Teror Bom Guncang Boston, Tiga Tewas, 144 Luka

Teror Bom Guncang Boston, Tiga Tewas, 144 Luka

BOSTON - Suasana ceria lomba lari Boston Marathon di Massachusetts, AS, mendadak berubah menjadi teror menakutkan. Dua jam setelah pelari profesional melewati garis fisnis sekitar pukul 14.50 waktu Boston (02.50 WIB dini hari kemarin), dua ledakan besar mengguncang lomba lari yang telah berumur lebih dari seabad itu. Dua ledakan hanya berjarak 160 meter dengan rentang 12 detik. Blaaar, blaaar! Ratusan orang di sekitar lokasi ledakan pun terempas ke jalan. Kaca jendela bangunan langsung hancur berkeping-keping. Debu dan asap tebal membubung sekitar 15 meter di udara. Gegap gempita penonton pun berubah menjadi jerit tangis histeris. Semua lari tercerai berai menyelamatkan diri. Beberapa saat kemudian, petugas tiba di lokasi kejadian. Mereka menemukan korban yang merupakan peserta lomba dan penonton bergelimpangan di mana-mana. \"Kami berlari ke arah ledakan dan banyak orang bergelimpangan di jalan. Kami langsung melakukan pertolongan pertama. Banyak yang terluka parah, kehilangan satu kaki atau dua-duanya,\" tutur seorang polisi sebagaimana dikutip Daily Mail, kemarin (16/4). Satu setengah jam kemudian, ledakan susulan terjadi di JFK Library. Namun, tidak ada korban dalam kejadian itu. Menurut laporan terakhir, tiga orang dilaporkan tewas dan 144 lainnya mengalami luka-luka. Salah seorang korban tewas adalah Martin Richard, bocah laki-laki berusia 8 tahun. Sebanyak 17 di antara korban luka kini kritis dan setidaknya selusin orang terpaksa diamputasi. \"Dua ledakan terjadi nyaris bersamaan. Yang pertama sekitar 100 yard (91 meter) dari garis finis,\" tutur Komisaris Polisi Boston Edward Davis. Selain dua bom yang meledak di dekat finis, polisi menemukan sejumlah bahan peledak lain di sekitar lokasi. Satu bom ditemukan di salah satu hotel di lintasan Boston Marathon. Satu bom lainnya ditemukan di sebuah lokasi yang dirahasiakan, namun masih di dekat ledakan. Sumber di Biro Penyelidik Federal (FBI) menyebutkan, ada kemungkinan bom yang meledak ditanam di dalam tong sampah. Dari jarak jauh, pelaku memicu bom agar meledak ketika para pelari mulai mendekati garis finis. Dari identifikasi awal, bom diduga berdaya ledak rendah dan mengandung sejumlah material perusak. Tak ada kandungan C-4 di dalamnya. Meski berdaya ledak rendah, banyaknya material berbahaya di dalam bom seperti pecahan besi dan paku membuat banyak korban menderita luka parah. Belum ada pihak yang ditangkap terkait dengan insiden tersebut. Pria berkebangsaan Arab Saudi yang sempat dicurigai akhirnya dilepaskan. Saat ini, polisi Massachusetts bersama FBI tengah menggeledah sebuah gedung di pinggiran Boston yang diduga terkait dengan ledakan. Penggeledahan dilakukan setelah ada laporan pemilik apartemen ada orang asing kerap berkeliaran di sekitar kantor polisi setempat. Sebelumnya, FBI juga melacak seorang pria mencurigakan. Dalam rekaman CCTV, pria tersebut terlihat memasuki wilayah terlarang selama lomba maraton dilangsungkan. Pria itu diketahui berkulit gelap dan memakai baju hitam, membawa back-pack, serta berdialek asing. Petugas juga terus memburu sosok misterius yang berdiri di atap gedung saat ledakan terjadi. Gambar sosok misterius itu selanjutnya beredar luas di jejaring sosial Twitter. Tak jelas apa yang dikerjakan sosok di atas atap itu, apakah yang memicu bom atau bukan. Namun, sejumlah saksi menyebutkan, ada kemungkinan sosok tersebut sengaja menyaksikan serangan bom itu dari atap. Foto sosok misterius tersebut diambil penonton saat bom kedua meledak yang berjarak beberapa meter dari bom pertama. Richard DesLauriers, agen khusus FBI, mengungkapkan, pihaknya bertekad mengejar semua yang bertanggung jawab atas pengeboman Boston hingga ke ujung dunia. \"Kami akan kejar hingga ke ujung dunia untuk mengidentifikasi mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan ini dan kami akan membawa mereka ke hadapan hukum,\" tegasnya. Dia menambahkan, FBI sama sekali tidak mendeteksi adanya ancaman apa pun sebelum maraton digelar. Aparat keamanan dan intelijen AS jelas kecolongan atas insiden tersebut. Padahal, biasanya aparat keamanan AS memberikan peringatan dini bila mencurigai adanya ancaman di suatu kota. Berbagai spekulasi muncul di kalangan media massa. Ada yang mencurigai kelompok lokal, ada pula yang mengingatkan kembali ancaman terorisme internasional. Selain aparat hukum setempat, pihak berwenang melibatkan lembaga-lembaga intelijen. Para penyelidik FBI kini sibuk meneliti berbagai video dan foto yang didapat dari rekaman CCTV maupun dari warga dan fotografer profesional. Melalui tayangan visual, tim penyelidik berharap bisa mendapati pelaku yang tidak sengaja terpantau kamera dari berbagai lokasi. Seorang analis keamanan mempertanyakan cara masuknya bom itu ke lokasi Boston Marathon. Sebab, lokasi ledakan adalah area yang steril dari mobil. Berbeda dengan peristiwa bom lain yang sering menggunakan mobil sebagai pengangkut bahan peledak. Ada dugaan, alat peledak di Boston itu mirip dengan yang digunakan saat serangan bom pada 1996 di Atlanta. Kala itu, bom pipa meledak di jalur trotoar hingga menewaskan dua orang dan mencederai lebih dari 100 orang lainnya. Pelakunya, Eric Roberts Rudolph, warga AS, ditangkap pada 2003 dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Di kalangan intelijen, setidaknya muncul dua teori pelaku pengeboman. Pertama, terkait isu dalam negeri, waktu pengeboman terjadi bertepatan dengan Hari Patriot, sehingga kasus ini bisa terkait dengan kelompok ekstrem sayap kanan. Mereka itu bisa menjadi dalang pengeboman. Serangan di Boston juga berdekatan dengan peringatan insiden pengeboman gedung pemerintah Alfred P Murrah di Oklahoma City pada 19 April 1995. Para pelaku insiden yang menewaskan lebih dari 160 jiwa itu ternyata adalah pendukung kelompok lokal radikal antipemerintah. Teori kedua, insiden tersebut bisa kembali dikaitkan dengan kalangan Islam fundamentalis. Tampaknya, trauma tragedi 11 September 2001 tetap menjadi acuan aparat keamanan AS. Dari Pakistan, anggota Taliban menegaskan, tidak terlibat dalam pengeboman di Boston tersebut. Mereka mengaku benci Amerika, namun tidak melakukan peledakan tersebut. \"Tidak ada hubungan kami dengan ledakan di Boston,\" kata Juru Bicara Taliban Ahsanullah Ahsan kepada CNN. Di Gedung Putih, Presiden AS Barack Obama langsung bereaksi keras atas tragedi Boston tersebut. Dia berjanji menangkap siapa pun yang bertanggung jawab atas tragedi mematikan itu. \"Kami belum tahu siapa atau mengapa melakukan tindakan ini. Setiap individu yang bertanggung jawab, kelompok yang bertanggung jawab, akan menghadapi hukuman berat,\" tegasnya. Obama tidak mau terlampau dini mengambil kesimpulan atas ledakan di Boston tersebut. Dia hanya meminta semua pihak bersabar menanti hasil akhir investigasi kepolisian dan FBI. \"Kami belum tahu siapa pelakunya. Tapi, kami segera mengetahuinya,\" ujarnya. (AP/AFP/c5/oki)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: