Wapres Naik Pesawat Komersial

Wapres Naik Pesawat Komersial

JAKARTA- Di tengah kritik tentang pemborosan anggaran kunker, Wakil Presiden Boediono menggunakan pesawat komersial dalam kunjungannya ke New York, Amerika Serikat. Kunjungan itu dilakukan untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin ASEAN-US. Untuk menghemat anggaran, jumlah rombongan juga tergolong sangat kecil. “Bapak Wapres memang maunya menggunakan pesawat komersial agar hemat. Rombongan juga seminimal mungkin,” kata Juru Bicara Wapres Yopie Hidayat di Istana Wapres, kemarin. Saat menghadiri KTT Nuklir di AS pada April lalu, Boediono juga menggunakan pesawat komersial. Boediono berangkat pagi ini (22/9) dengan menumpang pesawat Singapore Airlines dalam rombongan utama yang berjumlah 17 orang. Sedangkan rombongan pendukung yang berjumlah 26 orang berangkat petang kemarin. Dengan demikian, total rombongan - termasuk wartawan- adalah 43 orang. Boediono akan tiba di tanah air pada 26 September. Wapres juga tidak ditemani banyak menteri. Dia hanya didampingi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Gita Wirjawan dan Menlu Marty Natalegawa yang telah berangkat lebih dahulu. Selain menghadiri KTT ASEAN-US, Boediono mengikuti pertemuan bisnis dengan sejumlah pengusaha AS. Jumlah rombongan Wapres Boediono kali ini memang jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan rombongan presiden ketika melakukan kunjungan kerja ke luar negeri. Dengan pesawat kepresidenan, jumlah rombongan presiden bisa mencapai lebih dari 100 orang, belum termasuk tim advance yang berangkat lebih dahulu. Yopie tidak bersedia merinci besarnya anggaran yang bisa dihemat. “Saya tidak mau mengelaborasi angka. Tetapi, jelas biayanya lebih hemat karena menggunakan pesawat komersial,” kata Yopie. Sekjen Fitra, Yuna Farhan mengapresiasi upaya penghematan biaya perjalanan dinas yang dilakukan Wapres. Dia berharap langkah itu bukan sekadar pencitraan. Semua kementerian dan lembaga lain, termasuk presiden dan DPR, harus konsisten menirunya. “Harus ada efisiensi pada realisasi anggaran kunker 2010 yang totalnya mencapai 19,5 triliun itu,” kata Yuna. Menurut dia, anggaran kunker dari tahun ke tahun selalu menunjukkan tren terealisasi sepenuhnya. “Jadi, anggaran yang dialokasikan selalu habis dibelanjakan. Padahal, masih banyak yang bisa diefisiensikan,” jelasnya. Di tempat terpisah, Mensesneg Sudi Silalahi mengatakan, pihaknya telah berusaha memperkecil jumlah rombongan dan menghemat biaya perjalanan. “Dari yang terdahulu-dahulu berkurang 15 persen,” ungkap Sudi, tanpa menjelaskan besarnya dana yang bisa dihemat. Dia kembali menjelaskan, kunjungan wajib presiden juga bertambah. Juga ada kunjungan balasan secara bilateral. Sudi mengatakan, jumlah rombongan presiden kini 70-90 orang. Rombongan disesuaikan dengan tujuan kunjungan. “Kalau agenda-agenda itu advantages yang kita ambil dari segi bisnis, ya kita ajak pengusaha-pengusaha terkait dan yang juga punya kemitraan di dalam negeri kita. Jadi, semua itu kita sesuaikan dengan kunjungan kerja kita itu apa yang ingin kita capai, apa agendanya,” papar Mensesneg. Juru Bicara Presiden Bidang Luar Negeri Teuku Faizasyah mengatakan, kunjungan kenegaraan tidak bisa dilihat dari sisi jumlah rombongan. “Tapi, kita melihat ada misi yang dibawa dalam kunjungan bapak presiden ke satu negara,” terangnya. Dia menambahkan, semua rombongan yang dibawa presiden ke luar negeri telah sesuai dengan fungsi masing-masing. “Jadi, siapa pun dia, apa pun fungsinya, tentu akan berkontribusi,” jelas Faizasyah. (owi/pri/sof/c3/tof)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: