Jasad TKI Tewas Dipulangkan
Sudah Membusuk, Lima Tahun di Syria Tak Digaji MAJALENGKA - Jenazah Iroh Sairoh (39) Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang tewas di Kota Aleppo, Syria tiba di kampung halamannya di Blok Senin RT 02 RW 04 Desa Karangsambung, Kecamatan Kadipaten, Kamis dini hari (21/3) sekitar pukul 03.30. Isak tangis keluarga pun pecah saat jenazah tiba. Usai diserahterimakan dari perwakilan Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) PT Alfateh Nurnisa, beserta perwakilan dari Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker), Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI), pihak keluarga langsung memakamkan jasad TKW yang meninggal 23 Februari lalu itu pada pagi harinya sekitar pukul 07.30. Keputusan keluarga untuk segera memakamkan jasad Iroh, dikarenakan kondisi jasad sudah nyaris membusuk dan mengeluarkan bau yang cukup menyengat. Bahkan, keluarga korban juga memutuskan untuk tidak memandikan ulang jenazah sebelum dimakamkan karena tidak tega melihat kondisinya. “Saya cuma lihat sekilas waktu kakinya dibuka, masih mengeluarkan cairan lendir seperti bekas luka bakar, warna kulitnya juga kayak yang gosong gitu. Bahkan, waktu mau digerakan kakinya kayak yang tulangnya udah pada putus, kami tidak tega ngeliatnyak karena sudah dimandikan di sana (Syria), kita di sini cuma menyolatkannya saja lalu segera menguburkannya,” kata Eno, adik kandung korban. Menurutnya, jika Iroh meninggal dalam kondisi normal dengan waktu kematian yang diperkirakan sudah lebih dari sebulan, mungkin kondisi jasadnya sudah mengering atau mengempis tinggal tulang karena sudah tidak ada cairan di dalam jasadnya. Dengan kondisi demikian, Eno menegaskan jika kecurigaan keluarga tentang penyebab kematian kakaknya dikarenakan dianiaya hingga tewas semakin menguat. Hal ini pun, mematahkan keterangan awal pihak majikan yang menyatakan Iroh meninggal akibat jatuh dari lantai atas dan menderita penyakit dalam. Terlebih, dari hasil permintaan otopsi pengacara Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) kepada pihak rumah sakit di Aleppo menyimpulkan jika penyebab langsung kematian Iroh memang dikarenakan berhentinya fungsi jantung dan pernapasan. Namun, penyebabnya tidak langsung dikarenakan insufisiensi pada ginjal dan bakteremia di tubuhnya atau terdapat bakteri di dalam aliran darah akibat banyaknya luka bakar. Mendapati kondisi ini, pihak keluarga berharap ada upaya hukum terhadap pelaku tindak kekerasan dan penganiayaan Iroh hingga tewas, yang diduga dilakukan oleh majikannya. Ditambah lagi, hak gaji yang semestinya diterima Iroh selama lima tahun lebih bekerja di Syria tak sepeserpun dibayarkan majikan. Harapan keluarga ini sedikit menemukan titik terang. Pasalnya, pihak Kemenlu, Kemenaker, dan BNP2TKI menyatakan sudah siap untuk memperjuangkan upaya hukum maupun hak gaji selama lima tahun lebih Iroh bekerja. Menurut Eno, kesiapan para pihak yang berwenang memperjuangkan hak Iroh, lantaran adanya advokasi dan desakan dari LSM perlindungan tenaga kerja yang dikelola Rieke Dyah Pitaloka. “Alhamdulillah, pihak Kementerian merespons. Pernah ada kesepakatan kalau Kemenaker dan BNP2TKI akan memperjuangkan di dalam negeri soal hak gaji Iroh ke pihak PT (PJTKI), dan pihak Kemenlu akan mengupayakan keadilan hukum di Syria sana. Hanya saja, mereka juga tidak menjanjikan karena kondisi stabilitas keamanan negara di Syria sekarang sedang genting. Kita sih tetap berharap mudah-mudahan saja perjuangan ini menemukan hasil positif,” tegas Eno. Terpisah, Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (dinsosnakertrans) Kabupaten Majalengka Drs H Eman Suherman MM mengklaim pihaknya sudah mengirimkan surat kepada Kemenakertrans dan BNP2TKI untuk bisa memperjuangkan hak-hak korban dan harapan keluarga korban. “Kewenangan dan kemampuan kita hanya bisa mengupayakan dengan cara mendesak ke Kementerian. Selanjutnya pihak Kementerian yang menindaklanjutinya, tapi akan kita pantau terus. Kepada keluarga korban, saya atas nama pribadi dan lembaga mengucapkan dukacita yang dalam atas tragedi ini,” imbuhnya. (azs)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: