Petani Ikan Japung Dibantu Teknologi RAS
KUNINGAN– Para petani ikan Japung (jaring apung) di perairan Waduk Darma Kuningan mendapat bantuan teknologi RAS (Rapid Aeration System) dari pemerintah pusat. Bantuan yang diberikan melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan RI itu sebanyak 8 unit Teknologi RAS. Penyerahan bantuan diberikan langsung Kepala BRSDM (Badan Riset dan Sumber Daya Manusia) Kementrian Kelautan dan Perikanan, Ir R Syarif Widjaya PhD disaksikan Wakil Bupati Kuningan M Ridho Suganda SH MSi di Desa Jagara Kecamatan Darma Kuningan, Jumat (21/12). Teknologi RAS ini pun diakui sebagai solusi dari keluhan petani ikan Japung, akibat persoalan upwelling atau imbal balik arus air karena perubahan iklim. Wakil Bupati Kuningan M Ridho Suganda SH MSi menyampaikan, rasa terima-kasihnya kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan RI atas bantuan teknologi tersebut. “Bantuan ini diharapkan bisa mengatasi hambatan yang dihadapi pembudidaya ikan jaring apung, untuk meminimalisir kerugian akibat imbal arus balik,” ungkapnya. Sementara Kepala BRSDM (Badan Riset dan Sumber Daya Manusia) Kementrian Kelautan dan Perikanan, Ir R Syarif Widjaya PhD menyebut, ada beberapa permasalahan yang dihadapi dalam budidaya perikanan di perairan waduk. Diantaranya hidrogen sulfida HS, jumlah unit KJA melebihi daya dukung yang direkomendasikan, dan CIBB (cara budidaya ikan yang baik) belum diaplikasikan. Selain itu juga tidak ditertibkannya sarana KJA yang tidak beroperasi dan terbengkalai, pencemaran DAS dari hulu sampai hilir, limbah domestik penyebab blooming gulma air, fitoplankton dan korosifitas instrumen pembangkit listrik serta fenomena umbalan yang dapat menyebabkan kematian masal ikan. “Fenomena umbalan di perairan waduk dengan indikator bau busuk dari gas gas racun menjadi pemicu terjadinya kematian ikan secara masal,” imbuh dia. Menurutnya, diduga kematian ikan secara massal diantaranya kekurangan oksigen dan keracunan gas seperti amonia (MH3), hidrogen sulfida (H2S), fospin (PH3). Dalam kondisi perairan sangat minim kadar oksigen berlarut, maka amonium di perairan akan bersenyawa dengan sulfat menjadi amonium sulfat, selanjutnya bereaksi dengan kalium hidroksida akan menghasilkan gas amonia yang beracun bagi ikan (NH3). “Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan riset inovasi teknologi perikanan terutama terkait dengan teknologi aerasi. Berdasarkan kebutuhan teknologi itu, maka dilakukan kegiatan inovasi teknologi adaftif lokasi perikanan dengan tema Aplikasi Teknologi RAS (Rapid Aeration System) pada Perikanan Perairan Waduk,” terangnya. Dijelaskan, teknologi RAS adalah teknologi yang dapat meningkatkan kadar oksigen berlarut (dissolved oxygen-DO) di permukaan dan kolom air dalam waktu singkat. Teknologi RAS ini, secara umum terdiri atas dua bagian yaitu aerator permukaan dengan kincir (untuk aerasi di permukaan air) dan pompa celup (untuk aerasi di kolom air). “Di permukaan air, kincir aerator permukaan berputar, menimbulkan kontak antara percikan air dengan udara, yang akan mengikat air dengan oksigen di udara, sehingga terjadi peningkatan kadar oksigen terlarut dalam air. Sedangkan di kolom air, prinsip kerja pompa celup adalah berdasarkan perbedaan tekanan di kolom air dengan udara, sehingga udara terhisap ke dalam air dan dapat meningkatkan kadar DO di kolom air,” jelasnya. (ags)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: