Langit Berwarna Jingga, BMKG Sebut Fenomena Alam Biasa

Langit Berwarna Jingga, BMKG Sebut Fenomena Alam Biasa

CIREBON–Beberapa hari belakangan ini, awan nampak menguning, oranye bahkan kemerahan pada sore hingga menjelang malam. Fenomena ini banyak mengundang perhatian masyarakat. Apalagi sehari sebelumnya terjadi bencana angin puting beliung yang merusak ratusan rumah, melukai belasan warga serta satu balita meninggal di Desa Panguragan, Kabupaten Cirebon. Forecaster Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jatiwangi Ahmad Faa Idzyin mengungkapkan, fenomena langit senja ini hal yang biasa terjadi. Sehingga tidak perlu dikait-kaitkan dengan bencana atau dilebih-lebihkan. “Secara alamiah saat matahari terbenam kekuatan sinarnya berkurang dan biasanya cahayanya berwarna kekuningan,” ujar Faiz –sapaan akrabnya- kepada Radar Cirebon. Dijelaskan dia, di awal tahun posisi matahari yang begitu rendah, ditambah keadaan atmosfer begitu tebal dengan awan sehingga menjadi penghalang. Dan hal ini menyebabkan cahaya matahari akan berbaur  ke arah yang dapat ditembusnya. Pada siang hari ketika cahaya putih melewati atmosfer, cahaya putih tersebut akan mengalami hamburan. Yakni, cahaya biru dan ungu, kedua warna ini memiliki frekuensi paling tinggi di antara warna-warna yang lain, seperti warna merah, jingga, dan kuning. Karena ketika warna biru dan ungu sudah lebih banyak dihamburkan, warna-warna dengan frekuensi kecil tetap bergerak lurus melewati atmosfer. Akibatnya, pada belahan bumi yang lebih timur, orang sudah tidak lagi dapat melihat warna biru dan ungu karena sudah dihamburkan. Saat itu, orang pada belahan bumi yang lebih timur hanya akan melihat sisa warna yang belum terhamburkan. Sisa warna yang masih ada adalah percampuran antara merah, jingga, dan kuning. Itulah sebabnya mengapa langit tampak berwarna merah ketika sore hari. \"Ketika cahaya tersebut sampai ke mata kita, unsur biru tidak tampak. Kekurangan cahaya itu membuat warna yang ada tampak kekuningan, jingga atau kemerahan,\" terangnya. Fenomena ini tidak ada hubungannya dengan musim hujan, apalagi dengan bencana puting beliung. Fenomena ini bisa terjadi dimana saja dan kapan saja, bila unsur-unsurnya mendukung. Fenomena ini biasanya akan hilang dengan sendirinya, ketika matahari sudah sepenuhnya terbenam. Atau cahaya matahari tidak mampu menembus tebalnya awan hitam. \"Kami menghimbau kepada masyarakat untuk tidak termakan isu yang tidak benar, apalagi menyebarkannya,\" tukasnya. (gus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: