Gara-gara Air PDAM Mati, Warga Beli Air Minimal Rp20 Ribu/Hari

Gara-gara Air PDAM Mati, Warga Beli Air Minimal Rp20 Ribu/Hari

CIREBON-Sudah seminggu ini, air ledeng di rumah Sari (40), warga RW 10 Pesisir Utara Kelurahan Panjunan Kota Cirebon keluar sangat kecil. Bahkan beberapa hari terakhir, kran airnya tidak ngocor sama sekali. Bak mandi kosong. Kondisi tersebut sudah sering terjadi di wilayahnya yang memang daerah pesisir. Mau tidak mau, Sari harus memutar otak. Untuk keperluan mandi cuci dan memasak, dirinya terpaksa harus menyisihkan air untuk membeli air bersih. Air bersih itu ia beli dari pedagang air asongan. Harganya, berkisar Rp1.000-2.000 per jeriken besar. Bukan sesuatu yang aneh, ada penjual air bersih di wilayah tersebut. Mereka sangat dibutuhkan saat di mana air bersih susah didapatkan. Di wilayah RW 10 Pesisir Utara, masih belum banyak warga yang mempunyai sumur bor sendiri. Bukan karena tidak mampu, tetapi air yang keluar selalu terasa asin. Dibor hingga kedalaman 30 meter pun, air yang keluar tetap asin. “Untuk kebutuhan sehari-hari harus beli. Satu jeriken harganya Rp1.000. Ada yang Rp2.000. Tergantung orangnya,” ujarnya saat diwawancara Radar Cirebon. Dalam sehari, Sari mengaku harus membeli setidaknya 20 jeriken. Setidaknya dalam satu hari, Sari dan keluarga minimal harus mengeluarkan kocek Rp20 ribu. Uang sebesar itu, belum termasuk biaya upah angkut jeriken dan memberikan tanda terima kasih kepada pemilik “Gotrok”. “Misalnya ngangkut enam jeriken, kita ngasih Rp6 ribu untuk upah anak-anak yang ngangkutnya. Buat yang punya “Gotrok” juga kita kasih Rp2 ribu,” tuturnya. Kondisi tidak jauh berbeda dialami Tasiyah (50), warga RW 10 Pesisir Utara Kelurahan Panjunan. Air ledengnya juga tidak keluar beberapa hari belakangan. Untuk mengurangi biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli air bersih, Tasiyah kadang terpaksa memakai air hujan. Dirinya membuat talang air untuk menadah air hujan untuk keperluan mandi dan mencuci. Selebihnya, dia harus beli dari penjual asongan. Rp20 ribu sehari.  “Nadahin air untuk mandi dan mencuci. Biasanya dapat setengah bak. Sisanya harus beli,” ujarnya. Dia mengaku merasa menderita dengan kondisi tersebut. Hingga akhirnya, bersama warga lainnya ia mendatangi kantor PDAM untuk melayangkan protes. Setelah mendapatkan penjelasan, dirinya tinggal menunggu apakah kerannya akan kembali ngocor atau tidak. Beruntung, protesnya ditanggapi positif oleh petugas. Bahkan langsung ditindaklanjuti. “Ya, petugasnya langsung datang. Pipanya langsung diperbaiki. Tinggal nunggu saja ini. Apa airnya akan ada hasilnya atau tidak,” ujarnya. (awr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: