Walah, Bahasa Cirebon Hadapi Kepunahan
CIREBON-Bahasa Cirebon masuk ke dalam salah satu kelompok bahasa daerah yang menghadapi kepunahan. Hal itu disampaikan Sekretaris Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga, Raden Chaidir Susilaningrat. “Bahasa Cirebon termasuk kedalam kelompok bahasa daerah yang menghadapi kepunahan. Bukan hanya bahasa Cirebon, termasuk juga bahasa Sunda, dan beberapa bahasa daerah lain,” katanya saat menghadiri pertemuan dengan para tokoh budaya dan komunitas dalam rangka peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional di Perpustakaan Daerah Kabupaten Cirebon, Kecamatan Sumber. Hal tersebut, lanjutnya, dibuktikan dengan telah dilakukannya penelitian tidak hanya di satu lembaga. Salah satunya dari Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung. Dikatakan Chaidir, universitas tersebut telah meneliti dan membenarkan keberadaan bahasa-bahasa daerah yang hampir punah. Tolok ukur atau parameternya, lanjut Chaidir, ditandai dengan penggunaan bahasa daerah yang semakin hari terus menurun. “Ditandai dengan bahasa-bahasa ibu, atau yang disampaikan sebagai bahasa pengantar dari ibu ke anak, semakin kesini semakin berkurang. Artinya semakin banyak orang Sunda, orang Cirebon, yang berkomunikasi dengan anak-anaknya tidak menggunakan bahasa daerahnya, tapi menggunakan bahasa Indonesia,” tuturnya. Dikatakan Chaidir, kondisi yang ada merupakan suatu proses sosial, karena kecenderungan masyarakat dalam berperilaku sosial. Chaidir mencontohkan, hal itu terjadi pada wilayah atau desa pinggiran yang jauh dari kota yang sudah banyak menggunakan bahasa pergaulan yang mayoritas banyak digunakan oleh orang-orang perkotaan. Diakuinya, Cirebon dikategorikan sebagai bahasa daerah yang hampir punah, sejak lama. Yakni 5 atau 10 tahunan lalu. “Ini kan proses sosial, sehingga kondisi seperti itulah yang mengancam keberadaan bahasa daerah. Misi pemerintah daerah dalam pelestarian budaya dan seni daerah, salah satu komponen dari budaya dan kesenian melalui bahasa yang disampaikan,” katanya. Selain kesenian, penggunaan bahasa daerah yang masih banyak digunakan adalah dalam kelompok pesantren. “Dalam diskusi terungkap, di pesantren-pesantren semuanya masih menggunakan bahasa daerah Cirebon. Tinggal bagaimana upaya dari pemerintah daerah, juga didukung oleh komunitas-komunitas, supaya kita sama-sama melestarikan,” imbuhnya. Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Cirebon Hj Yuningsih MM mengaku, masih menggunakan bahasa Cirebon dalam kesehariannya berkomunikasi dengan keluarga di rumah. Dirinya juga setuju dan mendukung, pertemuan dengan para tokoh dalam diskusi dilakukan secara rutin. “Mudah-mudahan di awal diskusi ini, menghadirkan orang-orang hebat. Yang harus menjaga budaya kita ya kita sendiri. Kalau kita sendiri enggak bisa menjaga, bagaimana orang lain,” ujarnya. (ade)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: