SDN Kemakmuran II Menunggu Ambrol
CIREBON - Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Cirebon enggan berkaca pada kasus ambruknya atap plafon beberapa sekolah di waktu lalu. Perhatian serius pada sekolah selalu diberikan, bila sudah ada hal yang tak diinginkan terjadi. Misal, pelajar tertimpa atap plafon seperti dialami murid SDN Keramat III Kota Cirebon tahun lalu. Selasa (21/9), Radar cukup heran melihat lalu-lalang aktivitas murid SDN Kemakmuran II Kota Cirebon di dalam lingkungan sekolah mereka. Tak ada kekhawatiran, atau lebih tepatnya tak ada perhatian dari pihak sekolah kepada murid di sana, untuk memberi tanda peringatan bila lokasi lalu-lalang keluar masuk WC dan sebuah kelas itu berada di bawah atap plafon yang amburadul siap menimpa kapan saja. Hendak dikonfirmasi, kepala SDN Kemakmuran II Inah Suhaeni SPd, tak ada di tempat. Saat itu Radar mampir ke sekolah yang berada di RT 03 RW 01 Kemakmuran, Pegambiran tersebut, dalam rangka meliput penyerahan bantuan buku program Corporate Social Responsibility (CSR) dari sebuah perusahaan pialang saham kepada SDN Kemakmuran I. Seorang guru SDN Kemakmuran II yang sengaja namanya tak dikorankan terlihat kikuk saat dimintai komentar mengenai kondisi sekolahnya yang membahayakan aktivitas murid. “Kabarnya memang sudah ada rencana untuk direhab, tapi saya tidak tahu kapan,” katanya dengan raut pasrah. Secara pandangan mata, kondisi fisik SDN Kemakmuran I dan Kemakmuran II yang berada dalam satu komplek dan hanya dipisahkan sebuah lapangan upacara, cukup kontras. Tembok dan cat bangunan SDN Kemakmuran I terlihat cerah dan kokoh, sementara bangunan SDN Kemakmuran II cukup kusam dengan kelupasan lapisan luar tembok di sana-sini. Belum lagi, yang membuat miris adalah plafon di selasar sebelah kanan dari pintu masuk sekolah tampak tinggal menunggu ambrol. Ketua Komite SDN Kemakmuran I yang juga sesepuh masyarakat setempat, Nasihin (67), tak menampik saat dimintai komentar tentang kondisi yang digambarkan di atas. Ia menyebutkan kondisi riil saat ini secara bangunan fisik SDN Kemakmuran I memang lebih baik dari SDN Kemakmuran II. Nasihin lalu membeberkan kondisi bangunan yang kontras sekarang tak lepas dari alokasi proyek dana alokasi khusus (DAK) dari pemerintah pusat pada 2009 lalu untuk kedua sekolah. Ia mengungkapkan bila dari jatah 4 lokal ruang yang mesti direhab di SDN Kemakmuran I, ia tambah menjadi 7 lokal atas inisiatifnya demi maksimalisasi pembangunan di SDN Kemakmuran I. “Waktu itu pelaksana proyeknya HH, yang saat itu jadi pimpinan salahsatu organisasi kepemudaan Kota Cirebon. Dia sudah menganggap saya orangtua sendiri. Akhirnya saya minta padanya agar alokasi rehab di SDN Kemakmuran I ditambah menjadi 7 lokal. Biar tak mengapa saya tidak mendapat jatah motor atau imbalan uang apapun dari proyek DAK itu, yang penting bangunan SDN Kemakmuran I berdiri optimal,” paparnya. Disayangkan bagi proyek DAK di SDN Kemakmuran II, lanjut Nasihin, yang pelaksana proyeknya adalah adik kepsek saat itu sebelum kepsek sekarang. Ia menilai bila pelaksanaan proyek yang berbarengan berjalan dengan SDN Kemakmuran I, tidak maksimal dilaksanakan di SDN Kemakmuran II. Terlebih saat ini ketua komite SDN Kemakmuran II bukan dari warga sekitar lokasi SDN Kemakmuran I dan SDN Kemakmuran II berada. “Susah dong, bagaimana mau memberi perhatian pada kondisi sekolah dan melihat apa yang mesti dibenahi, kalau datang ke sekolah saja jarang,” ujarnya. Ketika disinggung mengapa sebagai sesepuh masyarakat setempat yang juga mantan ketua RW, tidak memberi masukan pada SDN Kemakmuran II untuk memilih ketua komite dari warga setempat, Nasihin menyatakan sudah memberi saran namun tak digubris. “Kebetulan kepseknya juga bukan warga sini,” tukasnya. Terkait kondisi plafon SDN Kemakmuran II yang diambang runtuh, Nasihin menegaskan, sebagai sesepuh masyarakat yang juga banyak menyekolahkan anak sampai cucunya di situ, ia sangat prihatin dan khawatir akan ada murid jadi korban. Namun secara structural, Nasihin sadar tak berhak mencampuri “dapur” sekolah lain. “Sejauh ini semua terkesan tidak peduli, termasuk pejabat Disdik Kota Cirebon. Mereka hanya taunya laporan baik semua, terima beres, tidak pernah transparan, dan tidak peka pada kondisi sekolah yang ada,” tutur purnawirawan marinir TNI AL itu. (ron)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: