspek, kita tak destroy dengan malpraktik yang tak sehat, pasti juga sehat dan umur panjang. Ini yang saya pelajari. Saya belajar banyak peradaban beberapa ratusan tahun lalu. Peradaban China, India, Islam, Umayyah, Ottoman, Maroko, Rusia, Inggris, Spanyol, Portugis, dan abad terakhir ini peradaban Amerika. Saya belajar ada beberapa hal yang sama. 

Apa yang membuat peradaban sukses? Tentu pemerintah yang bekerja untuk manfaat, bawa birokrasi yang baik, militer, intelijen, dan ekosistem. Peradaban akan umur panjang. Kebebasan berpendapat.
Jika sistem punya gangguan, tubuh butuh intervensi. Ada medcheck. Cek darah. Teknologi medis beberapa tahun terakhir ini sungguh luar biasa.  Jika mau tahu kesehatan negara harus cek semua indikator. Indikator kunci kita dibandingkan dengan negara lain. Kita harus tau. Bandingkan dengan negara tetangga, Singapura dan Vietnam. Ketika belajar cek semua indikator ini. Jadi, ketika saya bicara tentang indikator, saya berupaya untuk bicara masuk akal. Human development index kita peringkat 113, kalah dari Singapura, Malaysia, dan Thailand.  Kita di atas Vietnam dan Filipina. GNI per capita dan GNI index. Knowledge dan education index. Di performance ini, dengan negara yang banyak pengalaman dan sumber daya alam, saya sebagai WNI tak bangga dengan performance ini. Menurut PISA, studi 2015, kita peringkat 66 di matematika dan sains di 65 dari 75 negara. Di World Bank, 55% penduduk Indonesia fungsionaly illiterate. Saya sedih. Dan years of life expectancy peringkat 168. Dan kematian di peringkat 143 dari 239 negara.  Kemudian stunting peringkat 25 menurut UNICEF (2018) dari 149 negara. Artinya bayi lahir tak normal. Ini indikator bhw SDM kita malknowledge. Tak cukup protein, dan lain-lain.  Saya sebagai WNI, saya sangat sedih. Stunted children berjuang untuk sekolah. Untuk akses air bersih peringkat 123 tahun 2018 dari 180 negara. Kita tak punya kekuatan untuk peroleh air ini. Saya kira ini memperlihatkan kemampuan elit kita kurang untuk manage orang.  Indikator menyedihkan lainnya, di sepak bola kita peringkat 160 tahun 2018. Kita gak bisa pilih 12 pemain untuk bersaing dengan pemain internasional. GNI to GDP ratio, peringkat 169 dari 250 negara. Mereka tidak paham GDP production di Indonesia bukan oleh Indonesia dan untuk Indonesia. Makanya kita peringkat 169. Buat generasi muda Indonesia, kalau ini terus berlanjut akan sangat menyedihkan. Selain itu tax ratio juga. Tax ratio di atas 14%, kemudian 16%. Dibanding negara lain tax ratio lebih besar dari kita. Zambia 16% sekarang. Mungkin kita perlu belajar dari mereka. Indonesia khususnya elit, sangat ... tak melihat negara-negara Afrika padahal mereka lebih baik dari kita. Saya dengar Thailand sekarang sudah capai 16% dan Malaysia juga 18%. Kita kehilangan 60 miliar dolar AS karena pemerintah gak mampu maintain tax ratio. Kita bisa capai 18%-20% ini atas studi dari peneliti World Bank.
\"\"
Foreign reserves (cadangan devisa) kita juga peringkat 17 tahun 2017. Ini secara matematika sangat mengkhawatirkan. Singapura yang size-nya lebih kecil bahkan tak lebih besar dari satu distrik di Indonesia, bisa lebih besar.  Palm oil plantation kita lebih besar dari Singapura. Pemimpin Indonesia harus lihat tetangga. Saya tak salahkan siapapun. Ada dinamika yang berjalan. AS kan punya banyak utang karena mereka punya banyak produksi dan teknologi. Pada dasarnya kita Indonesia adalah negara yang bergantung pada utang. Kita bayar gaji kita ke birokrasi.  Saya kira banyak elite Indonesia tak paham filosofi demokrasi. Perkembangan demokrasi kita sekarang hadapi stunting. Kita punya cleric (pemuka agama) dan kita label ekstremis. Saya bahkan dilabel suporter ISIS. Fighting for Khilafah.  Saya hanya ingatkan orang-orang mari hormati dan ikuti aturan. Saya punya visi, program dan pengalaman nyata dari program saya. Saya yakin bisa turn around negara lebih cepat.  Kita harus punya komitmen yang kuat untuk korupsi, turunkan kemiskinan, dan raih pendapatan, serta pelayanan yang lebih baik bagi masyarakat. Bukan hanya ke beberapa orang. Kita harus gunakan competitive advantage.  Saya mau simpulkan. Kita bagian dari ASEAN. Kita punya situasi geopolitik yang terpengaruh dari persaingan China dan AS. Yang kuat akan lakukan apapun dan yang lemah akan menderita. Kita harap persaingan ini kita harap gak akan berakhir civil war. Poin saya adalah kita di sini dengan strategic sea ways. Kita mau berteman dengan keduanya. Kita hormati dua kekuatan ini. Kebijakan luar negeri kita berteman dengan siapapun. Saya mau berteman dengan China. Kita hormati China yang bangkit jadi kekuatan baru.  Tapi juga kita hormati AS sebagai negara adidaya. Mari kita obyektif jika kita dalam hati. Kita sebenarnya fans dengan cara hidup Amerika. Kita makan burger king, pakai denim jeans, nonton netflix, HBO. Ini soft power AS. Kita suka rock n roll. Ayo akui Anda juga suka kan? 
Pengaruh China juga kuat dalam sejarah kita. Seperti makanan kita, ada sebagian dari China dari India. Kita suka kari. Sebagai political leader apapun yang kita katakan bisa menyerang balik kita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: