Trend Baru Milenial: Investasi untuk Negara Atau Dominasi Milenial Dalam Investasi Negara

Trend Baru Milenial: Investasi untuk Negara Atau Dominasi Milenial Dalam Investasi Negara

BERDASARKAN pengumuman Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), total pemesanan ST-003 mencapai Rp3,13 triliun dengan jumlah investor sebanyak 13.932 investor. Penjualan ST-003 menjangkau di seluruh provinsi dengan investor baru e-SBN sebanyak 8.756 investor. Dari 13.932 investor ST-003, generasi milenial mendominasi sebesar 51,74 persen. Berdasarkan usia kelahiran, jumlah investor ST003 yang berasal dari Generasi Milenial (lahir 1980-2000) mencapai 7.209 investor dari total investor. \"Bahkan, 10 persen dari milenial tersebut masih berstatus mahasiswa atau pelajar. Tak heran, total pembelian ST-003 menembus 1,56 kali lipat dari target awal,\" demikian caption pada unggahan @kemenkeuri. Milenial adalah istilah yang digunakan untuk menyebut mereka yang lahir pada rentang tahun 1980-1990-an hingga 2000 Generasi yang lahir dan berkembang di era perkembangan teknologi ini, banyak dilabeli sebagai generasi yang sulit berinvestasi. Namun, stereotip itu terbantahkan jika melihat data yang dirilis Kemenkeu terkait hasil penawaran ini. Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan, Nufransa Wira Sakti menjelaskan, ada 8.756 anak muda yang berinvestasi ST-003 ini. \"Hal tersebut menurut hemat kami dikarenakan generasi milenial (usia 19-39 tahun) sudah terbiasa dengan perkembangan teknologi, terutama industri e-commerce dan industri fintech yang membuat tren cashless semakin dipilih, pembelian secara online, pembayaran melalui debit, transfer, ATM, atau internet banking lebih menawarkan kemudahan, kenyamanan dan efisien dalam transaksi,\" kata Nufransa. Angka ini didapatkan dari proses penjualan yang dilakukan melalui sistem online. Sementara itu, untuk keterlibatan generasi sebelumnya yang terbilang minim, menurut Nufransa, hal itu tidak berlaku untuk jumlah nominal yang mereka investasikan. \"Untuk generasi sebelumnya dari sisi jumlah investor lebih rendah dari investor milenial. Namun dari sisi nominal mendominasi dengan 67 persen,\" lanjut dia. Adapun, target investor ST-003 sebenarnya tidak hanya menyasar kalangan muda, tetapi meliputi semua lapisan masyarakat/individu WNI yang telah mempunyai KTP dan Single Investor Identification (SID) sebagai persyaratan pembelian ST-003. Jumlah investor terbesar adalah yang melakukan pembelian pada rentang Rp1 juta-Rp100 juta, yang mencapai 67,47 persen. \"Rata-rata volume pembelian per investor sebesar Rp224,47 juta atau mempunyai tingkat keritelan yang lebih baik dibandingkan ST-002 sebesar Rp300,16 juta dan SBR005 sebesar Rp236,12 juta,\" ungkap DJPPR dalam keterbukaan informasi, Senin 25 Februari 2019. Total pembelian ST-003 mengalami oversubscribe sekitar 1,56 kali dari target pemerintah sebesar Rp2 triliun. Adapun jumlah nominal pembelian ST-003 terbesar berdasarkan wilayah adalah Indonesia Bagian Barat selain DKI Jakarta yang mencapai Rp 1,54 triliun (49,11 persen), wilayah DKI Jakarta mencapai Rp 1,24 triliun (39,5 persen), wilayah Indonesia Bagian Tengah sebesar Rp 337,79 miliar (10,8 persen) dan wilayah Indonesia Bagian Timur senilai Rp 18,21 miliar (0,58 persen). \"Ini menunjukkan sinyal positif dengan peningkatan jumlah investor di wilayah Indonesia bagian Tengah dan Timur,\" tulis Kemenkeu. Tak hanya itu, Kemenkeu mencatat jangkauan penjualan ST-003 semakin luas dengan mencakup keseluruhan provinsi oleh salah satu perusahaan fintech yaitu Bareksa dengan 34 provinsi, disusul Bank Rakyat Indonesia dengan 33 provinsi. Adapun dari sisi volume pembelian, kelompok baby boomers (lahir 1946-1964, usia saat ini 55-73 tahun) adalah yang terbesar, mencapai 41,31% dari total volume pembelian atau Rp1,29 triliun. Disusul oleh Generasi X (lahir 1965-1979) yang memiliki volume pembelian 37,41 persen atau Rp 1,17 triliun. Menariknya generasi Z (di bawah 19 tahun) yang berinvestasi pada ST-003 sebanyak 12 investor. \"Hal ini mengindikasikan bahwa generasi muda sudah tertarik untuk berinvestasi pada ST-003 dan menjadi investor potensial di masa depan,\" tulis Kemenkeu. Berdasarkan sumber dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, pembagian kelompok usia investor beserta nominal investasinya dibagi ke dalam 5 (lima) kelompok, dengan penjabaran sebagai berikut: kelompok pertama adalah Generasi Tradisionalis, kelahiran tahun 1928 - 1945, dengan rentang umur 74 - 91 tahun, memiliki nominal pembelian sebesar 4,43% dari total investasi dengan jumlah investor sebanyak 1,55% dari jumlah total investor. Berikutnya kelompok kedua yaitu Generasi Baby Boomers, kelahiran tahun 1946 - 1964, dengan rentang umur 55 - 73 tahun, memiliki nominal pembelian sebesar 41,31% dari total investasi dengan jumlah investor sebanyak 18,97% dari jumlah total investor. Kelompok ketiga adalah Generasi X, kelahiran tahun 1965 - 1979, dengan rentang umur 40 - 54 tahun, memiliki nominal pembelian sebesar 37,41% dari total investasi dengan jumlah investor sebanyak 27,65% dari jumlah total investor. Sedangkan kelompok keempat adalah Generasi Milenial, kelahiran tahun 1980 - 2000, dengan rentang umur 19 - 39 tahun, memiliki nominal pembelian sebesar 37,41% dari total investasi dengan jumlah investor sebanyak 51,74% dari jumlah total investor. Dan terakhir kelompok kelima dimana kelompok termuda dari investor Generasi Z, kelahiran di atas tahun 2000, dengan umur dibawah 19 tahun, memiliki nominal pembelian sebesar 0,12% dari total investasi dengan jumlah investor sebanyak 0,09% dari jumlah total investor. Dominasi Milenial dalam Investasi Negara Dominasi Milenial dalam investasi negara sudah terlihat sejak Sukuk Negara Tabungan Seri ST-002 diterbitkan yaitu sejak bulan November 2018. terbukti dari tiga seri Surat Berharga Negara (SBN) yang diterbitkan, generasi Milenial menjadi investor mayoritas walaupun dengan nominal pemesanan yang tidak selalu terbesar. Pada Penjualan Sukuk Negara Tabungan Seri ST-002, jumlah investor dari generasi Milenial (lahir tahun 1980 – 2000, usia saat ini 18 – 38 tahun) mendominasi dengan porsi mencapai 44,61% dari total jumlah investor, atau sebanyak 7.350 investor. Adapun dari sisi volume pembelian, kelompok Baby Boomers (lahir 1946 – 1964, usia saat ini 54 – 72 tahun) adalah terbesar, yang mencapai 45,44% dari total volume pembelian, atau sebesar Rp2,25 triliun. Kelompok Generasi Milenial di urutan ketiga setelah kelompok Generasi X dengan volume pembelian mencapai 16,05% atau sebesar Rp793 milyar. Kemudian pada Penjualan Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR005, jumlah investor dari generasi Milenial (lahir tahun 1980-2000, usia saat ini 19-39 tahun) mendominasi dengan porsi mencapai 50,61% dari total jumlah investor. Dari 12.961 investor baru SBR005, generasi Milenial mendominasi sebesar 55,00% atau sebanyak 7.129 investor. Adapun dari sisi volume pemesanan, kelompok Baby Boomers (lahir tahun 1946-1964, usia saat ini 55-73 tahun) adalah terbesar, yang mencapai 42,57% dari total volume pemesanan atau Rp1,71 triliun. Sementara pada Penjualan Sukuk Negara Tabungan Seri ST-003, jumlah investor dari generasi Milenial (lahir tahun 1980 – 2000, usia saat ini 19 – 39 tahun) mendominasi dengan porsi mencapai 51,74% dari total jumlah investor, atau sebanyak 7.209 investor. Begitu juga investor baru ST-003 sejumlah 8.756 didominasi oleh generasi Milenial sebesar 53,7%. Adapun dari sisi volume pembelian, kelompok Baby Boomers (lahir 1946 – 1964, usia saat ini 55 – 73 tahun) adalah terbesar, yang mencapai 41,31% dari total volume pembelian, atau sebesar Rp1,29 triliun. Sedangkan untuk nominal pembelian dari Generasi Milenial di urutan ketiga yaitu 16,73% dari total pemesanan atau sekitar Rp523 milyar. Dengan capaian tersebut, di tahun 2019 pemerintah telah menerbitkan dua instrumen SBN ritel, yakni SBR005 dan ST003 dengan total penerbitan sebesar Rp 7,13 triliun. Setelah penerbitan ST003, pemerintah juga berencana menawarkan 8 seri SBN ritel lainnya pada tahun 2019, yaitu: SR011, SBR006, ST004, SBR007, ST005, SBR008, ORI016, dan ST006. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: