Pesan Keras Dari Lampung Untuk Jokowi

Pesan Keras Dari Lampung Untuk Jokowi

Sebuah video pendek dengan durasi kurang dari satu menit beredar dengan cepat di medsos. Presiden Jokowi sedang menyampaikan pidato. Didampingi Gubernur Lampung Ridho Ficardo dan sejumlah menteri. Tiba-tiba seorang ibu-ibu berkerudung lari ke atas panggung, dia langsung menghampiri Jokowi. Anehnya Jokowi tidak nampak terkejut. Sementara para pejabat yang mendampingi Jokowi posisinya tidak berubah, biasa saja. Gubernur Lampung Ridho tetap dalam posisi berdiri tegak melipat tangannya. Begitu juga Meneg BUMN Rini Soemarno dan Menhub Budi Karya Soemadi. Beberapa orang memakai baju batik berbadan tegap berlari menghampir panggung. Tapi mereka terlambat, ibu itu sudah bersujud di depan Jokowi sambil menangis dan mengucapkan kata-kata yang tidak jelas. Jokowi terlihat mencoba menarik tangannya, dan terdengar bicara “ Iya nanti kita bantu urus.” Ibu itu pingsan dan seorang polisi membopongnya. Jokowi melanjutkan acara menekan tombol, meresemikan jalan tol Terbanggi Besar, dan dermaga eksekutif Bakauheni, Lampung. Video yang diedarkan oleh Lampung TV itu dilengkapi dengan penjelasan Menteri Agraria Sofyan Djali. Dia mengatakan masalahnya akan dipelajari. Kemudian ada gambar bolduser  menghancurkan rumah-rumah warga. Beberapa ibu-ibu menangis menuntut ganti rugi karena rumahnya dihancurkan untuk pembangunan jalan tol yang diresmikan Jokowi. Dari video itu kita mulai mendapat gambaran jelas apa sebenarnya yang sedang terjadi. Ada pesan yang sangat keras dari Lampung untuk Jokowi. Pertama, mata publik semakin terbuka bahwa klaim Jokowi dalam debat kedua capres banyak bohongnya. Kala itu menjawab pertanyaan Prabowo soal infrastruktur, Jokowi dengan gagahnya mengatakan bahwa tidak ada konflik agraria. Warga juga senang karena mereka “diganti untung! Bukan ganti rugi!” Ibu yang pingsan tadi mewakili 50 orang warga Tanjungsari, Natar, Lampung Selatan yang rumahnya digusur, tapi tidak mendapat ganti rugi. Alasannya mereka menempati lahan negara. Kalau tidak menyangkut nasib hidup dan matinya. Tidak mungkin seorang ibu-ibu dari keluarga miskin nekad menerobos penjagaan dan langsung protes kepada seorang presiden. Video ini kian menguatkan fakta, “ganti untung” yang dikatakan Jokowi hanya klaim kosong, tanpa fakta. Dalam bahasa yang sering digunakan pemerintah dan para pendukungnya, HOAX! Sebelumnya video seorang kakek dari Kampung Aquarium, Jakarta Utara juga viral. Dia menjadi korban penggusuran Pemprov DKI saat gubernurnya masih dijabat Ahok. Kakek itu secara tegas membantah klaim Jokowi. “Bukan ganti untung. Tapi ganti buntung,” ujarnya dengan kemarahan yang memuncak. Kakek itu juga mendoakan Jokowi kalah pada Pilpres 17 April 2019. Kedua, soal pengamanan presiden. Seorang ibu-ibu bisa menerobos penjagaan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) dan langsung berhadapan dengan Presiden, sungguh mengerikan! Bisa dibayangkan bila si penerobos adalah seorang teroris, atau warga biasa yang marah dan membawa senjata. Apa jadinya dengan Presiden Jokowi? Sungguh sebuah standar pengamanan seorang Very Very Important Person (VVIP) yang sangat rendah. Soal pengamanan ini kita sebaiknya jangan terburu-buru menyalahkan Paspampres. Sepanjang sejarah republik ini berdiri, Paspampres sudah sangat teruji. Boleh disebut zero accident. Tidak ada satupun kejadian yang bisa membahayakan seorang presiden. Beberapa insiden sempat terjadi pada masa Presiden Soekarno. Misalnya percobaan pembunuhan di Perguruan Cikini, Jakarta. Tapi itu bisa dimaklumi, karena negara kita baru terbentuk. Pengamanan yang “kendur” ini kelihatannya lebih merupakan selera Presiden Jokowi. Dia sangat  senang mencitrakan diri dekat dengan rakyat. Insiden di  kampung nelayan Tambak Lorok, Semarang adalah bukti nyata besarnya syahwat pencitraan Jokowi. Saat itu dia mengaku hanya datang berdua tengah malam bersama sopir. Padahal sejumlah anggota Paspampres disebar untuk mengamankannya. Sopirnya juga Komandan Paspampres Mayjen TNI Maruli Simanjuntak. Peristiwa kedua terjadi ketika Jokowi ingin naik KRL dari Stasiun Tanjung Barat menuju Bogor. Bagaimana pontang-pantingnya anggota Paspampres melakukan rekayasa pengamanan. Apalagi saat itu jam-jam sibuk dan penumpang KRL sangat berjubel. Jakarta-Bogor adalah jalur terpadat KRL. Paspampres —berdasarkan kesaksian seorang netizen @fadilaliee — terpaksa harus melakukan gladi pengamanan sehari sebelumnya. Kuat dugaan manajemen KRL juga harus mengosongkan salah satu gerbong. Dari foto-foto yang beredar di medsos, tampak jelas banyak penumpang yang duduk memainkan gadgetnya tak begitu peduli dengan kehadiran Jokowi. Beberapa bangku juga kosong. Suasana gerbong tampak padat hanya di sekitar Jokowi. Kemungkinan mereka adalah para pengawal, dan para buzzer yang disiapkan untuk berselfie dengan Jokowi. Gerbong kosong pada pukul 17.30 WIB di KRL Jakarta-Bogor adalah hil yang mustahal. Tanyalah kepada semua yang biasa menggunakan transportasi massal itu. KRL di semua jalur sangat padat pada jam keberangkatan kerja di pagi hari, dan jam pulang kerja sore hari. Biasanya kepadatan masih terus berlangsung sampai pukul 20.00 WIB. Sekali lagi video pendek yang beredar itu membongkar habis pencitraan yang menjadi ciri utama Presiden Jokowi. Pertama, fakta “ganti untung” hanya HOAX. Kedua, citra Paspampres menjadi tercoreng. Mumpung belum terjadi hal-hal buruk yang tidak kita inginkan, Pak Jokowi perlu kita ingatkan. Tolong jaga marwah dan kehormatan Paspampres Pak. Mereka pasukan elit. Pasukan yang bertugas mengamankan Bapak. Tak boleh secuil pun anggota tubuh Bapak yang tersenggol, apalagi terluka. Bapak adalah simbol dan kehormatan negara. Pasmpampres bukan petugas humas, apalagi konsultan pencitraan. The End (*)     Penulis: Djadjang Nurjaman

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: