Pengawas Nilai Asal-asalan, Patung Petani Garam Harus Diganti
CIREBON-Pengawas pelaksanaan proyek pembuatan taman dan patung di Kecamatan Pangenan, Tajudin mengaku sudah menegur pelaksana proyek untuk segera memperbaiki bentuk patung petani garam yang terkesan asal jadi. Bahkan, pihaknya mengancam tidak akan melakukan serah terima dengan pelaksana, jika teguran tersebut tidak diindahkan pihak pelaksana proyek. Hal tersebut disampaikan Tajudin melalui sambungan teleponnya, Kamis (6/12). Menurutnya, pihaknya sudah menyampaikan teguran kepada pelaksana agar segera mengganti patung yang saat ini sudah jadi tersebut. “Sudah saya sampaikan patung itu agar diganti. Bahkan teguran itu saya sampaikan tertulis dengan memberikan memo langsung ke pelaksana,” ujarnya. Menurut mantan pengawas TPA Ciledug itu, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pemcam Pangenan terkait pembangunan tersebut. Bahkan, beberapa saran yang disampaikan pemcam pun menjadi salah satu acuan untuk penataan taman. “Kita komunikasi dengan pihak kecamatan. Kita juga konsultasi seperti rencana pembukaan akses pintu masuk dari pagar depan yang awalnya ada, kita batalkan setelah ada pertimbangan keamanan dari pihak kecamatan. Akhirnya pintu masuk yang digunakan tetap dari samping yang merupakan pintu masuk lama,” imbuhnya. Dijelaskannya, pembangunan taman di Kecamatan Pangenan ditargetkan selesai pada akhir Desember nanti untuk memberikan ruang pada kegiatan PHO saat verifikasi fisik pekerjaan yang dilakukan. “Taman-taman yang lain sudah dilakukan seperti Pabuaran. Nanti kan saat PHO itu ada yang dievaluasi atau tidak. Kalau ada, yang kurang nanti diberikan waktu untuk melengkapi. Tapi tidak boleh lewat dari tahun anggaran berjalan,” ungkapnya. Sementara itu, sebelumnya bentuk patung petani garam di Kecamatan Pangenan terkesan asal jadi. Hal itupun menuai kritik. Camat Pangenan Bambang Setiadi SE saat ditemui Radar Cirebon mengatakan, akan menanyakan langsung ke pihak pemborong terkait pembuatan taman edukasi di halaman kantor Kecamatan Pangenan yang terkesan asal-asalan itu. Pihaknya beberapa kali menerima masukan dari masyarakat terkait bentuk patung yang tidak jelas. Serta jauh dari bentuk fisik petani garam. “Nanti akan saya tanyakan. Kebetulan juga banyak yang kasih masukan. Banyak yang kecewa juga. Itu patungnya kayak asal jadi, jauh dari harapan,” tegas Bambang. Secara teknis, Bambang menyebut tidak mengetahui rancangan design ataupun hal-hal teknis terkait pembangunan taman tersebut. Pasalnya, selama ini, pihak DLH sebagai pelaksana tidak pernah berkoordinasi dengan dirinya. “Saya tahunya ini anggaran dari dana pagu indikatif kewilayahan. Nilainya Rp300 juta lebih. Saya tidak tahu apakah patung dan taman edukasi itu satu paket atau tidak. Karena belum ada komunikasi dengan DLH,” tambahnya. Proses perencanaan dan pengajuan taman edukasi tersebut, menurut Bambang, dilakukan semasa ia belum menjadi Camat Pangenan. Sehingga ia belum memahami secara detail konsep taman edukasi tersebut. “Saya juga tidak tahu apakah taman edukasi itu nantinya ada wahana edukasi atau hanya taman biasa. Saya nanti akan coba bicarakan dengan DLH dan pemborongnya. Kalau saya sih maunya dibuat hutan kota untuk membantu penambahan RTH,” jelasnya. Sementara itu, salah satu warga Kecamatan Pangenan, Sunarto menuturkan, jika bentuk patung yang berada di halaman Kecamatan Pangenan dengan bentuk petani garam, terkesan asal jadi. Bentuk patung tidak jelas dan tidak ada nilai seninya. “Kalau menurut saya, harusnya pakai perupa profesional. Itukan untuk ikon daerah, kok bentuk patungnya asal jadi. Harusnya lebih bagus. Mudah-mudahan diperbaiki dan lebih bagus,” pungkasnya. (dri)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: