Asyik, STIKKu Buka Program S2 Kesehatan Masyarakat
KUNINGAN-Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKu) resmi membuka Program Magister (S2) Program Kesehatan Masyarakat (Kesmas). Surat Keputusan (SK) izin pembukaan program tersebut diserahkan langsung Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) IV Jawa Barat di Kampus STIKKu, Jalan Lingkar Kadugede Kuningan, Rabu (13/2). SK Kemenristekdikti Nomor 24/KPT/I/2019 yang diserahkan langsung Ketua LLDikti Prof Dr H Uman Suherman itu diterima Ketua Yayasan Pendidikan Bhakti Husada Kuningan (YPBHK) Prof Dr Hj Dewi Lailatul Badriyah didampingi Ketua STIKKu Abdal Rohim SKp MH. Hadir menyaksikan penerimaan SK tersebut seluruh unsur yayasan dan civitas akademika STIKKu. Dalam keterangannya, Ketua STIKKu Abdal Rohim mengatakan, program yang akan melahirkan para magister kesehatan masyarakat (MKM) itu akan dimulai pada semester ganjil 2019-2020, yakni September 2019 yang akan datang. Menurutnya, kesiapan SDM dan sarana untuk menyambut mahasiswa pascasarjana edisi perdana sudah disiapkan secara matang, sehingga untuk pelaksanaannya dipastikan lancar dan optimal. “Konsentrasi atau peminatannya adalah manajemen pelayanan kesehatan dengan gelar akademik MKM. S2 kami ini memiliki keunggulan yang tidak dimiliki program pasca yang lain di Bandung dan Jakarta, karena arahnya pada kesehatan wilayah perdesaan yang bersinggungan langsung dengan perkotaan,” katanya didampingi Cecep Heriana selaku wakilnya di bidang akademik. Menurut Abdal, bahan diskursus mengenai kesehatan wilayah perdesaan yang bersinggungan langsung dengan perkotaan dinilai akan lebih menyeluruh karena selain memperdalam wacana keilmuan secara teoritis di bidang kesehatan masyarakat, juga akan mendapat wacana-wacana atau temuan baru yang pendekatannya lebih kepada kultur sosial dan budaya yang ada di desa-desa. “Kesehatan wilayah perdesaan ini holistik, masalah penyakit tidak menular, penyakit menular, dan lain sejenisnya ada dan terjadi di masyarakat. Jadi, masalah kesehatan di desa sudah lengkap untuk bahan temuan dan analisa para mahasiswa,” tuturnya. Guna menunjang arah kebijakannya itu, lanjut Abdal, kurikulum yang digunakan lebih mengarah pada 80 persen teori dan 20 persen penelitian atau praktik lapangan. Ada dua mata kuliah yang menuntut mahasiswa turun ke lapangan, mengasesmen kebutuhan, masalah, dan meneliti hal-hal lainnya. Dari dua mata kuliah itu, lanjutnya, bisa menggugah analisis mahasiswa yang kemudian bisa berinovasi mengenai masalah yang terjadi. “Kami berupaya menjawab tuntutan revolusi industri 4.0. Bagaimana menggabungkan konsep inovasi dan teknologi dengan tetap menjunjung tinggi budaya dan humanisme,” katanya. Di tempat yang sama, Ketua YPBH Kuningan Prof Dr Hj Dewi Lailatul Badriyah, menyambut baik turunnya SK Izin pembukaan program magister tersebut. Dia menegaskan, pembukaan program S2 itu tidak serta merta, melainkan hasil pemikiran matang dan proses panjang serta penyesuaian dengan beberapa universitas yang terakreditasi A, seperti Uhamka dan Universitas Indonesia (UI). “Kami tidak mau melayani masyarakat secara asal. Kami ingin mencetak lulusan MKM yang sama atau sederajat dengan Uhamka dan UI. Bahkan lebih dari itu,” tekad Dewi. (muh/rls)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: