Jasad Seli Nelayan Gebang Ditemukan Terjepit Bebatuan

Jasad Seli Nelayan Gebang Ditemukan Terjepit Bebatuan

CIREBON- Pencarian nelayan hilang di perairan laut Gebang akhirnya membuahkan hasil. Seli Pratama (25) korban yang tenggelam saat perahu yang dinaikinya karam diterjang ombak saat pulang melaut, ditemukan tim pencari gabungan. Warga Blok Karangbulu, Desa Gebangmekar, Kecamatan Gebang, itu ditemukan sudah meninggal dunia terjepit bebatuan pemecah ombak di Pantai Baro, Gebangmekar. Koordinator Pusdalops BPBD Kabupaten Cirebon Faozan mengatakan, korban ditemukan pada hari ketiga proses pencarian. Yakni Minggu (27/1), sekitar pukul 09.50. “Alhamdulillah korban sudah ditemukan. Posisinya terjepit di bebatuan. Saat ditemukan korban sudah meninggal dunia dengan tubuh yang sudah membengkak,” ujarnya. Menurut Faozan, ada banyak unsur yang terlibat dalam proses pencarian. Seperti BPBD, Polri, TNI, Basarnas, nelayan, dan warga sekitar. Selama pencarian, tim pencari menghadapi beberapa kendala. Di antaranya ombak lautan yang kurang bersahabat serta cuaca yang tidak menentu. “Karena itu, kami juga mengimbau para nelayan untuk berhati-hati jika melaut. Utamakan keselamatan. Cuaca sedang tidak bersahabat. Kami juga ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah membantu selama proses pencarian hingga akhirnya korban ditemukan,” imbuhnya. Sementara Koordinator Kantor SAR Cirebon Imam Rosyadi mengatakan, sejak awal tahun 2019 pihaknya sudah melakukan proses pencarian di tiga lokasi kejadian. Untuk kejadian pertama, menurutnya, terjadi di wilayah Haurgeulis, Kabupaten Indramayau, lalu di Drajat Kota Cirebon, dan yang terkahir di Gebang. “Sudah tiga kejadian (orang tenggelam, red) di awal tahun 2019 ini. Masyarakat diimbau untuk waspada dan lebih hati-hati lagi,” pesannya. Terpisah, salah satu korban selamat dalam kejadian perahu karam akibat terjangan ombak di perairan Gebang tersebut, Sukarna, menuturkan, seluruh ABK di dalam perahu yang karam itu masih satu keluarga. Bahkan korban yang hilang sendiri merupakan adik iparnya. Insiden yang dialami mereka terjadi di titik sekitar 50-100 meter dari bibir pantai. Kejadian tersebut terjadi pada Jumat lalu (25/1) sekitar pukul 13.00 WIB. “Jaraknya sudah dekat, pantai Baro sudah kelihatan. Kita sedang perjalanan pulang. Tiba-tiba ada ombak besar. Tapi perahu tidak terbalik, cuma penuh dengan air. Semua muatan tumpah ke laut. Perahu posisinya sudah di bawah air,” bebernya. Diterangkannya, meskipun berada di bawah air, namun perahu tidak sepenuhnya tenggelam. Ia dan saudara-saudaranya berpegangan pada perahu dan benda lainnya. Ia pun sudah berkali-kali mengingatkan jika mereka harus tetap berpegangan pada kapal sambil menunggu perahu lain lewat. “Saya yakin bakal ada perahu yang lewat. Karena posisi kita ada di dekat pantai. Jaraknya mungkin sekitar 50 meteran dari pantai. Sebenarnya semuanya bisa berenang, tapi waktu itu ombaknya besar sekali. Pasti sulit berenang di tengah kondisi laut begitu,” cerita Sukarna. Namun, takdir berkata lain. Meskipun sudah diingatkan, adik iparnya Seli dan Maskur nekat berenang ke tepian. Di tengah perjalanan Seli tak terlihat lagi, sementara Maskur berhasil mencapai pantai. “Kalau ditotal mungkin sekitar satu jam kita terapung di laut. Yang dua orang (Seli dan Maskur, red) karena mungkin sudah tidak sabar jadi maksa berenang,” katanya. Di tempat terpisah, tokoh nelayan Gebangmekar, Subandi, mengatakan pihaknya sebenarnya sudah mengimbau para nelayan untuk sementara waktu meliburkan diri karena saat ini tengah berlangsung musim baratan. Di mana angin bisa sangat kencang dan ombak bisa sangat tinggi. “Untuk nelayan harus hati-hati saat melaut di saat-saat seperti sekarang. Kalaupun terpaksa melaut, gunakan alat kelengkapan keamanan diri seperti pelampung. Tapi karena kondisi cuaca yang tidak menentu lebih baik meliburkan diri saja,” ujarnya. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: